Anak Durhaka Marak, Pertanda Sistem yang Rusak

Oleh: Ummu Karimah.
(Guru Honorer)

IMPIANNEWS.COM

Astaghfirullah... KS (17), remaja putri tega membunuh ayah kandungnya sendiri. Korban berinisial S (55) di Duren Sawit, Jakarta Timur.

"Berdasarkan pemeriksaan sementara, yang bersangkutan melakukan hal tersebut (pembunuhan) karena sakit hati," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombespol Ade Ary Syam Indradi kepada wartawan. (Tribunnews.com, 26/06/2024).

Alasan KS yang sehari-hari hidup di jalan sebagai pengamen badut di sekitar wilayah Depok, melakukan penusukan terhadap ayahnya karena sakit hati sering dimarahi. Kadang dipukul dan dituduh mengambil barang milik korban. KS juga mengaku pernah dikatakan anak haram oleh korban.

Kini KS telah ditetapkan sebagai tersangka dengan pasal 338 KUHP. Kendati demikian, ia tidak bisa dihukum maksimal 15 tahun penjara karena statusnya masih di bawah umur.

Serupa dengan KS, aksi penganiayaan dilakukan oleh seorang anak laki-laki terhadap ayahnya yang tengah sakit stroke di Dusun Gapura Pekon Padang Rindu kecamatan Pesisir Utara, kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Kasi Humas polres Pesisir Barat, Ipda. Kasiyono mengatakan pelaku yakni seorang anak berinisial SPA (19).

Peristiwa penganiayaan ini berawal saat pelaku pulang dan langsung pergi ke dapur untuk makan. Saat bersamaan, ayahnya minta tolong diantar ke WC. Pelaku menolak dengan alasan sedang makan. Kemudian keduanya terlibat cekcok.

"Lalu pelaku mendekati korban yang sedang berusaha berdiri dan memukul telinga sebelah kanan korban. Korban pun jatuh dan posisinya miring di lantai", ujarnya. (iNewsLampung, 23/06/2024)

Pelaku kembali menganiaya korban lalu setelah itu pergi keluar rumah dengan menggunakan motor. Satu jam kemudian istri korban pulang kerja melihat suaminya terkapar bersimbah darah dan tak sadarkan diri. Istrinya meminta bantuan tetangga dan menghubungi Polsek Pesisir Utara.

Mengapa kasus seperti ini bisa terjadi? Sudah tercerabut rasa hormat dan sayang seorang anak kepada orang tuanya. Padahal Allah SWT berfirman, "Dan Kami perintahkan pada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kembalimu." (QS. Luqman [31]: 14)

Juga dalam ayat, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah'. Janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil." (QS. Al Isra [17]: 23-24).

Oleh karena itu, mencermati fenomena seperti di atas, sungguh miris karena para pelaku masih berusia muda. Tindakan mereka sampai menghilangkan nyawa orang jelas itu tindakan kejahatan. Apalagi dilakukan kepada orang tua sendiri. Tidak berlebihan jika mereka disebut sebagai anak durhaka. Legenda Malin Kundang saja tidak sampai membunuh orang tua sendiri. Anak durhaka saat ini sungguh lebih sadis.

Fenomena anak durhaka ini hanya sedikit bukti betapa kuatnya sekularisme dalam hidup masyarakat kita yang mayoritas muslim. Sungguh menyedihkan. Kita tentu tak habis pikir, sakit hati mereka kepada orangtuanya kelewat batas hingga membuat gelap mata. Alih-alih terpikir setitik saja untuk melakukan birrul walidain, mereka malah sadis menusuk dan menganiaya hingga meninggal dunia.

Terbukti sekularisme-kapitalisme telah merusak pandangan masyarakat saat ini tentang keluarga. Keluarga adalah tempat yang Allah tetapkan bagi anggota keluarga di dalamnya untuk berkasih sayang. Karena ditengah-tengah mereka ada hubungan rahim, yaitu tali persaudaraan.

Sekularisme nyata telah melahirkan manusia-manusia yang miskin iman, tak mampu mengontrol emosi dan rapuh jiwanya. Atmosfer sekularisme telah menyemai para generasi muda menjadi generasi yang rusak sejak dini. Hal ini mengakibatkan rusaknya hubungan mereka dengan Allah. Bahkan lebih parah lagi, mereka menjadi generasi yang merusak pihak lain.

Pada saat yang sama, kapitalisme menjadikan materi sebagai tujuan hidup sehingga banyak anak-anak mengabaikan orang tuanya sendiri. Jauh dari adab yang dianjurkan Islam dan tidak melakukan birrul walidain.

Jika benar ada tindakan orang tua yang menyakiti anak, haruskah dibayar dengan nyawa mereka? Tidakkah sebenarnya jauh lebih besar kebaikan yang telah diberikan orang tua kepada anaknya, dibandingkan dengan seujung kuku sisi buruk mereka?

Mirisnya, ternyata sekularisme-kapitalisme telah membabat habis semua itu sehingga yang tersisa hanyalah relasi anak-orang tua berdasarkan asas manfaat. Akibatnya ketika anak merasa orang tua tidak berguna maka menganiaya orang tua menjadi jalan pintas. Nauzubillah.

Penerapan kapitalisme-Sekular terbukti gagal memanusiakan manusia. Fitrah dan akal mereka menjadi liar dan tidak terjaga. Hal ini terjadi karena sekularisme telah menjauhkan manusia dari tujuan penciptaannya yaitu sebagai hamba dan khalifah pembawa rahmat bagi seluruh alam.

Sebaliknya sistem Islam akan mendidik generasi menjadi generasi yang memiliki kepribadian Islam yang berbakti dan hormat kepada orang tua, memiliki kemampuan dalam mengendalikan emosi. Sistem Islam juga memiliki mekanisme dalam menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal. Sistem Islam akan menegakkan sistem sanksi (hudud dan uqubat) yang memiliki efek jera yang tinggi agar kasus yang sama tidak berulang kembali. Sistem sanksi ini bisa mencegah semua kejahatan termasuk tindak kekerasan anak kepada orang tua. Wallahu'alam bishawab

Post a Comment

0 Comments