Dari Ibadah Haji Menuju Persatuan Sejati

Oleh : Hasna

IMPIANNEWS.COM

  Lebih dari tiga juta kaum muslim dari segenap penjuru dunia berkumpul di tanah suci. Tentu untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji tentu terkait erat dengan kegiatan jamaah haji wukuf di Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah). Penentuan hari Arafah tentu terkait dengan penentuan awal bulan Dzulhijjah. Sebagaimana perintah Rasulullah Saw, penentuan awal bulan Dzulhijjah seharusnya tidak diputuskan berdasarkan otoritas masing-masing pemimpin negara kaum muslim, tetap wajib berdasarkan pengumuman Amir Makkah. Sudah seharusnya kaum muslim bersatu dalam pelaksanaan idul Adha nanti, sebagaimana mereka bersatu dalam pelaksanaan ibadah haji. Ibadah haji adalah salah satu melting point atau titik lebur kaum muslim. Semua muslim dari berbagai penjuru dunia, dari segala suku bangsa, bahasa dan warna kulit menyatu dalam suasana penuh keharuan dan kekhusyukan di hadapan Allah yang maha perkasa. Tak nampak lagi perbedaan, termasuk strata sosial dan ekonomi, dalam pelaksanaan ibadah haji. Semua berbusana kain ihram. Semua melantunkan kalimat talbiyah. Semua mengharap ridho Allah SWT. Semua sama-sama menggemakan keagungan syiar-syiar Allah SWT.

  Tidak ada satupun agama dan ideologi yang sukses melebur umat manusia dalam sebuah wadah pemersatu selain Islam. Agama ini telah berhasil mengikat manusia selama belasan abad dalam sebuah ikatan mulia: ukhuwah Islamiyyah. Sungguh indah perumpamaan kebersamaan kaum mukmin. Mereka digambarkan oleh Nabi Saw. Laksana satu tubuh. Karena itu sungguh ironi jika seorang muslim tidak mau merasakan penderitaan yang tengah menimpa nasib sesama muslim. Mungkinkah otak tidak merasakan apa-apa ketika sekujur tubuhnya berdarah-darah penuh luka menganga? Padahal diantara tanda keimanan seseorang adalah mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri. 

  Patut direnungkan: apakah umat Islam hati ini sudah semisal satu tubuh dalam persatuan mereka? Ataukah kebersamaan dan persatuan mereka semu belaka? Kita menyaksikan lebih dari tiga juta kaum muslim dari segenap penjuru berkumpul bersama di tanah suci menunaikan ibadah yang sama, menuju keridhaan tihan yang juga sama. Namun, tatkala perhelatan ibadah haji selesai, masih tersisa kah persatuan umat ini? Apakah kaum muslim di seluruh dunia hari ini bersatu dan saling membantu saudaranya yang menderita? Sayangnya tidak.

  Saat ini kita menyaksikan saudara-saudara kita di berbagai tempat ditimpa kemalangan luar biasa. Kaumuslim di palestina misalnya, terus berada dalam ancaman genosida zionis Yahudi. Gaza dan Rafah sudah menjadi.ladang pembantaian kaum muslim. Jenazah-jenazah bergelimpangan di jalan-jalan atau terkubur dalam reruntuhan gedung. Sebagian lagi hancur berkeping-keping. Mereka menjadi korban kebiadaban zionis Yahudi. Lebih dari 36 ribu warga Gaza tewas akibat serangan biadab militer zionis. Semua fasilitas kesehatan hancur. Penduduk Gaza terancam kelaparan yang diciptakan zionis Yahudi.


  Yang lebih menyedihkan lagi adalah sikap para penguasa dunia Islam. Mereka hanya diam menyaksikan pembantaian demi pembantaian di Gaza. Sebagian dari mereka malah bersekutu dengan Zionis Yahudi dengan membuka hubungan diplomatik dan perdagangan. Lebih menyedihkan lagi sebagian para pemimpin dunia Islam justru melarang aksi dukungan terhadap Palestina dan menangkapi mereka. Para pemimpin dunia Islam rata-rata hanya berpura-pura. Di depan rakyat mendukung Palestina lewat politik retorika berupa kutukan dan ancaman. Namun, sedikit pun mereka enggan menggerakkan pasukan militer mereka untuk melindungi kaum muslim palestina dan menyerang kaum Yahudi. Mereka malah menyandarkan pertolongan pada perserikatan bangsa-bangsa (PBB). Padahal mereka tahu bahwa badan internasional itu hanya berada dalam ketiak negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, pendukung utama Zionis Yahudi.

  Penyebab terkoyaknya umat hari ini adalah karena paham nasionalisme dan konsep negara-bangsa (nation-state). Inilah yang telah mengerat-mgerat persatuan kaum muslim dan menghapuskan ukhuwah Islamiyyah. Setiap penguasa negeri muslim tidak peduli dengan urusan negeri muslim lainnya. Pantaslah jika Rasulullah Saw menggolongkan kebangsaan terhadap suku/bangsa dan golongan sebagai slogan-slogan jahiliyah yang sangat hina. Paham nasionalisme dan konsep negara-bangsa telah menjadi penjara imajiner yang mengahalangi kaum muslim menolong saudaranya. Bahkan paham nasionalisme sanggup membutakan mata dan hati umat bahwa saudara seiman itu adalah bersaudara. 

  Negara-bangsa dan paham nasionalisme adalah konsep yang dirancang oleh negara-negara barat imperialis untuk memudahkan mereka menghancurkan khilafah Islamiyyah lalu menjajah negeri-negeri tersebut. Karena itu persoalan umat di Palestina juga di Myanmar, India, cina dan berbagai penjuru dunia lain, hanya bisa dituntaskan jika umat bersatu di bawah kepemimpinan seorang khilafah. Khalifah akan melindungi dan menjaga semua kepentingan umat. Ini karena Khalifah adalah perisai umat. Dengan khilafah, potensi kekuatan militer kaum muslim yang sangat besar di berbagai negeri Islam bisa disatukan sekaligus digerakkan untuk melakukan jihad (perang) terhadap Yahudi dan para pelindungnya, khususnya, Amerika Serikat. Dengan itu kaum muslim dengan mudah bisa menghapuskan eksistensi kaum zionis penjajah dari atas negeri Palestina. Dengan khilafah, kelak umat ini sanggup memimpin dunia setelah menyingkirkan dominasi negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, atasa dunia dan kaum muslim. Dengan khilafah pula, umat Islam akan sanggup menciptakan tatanan kehidupan dunia yang harmonis di bawah syariah Islam. Wallahu a'lam bi ash-shawab.

Post a Comment

0 Comments