Bebaskan Palestina dengan Solusi yang Hakiki

Oleh: Ummi Alif
(Muslimah Pemerhati Umat)

IMPIANNEWS.COM

Slogan bertuliskan "All Eyes on Rafah" menjadi perbincangan hangat di media sosial. Gambar dan slogan tersebut menjadi viral setelah serangan udara Israel dan kebakaran yang terjadi di sebuah kamp pengungsi Palestina di Kota Rafah, Gaza Selatan. Tepatnya tanggal 25 Mei 2024. 

Kebrutalan dan kebiadaban Yahudi Laknatullah telah menewaskan 36.171 warga Palestina, serta 81.420 lainnya terluka selama lebih dari delapan bulan Gaza dibombardir sejak 7 Oktober 2023. Kota Rafah yang menjadi persinggahan terakhir warga Gaza untuk mengungsi, yang diklaim sebagai zona paling aman dari serangan militer Zion*s, nyatanya diserang juga. Serangan tersebut mengakibatkan kebakaran 14 tenda pengungsi di distrik Tel Al-Sultan, Kota Rafah. Akibatnya 45 orang tewas dan 249 lainnya terluka. Dua hari setelahnya, mereka menembaki kamp pengungsi Al Mawasi, di sebelah barat Rafah, menewaskan sedikitnya 21 orang, termasuk 12 perempuan. (MNews,  4/6/2024).

Selain di media sosial, gelombang aksi protes juga tersebar hampir di seluruh dunia. Dikutip dari CNBC Indonesia bahwa gelombang demonstrasi besar-besaran terus meluas. Para akademisi turun ke jalan menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina. Mulai dari Amerika Serikat, Eropa, hingga ke Asia. Seluruh mahasiswa unjuk rasa menuntut pemerintah dunia mengambil tindakan tegas agar Israel berhenti melancarkan operasi militernya di Gaza. Mereka terus menyerukan gerakan agar perguruan tinggi melakukan divestasi dari perusahaan yang mendukung Israel. Mereka meyakini perusahaan-perusahaan itu mendukung dan mendanai serangan Tel Aviv di Gaza. 

Sejak 75 tahun penjajahan entitas Yahudi atas Palestina, tidak satupun negeri Islam yang bisa menolong saudara seakidahnya untuk merdeka dari penguasaan dan perampasan hak negerinya. Israel semakin merangkak masuk mendesak penduduk Palestina sehingga mereka hanya menempati sebagian kecil negerinya. Sampai akhirnya terjadi genosida besar-besaran yang ingin membumihanguskan rakyat Palestina. Aturan Internasional dengan sekat Nasionalisme membuat umat Islam tidak berdaya untuk membela saudaranya sendiri. 

Berbagai bantuan sosial kemanusiaan semisal obat-obatan, makanan, pakaian, membangun rumah sakit, berdonasi, dan sebagainya telah dikirimkan. Namun, hanyalah solusi sesaat yang tidak menyelesaikan akar permasalahan. Bantuan tersebut menumpuk di luar Rafah. Berada dalam truk-truk pengangkut yang tak mampu menerjang benteng Rafah.

Para pemimpin kaum muslimin masih tunduk dan patuh terhadap aturan PBB. Organisasi internasional ini katanya yang mengusung dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Pada kenyataannya tidak bisa menyelesaikan masalah Palestina dan Israel. Karena mereka berada di bawah pengaruh besar negara adidaya. Sehingga, semua kebijakannya lebih memihak Israel.

Munculnya gagasan solusi dua negara agar rakyat Palestina dan entitas Zi*nis dapat hidup berdampingan secara damai dalam negara yang sama-sama “dipandang” legal, sangat merugikan kaum muslimin. Padahal kita tidak bisa memupus fakta bahwa negara yang diklaim oleh Zi*nis di tanah Palestina jelas-jelas hasil perampasan. Kemudian  dilegitimasi oleh Inggris dan dijaga oleh Amerika beserta sekutunya melalui lembaga internasional hingga sekarang. Wajar jika rakyat Palestina tidak bisa menerima skenario sejahat ini. Mereka terus melakukan perlawanan dan berjuang mempertahankan hak milik mereka. Meskipun rakyat Palestina harus mengorbankan jiwa dan raga. Terlebih faktanya, pihak Zi*nis pun menunjukkan sikap rakus tanpa batas. Mereka terus berupaya merebut setiap jengkal tanah milik rakyat Palestina tanpa peduli apa kata dunia.

Duka Palestina adalah duka kita semua. Buka mata dan pikiran bahwa kebengisan entitas Yahudi yang sudah melebihi perilaku manusia. Bagi seorang muslim, berpihak pada Palestina adalah kewajiban dan tuntutan akidah Islam. Panggilan akidah ini harus menjadi pendorong bagi setiap muslim untuk menyuarakan dan membela Palestina.

Maraknya berbagai aksi membela Palestina di berbagai penjuru dunia harus dimanfaatkan untuk membangun kesadaran umat. Dan bahwa solusi hakiki Palestina adalah dengan jihad kaum muslimin dan penerapan hukum Islam secara menyeluruh. Setelah berbagai solusi yang ditawarkan oleh PBB serta berbagai upaya kaum muslimin dalam membantu rakyat Palestina tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Sudah saatnya umat bangun dari tidur panjang untuk kembali sadar. Ada kesalahan sistemik yang membuat kaum muslimin terpuruk. Kaum muslimin menjadi santapan penjajah kafir Barat yang saat ini menguasai dunia dengan keserakahan dan kesemena-menaan. 

Kaum muslimin akan kembali memiliki wibawa dan kekuasaan. Hal tersebut terjadi apabila kembali kepada ajaran Al-Qur’an serta penerapannya secara kafah di muka bumi ini. Karena hanya Islam saja solusi yang hakiki bagi pembebasan rakyat Palestina. Rasulullah saw. bersabda, "Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuhnya ikut merasakan tidak bisa tidur dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Muslim No. 4685)

Hadis tersebut mengungkapkan perumpamaan yang mulia. Tentang saling mengasihi, saling solider dan saling tolong-menolong di kalangan orang-orang beriman seperti satu tubuh. Bila satu anggota tubuh sakit maka semua anggota tubuh ikut merasakan sakitnya. Dan saling tolong-menolong untuk membantu bagian tubuh yang sakit hingga sembuh. Sudah suatu kepastian bagi orang yang beriman merasakan sakit dan kesengsaraan rakyat Palestina dijajah dan ditindas oleh Israel. Namun, hanya bisa marah saja. Sedangkan untuk menolong sama sekali tidak bisa melakukan hal yang lebih  dari bantuan kemanusiaan dan doa. Padahal dalam hadis di atas dikatakan bahwa saling tolong-menolong untuk membantu bagian tubuh yang sakit hingga sembuh. 

Dari sini kita bisa belajar bahwa bersatunya umat dalam persatuan akidah Islam adalah kunci bangkitnya peradaban dan kejayaan Islam. Sekat negara bangsa adalah penghalang terbesar bagi penguasa negeri-negeri muslim. Terhalang pula penguasa negeri Islam untuk  mengirimkan tentara militernya memerangi entitas Yahudi. Sedangkan kepentingan dan kerjasama internasional dengan negara adidaya lebih diprioritaskan. Sehingga mereka hanya berani mengecam saja tanpa tindakan nyata.

Oleh karena itu,  ketiadaan Khilafah Islamiyah harus disampaikan di tengah umat. Agar mereka mengingat sejarah Palestina hidup damai ketika Khilafah ada. Dan keterpurukan melanda saat Khilafah tidak lagi menjadi perisai mereka. Kaum muslim harus memahami bahwa tanpa Khilafah, Palestina akan tetap terjajah. Sebab pokok persoalan utama Palestina adalah berdirinya entitas Yahudi di tanah Palestina. Oleh karena itu, seruan membela Palestina tidak boleh berhenti hanya pada aspek bantuan kemanusiaan. Pengiriman obat-obatan, makanan, pakaian, membangun rumah sakit, berdonasi, dan sebagainya memang dibutuhkan. Namun yang lebih penting, penegakan Khilafah adalah solusi tunggal bagi Palestina. Dengan Khilafah, sekat-sekat negara bangsa melebur mewujudkan persatuan kaum muslim. Penjajah Yahudi akan mudah diperangi dengan jihad fi sabilillah.

Sejatinya akar masalah Palestina adalah penjajahan. Bukan soal konflik agama, apalagi sekadar konflik lahan. Satu-satunya solusi adalah dengan mengusir penjajah. Kemudian mengembalikan semua tanah beserta segala hal yang dirampasnya kepada pemilik aslinya, yakni umat Islam, khususnya bangsa Palestina. Semua ini hanya bisa dilakukan dengan jalan mengobarkan jihad di jalan Allah. Di bawah satu komando kepemimpinan Islam. 

Hari ini, para penguasa muslim adalah pemegang kewenangan tertinggi untuk memobilisasi semua sumber daya yang dimiliki umat Islam. Mulai dari tentara, persenjataan, logistik, dan lainnya. Mereka semestinya memiliki independensi dan wibawa untuk mengambil sikap menghadapi bangsa penjajah. Bukan malah didikte oleh para penjajah.

Solusi atas masalah Palestina bahkan solusi bagi semua permasalahan yang dihadapi umat Islam dunia adalah adanya kepemimpinan umat Islam, yakni Khilafah yang tegak di atas asas akidah dan hukum-hukum syarak. Kepemimpinan seperti ini pernah tegak selama belasan abad dan berhasil membawa umat Islam pada puncak kemuliaan dan kesejahteraan.

Inilah yang harus disadari umat Islam saat ini. Kasus Palestina membawa hikmah tersendiri bagi umat Islam. Mereka lambat laun akan sadar bahwa nasionalisme dan kepemimpinan sekuler demokrasi adalah alat penjajahan. Sementara itu, persatuan politik umat Islam adalah sebuah kebutuhan dan keniscayaan. Wallahu ‘alam bishawab.

Post a Comment

0 Comments