Negara maju maupun berkembang juga diproyeksi mengalami pertumbuhan yang negatif.
Perekonomian negara maju bahkan diperkirakan minus 8 persen dan negara berkembang minus 3 persen.
Perekonomian Amerika Serikat (AS) diperkirakan hingga minus 8 persen, Italia dan Spanyol diperkirakan masing-masing pertumbuhannya negatif hingga 12,8 persen. Jepang juga diperkirakan minus 5,8 persen dan Inggris minus 10,2 persen.
Untuk negara berkembang, hanya China yang perekonomiannya diperkirakan masih positif sebesar 1 persen di tahun ini. Meskipun ini jauh melambat dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi China di 2019 yang mencapai 6,1 persen.
Sementara negara lainnya seperti India diperkirakan minus 4,5 persen. Untuk ASEAN-5, yang merupakan gabungan dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, diperkirakan juga minus hingga 2 persen.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan, resesi global tersebut telah merugikan dunia hingga lebih dari USD 12 triliun selama 2020-2021. Adapun 10 persennya atau USD 1,2 triliun berasal dari Amerika Latin.
“Ini benar-benar krisis global, hampir 95 persen negara diproyeksikan menghadapi pertumbuhan pendapatan per kapita negatif pada 2020,” kata Georgieve dalam keterangannya, Kamis (25/6).
Pada saat yang sama, kebijakan moneter dan fiskal di seluruh negara dinilai semakin kuat dan efektif mencegah kerugian global dan angka pengangguran.
Secara global, kebijakan fiskal yang telah dikeluarkan saat ini mencapai USD 10,7 triliun dan kebijakan moneter mencapai lebih dari USD 6 triliun.
“Respons yang tiada duanya terhadap krisis,” jelasnya.
IMF memproyeksikan pemulihan ekonomi mulai terlihat di 2021, dengan proyeksi pertumbuhan global kembali positif mencapai 5,4 persen. Begitu juga dengan negara maju yang diperkirakan tumbuh 4,8 persen dan negara berkembang tumbuh 5,9 persen.
AS diperkirakan tumbuh 4,5 persen di 2021, Eropa 6 persen, Italia dan Spanyol tumbuh 6,3 persen. Sementara Jepang diproyeksi tumbuh 2,4 persen, Inggris 6,3 persen, dan Kanada 4,9 persen.
Di negara berkembang, China diperkirakan tumbuh melesat 8,2 persen di 2021. India tumbuh 6 persen dan ASEAN-5 tumbuh 6,2 persen.
“Ada beberapa tanda pemulihan, tapi akan bersifat parsial dan tidak merata di seluruh sektor, negara, dan kawasan. Sementara 75 persen negara kembali dibuka, kita belum keluar dari ‘hutan’. Kita sedang belajar bagaimana memulihkan diri, sementara saat ini masih kekurangan terobosan ilmiah berupa vaksin yang dapat diandalkan,” tambahnya. ***
0 Comments