H. SYAFRIADI AUTID : Jadilah Kita Orang orang yang Menolong Agama Allah

IMPIANNEWS.COM (Padang). 

Ketika disebut kata wali maka yang langsung terbayang dalam fikiran sebagian orang adalah suatu keanehan. Kenyeleneh-an.

Itulah yang dapat ditangkap dari pemahaman masyarakat terhadap ungkapan kata Wali Allah.

Lalu siapakah wali Allah yang sebenarnya?

Definisi Wali
secara etimologi, kata wali adalah lawan dari ‘aduwwu (musuh) dan muwaalah adalah lawan dari muhaadah (permusuhan).

"Maka wali Allah ialah orang yang mendekat dan menolong (agama) Allah. Atau orang yang didekati dan ditolong Allah," kata Pimpinan Baznas Padang, H. Syafriadi Autid, S.Pd ketika menyampaikan tauziyah dihadapan  karyawan Baznas Padang, Kamis, 26 Muharram 1441 H/26 September 2019 M.

Definisi ini semakna dengan pengertian wali dalam terminologi Al Qur’an.

Allah berfirman, “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang beriman dan selalu bertaqwa.” (Yunus: 62 – 64)

Dari ayat tersebut, kata Pak Haji begitu panggilan akrab Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Padang,  bahwa orang yang beriman kepada Allah hidupnya selalu tenang. 

Apapun masalah yang mereka hadapi, selalu mereka serahkan diri pada Allah.

"Apa yang datang dari Allah yang termaktub dalam Al Qur’an dan terucap melalui lisan Rasul mereka pegang teguh," ujar Pak Haji.

Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahulloh juga menjelaskan dalam Syarah Riyadhus Shalihin nomor : 96, bahwa wali Allah adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa.

Mereka merealisasikan keimanan di hati mereka terhadap semua yang wajib diimani. 

Kemudian,  mereka merealisasikan amal shalih pada anggota badan mereka. 

Wali Allah  mereka  beriman kepada dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya  berjudul Al Furqon Baina Auliya’ir Rohman wa Auliya’us Syaithon hlm. 34 mengatakan:

Wali Allah hanyalah orang yang beriman kepada Rasulullah ShallAllahu ‘alaihi wa sallam. 

Beriman dengan apa yang dibawanya, dan mengikuti secara lahir dan batin. 

Barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan wali-Nya, namun tidak mengikuti beliau maka tidak termasuk wali Allah.

Bahkan jika dia menyelisihinya maka termasuk musuh Allah dan wali setan. Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’.” (Ali Imron: 31)

Hasan Al Bashri berkata: “Suatu kaum mengklaim mencintai Allah, lantas Allah turunkan ayat ini sebagai ujian bagi mereka”.

Allah sungguh telah menjelaskan dalam ayat tersebut, barangsiapa yang mengikuti Rasulullah ShollAllahu ‘alaihi wa sallam maka Allah akan mencintainya. 

Dari uraian di atas, terlihat bahwa cakupan definisi wali ini begitu luas, mencakup setiap orang yang memiliki keimanan dan ketaqwaan. 

Maka wali Allah yang paling utama adalah para nabi. Para nabi yang paling utama adalah para rasul. Para Rasul yang paling utama adalah ‘ulul azmi. Sedang ‘ulul azmi yang paling utama adalah Nabi kita Muhammad ShallAllahu ‘alaihi wa sallam. Awkar.

Post a Comment

0 Comments