Baru ada satu titik sumber cadangan migas di Sumbar ini. Dengan ada pengembangan dilapangan, nanti akan dicari pada titik lain,”terang Dr Ir Taslim Z Yunus. |
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) sampai hari ini baru menemukan satu titik sumber cadangan minyak dan gas di Sumbar. Setelah penelusuran yang cukup panjang, sumber cadangan baru minyak dan gas yang berada di Kabupaten Sijunjung tersebut, akan mulai memproduksi dalam waktu setahun atau dua tahun kedepan.
Hal itu diungkapkan Pengawas Internal SKK Migas Doktor Insinyur Taslim Z Yunus saat melakukan kuliah umum dihadapan ratusan mahasiswa Universitas Andalas Kampus II Payakumbuh pada Jumat (12/4) pagi. “Baru ada satu titik sumber cadangan migas di Sumbar ini. Dengan ada pengembangan dilapangan, nanti akan dicari pada titik lain,”terang Dr Ir Taslim Z Yunus.
Sumber cadangan migas yang berada pada cekungan Ombilin tersebut, nantinya akan menghasilkan gas kondesat. Menurut Dr Ir Taslim Z Yunus, cadangan migas tersebut sebenarnya sudah lama ditemukan oleh Caltek pada tahun 80an dulu. Namun, karena gas waktu itu belum dibutuhkan serta transpotasi produksi sangat jauh sampai ke Teluk Bayur dan tidak ekonomis. Sehingga cadangan migas tersebut belum dikembangkan
Tetapi, berkat perkembangan teknologi akhirnya sumber cadangan migas tersebut, dioperasikan dan dikembangkan. “Insha Allah dalam waktu dekat, itu akan menghasilkan untuk pendapatan Sumbar,”terangnya lagi.
Dijelaskannya, kegiatan industri hulu minyak dan gas bumi di Tanah Air diyakini akan menghasilkan multiplier effect bagi masyarakat. Selain menjadi pondasi ekonomi negara di sektor APBN, dampaknya juga dirasakan hingga ke masyarakat paling bawah.
Menurut Taslim, setiap belanja Rp 1 miliar industri hulu migas akan menghasilkan output ekonomi sebesar Rp 1,6 miliar. Selain itu juga ikut memberikan penambahan GDP (gross domestic product) sebesar 700 juta.
Tidak itu saja, industri hulu migas juga memberikan penambahan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 200 juta. Juga ada penambahan kesempatan tenaga kerja sebanyak 10 orang.
"Itu baru belanja Rp 1 miliar rupiah saja. Bayangkan saja jika ratusan miliar rupiah yang dibelanjakan oleh perusahaan migas di tanah air dalam setahunnya. Belum lagi belanja para kontraktor yang bekerja sama dengan perusahaan migas. Maka jelas sudah bahwa kegiatan ini membawa dampak yang sangat berarti bagi penduduk negeri ini, " kata Taslim lagi.
Industri hulu migas, kata Taslim lagi, juga memberikan dukungan yang sangat signifikan bagi pembangunan daerah. Misalnya adanya Dana Bagi Hasil (DBH) Migas bagi daerah, yang menjadi tulang punggung dalam APBD.
"Daerah juga bisa ikut berpartisipasi dalam bisnis ini yang disebut dengan Partisipating Interest 10 persen untuk pemerintah daerah," ujarnya.
Perusahaan migas juga wajib menjalankan program sosial mereka di daerah operasi atau yang lebih dikenal dengan nama Tanggung Jawab Sosial (TJS) atau ada juga yang menyebutnya dengan nama program CSR.
"Pasokan gas juga bisa dipakai untuk listrik, jaringan gas kota, bahan bakar industri, juga dapat dipakai sebagai bahan bakar industri turunan. Karena itu marilah kita bersama-sama menjaga kelangsungan industri hulu migas ini agar makin dinikmati masyarakat secara lebih merata dan berkeadilan," harap Taslim.
Sementara, Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut, Avicenia Darwis menambahkan, pihaknya mengapresiasi telah ditemukannya cadangan migas di Provinsi Sumatera Barat, khususnya Kabupaten Sijunjung.
"Alhamdulillah pada tahun 2018 di Provinsi Sumbar tepatnya di Kabupaten Sijunjung telah ada Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang telah disetujui Plan Of Developmentnya oleh Bapak Menteri ESDM yaitu KKKS Rizki Bukit Barisan," katanya.
Dengan disetujuinya POD tersebut, tambah Avicenia, berarti rencana-rencana pengembangan KKKS tersebut sudah bisa dijalankan. Mudah-mudahan 1 atau 2 tahun ke depan, KKKS ini sudah bisa memproduksikan Migas secara komersil sehingga Provinsi Sumbar bisa menjadi Daerah Penghasil Migas. Keberhasilan ini tentunya akan menjadi sejarah mengingat sebelumnya Provinsi Sumbar belum termasuk Daerah Penghasil Migas, beber Avicenia Darwis.(ul)