Pokan Maat (pasar Jum'at) Nagari Taeh Baruh |
IMPIANNEWS.COM (Limapuluh Kota).
DiMinangkabau,sebuah perkampungan baru bisa disebut sebuah nagari apabila daerah tersebut sudah memiliki Babalai - bamusajik, Basuku – banagari, Bakorong – bakampuang, Basawah – baladang, Bagalanggang – pamedanan, Bapandam – bapakuburan. Walau pasar tidak begitu dijelaskan dalam syarat mendirikan sebuah nagari, namun kata bagalanggang (arena) dan Balabuah (jalan) sangat erat kaitannya dengan sarana penunjang sebuah pasar, sebab 3 hal ini merupakan jantungnya perekonomian warga nagari tersebut, selain sawah dan ladang.
DiMinangkabau,sebuah perkampungan baru bisa disebut sebuah nagari apabila daerah tersebut sudah memiliki Babalai - bamusajik, Basuku – banagari, Bakorong – bakampuang, Basawah – baladang, Bagalanggang – pamedanan, Bapandam – bapakuburan. Walau pasar tidak begitu dijelaskan dalam syarat mendirikan sebuah nagari, namun kata bagalanggang (arena) dan Balabuah (jalan) sangat erat kaitannya dengan sarana penunjang sebuah pasar, sebab 3 hal ini merupakan jantungnya perekonomian warga nagari tersebut, selain sawah dan ladang.
Sebelum adanya pasar moderen seperti sekarang ini, pasar tradisoanal adalah tumpuan warga untuk melakukan pemenuhan kebutuhan yang tidak mereka dapatkan dari hasil sawah dan ladang mereka. Di Pasar tradisonal dulunya yang memakai sitem barter, dengan kemajuan zaman warga mulai mengenal uang sebagai alat tukar dan berkembang semakin canggih hingga kartu kredit. Walau tidak bisa dipungkiri, sekarang pasar tradisional mulai berangsur hilang satu persatu. namun bagi masyarakat yang tahu dan paham sejarah, mereka tetap mempertahankannya, hingga kini. Karena Pasar tradisional merupakan aset kebanggaan sebuah nagari, tempat berkumpulnya warga, walaupun terkadang hanya 1 kali dalam seminggu.
Pokan Maat (Pasar Jum'at) saja salah satu contohnya. POkan Maat ini berjarak sekitar 12 KM dari Pusat Kota Payakumbuh yang dulunya adalah sebagai Ibukota Kab. 50 Kota. Pokan MAat terletak di pertengahan nagari Taeh Baruh tepatnya di jorong Dalam Koto Kenagarian Taeh Baruah yang termasuk kedalam Keselarasan Sungai Baringin. Pokan Maat ini berdiri berdekatan dengan Kantor Walinagari, KAN dan Mesjid Nurul Falah. Secara persis penulis juga kurang tau persis kapan Pokan Maat ini berdiri.
Namun dari informasi orangtua, Pokan Maat ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Informasi lain yang ditulis Manda Alis Marajo bahwa dulunya nagari Taeh Baruh dan nagari Taeh Bukit merupakan satu nagari yaitunya kenagarian Taeh. Namun pada tahun nagari taeh baruh digambarkan bahwa Pokan Maat taeh ini sudah ada juga di tahun 1911. Karena luasnya wilayah geografis, dikabarkan Taeh Baruh berpisah dengan Taeh Bukit pada tahun 1918 secara wilayah administrasi dan hukum. Namun terkait persukuaan dan kaum, kedua daerah ini masih satu utuh dan saling berkaitan.
Curahan keluhan pedagang |
Selain warga Taeh, di Pokan Maat, banyak pedagang yang berjualan yang datang dari Bukittinggi sebagai pedagang babelok, Payakumbuh, Dangung-Dangung, Simalanggang dan Mungka. Namun nasib malang, pada Senin pagi (7/2/2011) Pokan Maat ini dilanda musibah kebakaran yang menghaguskan 20 petak toko dan 4 los pasar dengan taksiran kerugian sekitar Rp.5,5 M. Berkat bantuan Pemkab 50 Kota melalui Dinas Koperindag Pokan Maat dibangun kembali , dengan 3 los secara representatif. Derita perampokan juga sempat melanda salah seorang pedagang barang mulia RG (42) di Pokan Maat pada Jum'at (4/3/2016)
Genangan air dikala hujan resahkan pedagang
Berjalan hampir 6 tahun setelah dibangun, pada Jum'at siang kami mencoba meninjau aktifitas pedagang di Pokan Maat ini. Diperkirakan ada sekitar 100 - 110 pedagang berjualan mingguan. Di lokasi kami melihat 3 los bangunan repsentatif tersebut telah berkembang menjadi 7 los, walaupun 4 los tambahan masih dengan bangunan layak ditempati. Dua orang staf kantor walinagari juga kami jumapai di lokasi Pokan Maat siang itu.
Miris juga saat kita melakukan wawancara dengan pedagang di los ikan. Mereka mengeluhkan tidak adanya saluran air yang baik, sehingga bau amis dan genangan air bercampur darah sering terkurung di lokasi tersebut.
Keluhan yang sama juga dirasakan salah seorang pedagang kain dan pakaian, MS (61) dari Payakumbuh yang sudah berjualan selama 7 tahun di Pokan Maat. Lokasi yang MS tempati merupakan salah satu lokasi terendah di Pokan Maat. MS yang berdampingan jualan dengan Hj. Itin serta pedagang cendol dan sate sering mengeluhkan genangan air di kala hujan ditempat MS berjualan.
Selokan mulai berumput |
" Iya Pak, ini masih ada kelihatan bekas genangan air. Jum'at minggu lalu genangan air sampai ke betis kaki saya. Sehingganya, pulang dari sini kami mesti mencuci kaki dengan antiseptik. Kami berharap pemerintahan nagari mencarikan solusinya. Di belakang Pokan Maat ini ada selokan namun tidak ada ujung alirannya. selain itu, selokan mulai dipenuhi sampah dan ditumbuhi tumbuhan akar merambat," sebut MS sambil menceritakan terkait bea pasar.
Ditambahkan Hj. Itin, "Kok ujan, tagonang di muko gale wak ayia, tapaso wak tinggian lotak baju jo kain supayo indo basa dek ayia. Ayia dari sekola, lobua dan ayia dari uma urah itu (tunjukkan) manumpauk pek iko. Iko tompek paliang ronda di pokan ko. Kok dapek dibori kerekel ( kalau hujan, tergenang air muka tempat jualan, terpaksa dagangan ditinggikan supaya tidak basah. Air dari sekolah, jalan raya dan dari rumah warga menumpuk disini, ini lokasi paling rendah di pasar Jum'at. kalau bisa ditimbun dengan krikil-red)," tutur Hj. Itin sambil bermohon.
Menyikapi hal ini, Walinagari Taeh Baruah Safri, S.Th.I Dt. Rajo Pangulu yang kita jumpai di ruangan kerjanya (16/03/2018) membenarkan kondisi situasional ini.
" Kita sudah tau dan telah meninjau langsung keluhan pedagang ini. Bersama KAN, BAMUS, Bhabinsa, Bhabinkantibmas sedang kita carikan solusi ini. Saat ini kita sedang menjajaki dan memeta lokasi, kemana air hendak kita alirkan dikala hujan. Kalau tempat rendah adalah baruah kutianyia (lurah persukuan Kutianyir) berjarak 1 KM dari pasar. Kita tidak ingin salah langkah, kita mesti lakukan dulu pendekatan dengan warga, rembug warga dan pengambilan keputusan secara tertulis. Terkait biopori kita juga masih awam dan mesti belajar. Adapun rencana aksi untuk perbaikan pasar selalu kita usulkan dalam musrenbang secara bersama-sama. Semoga tahun ini atau 2019 mendatang bisa terrealisasi," terang Safri didampingi staf dan tokoh masyarakat.
Walinagari Taeh Baruah, Safri Dt. Rajo Pangulu |
"Terkait bea pasar yang kita pungut selama ini atas nama nagari dan kita gunakan untuk biaya operasional petugas kebersihan. Untuk saat ini kita simpan saja dulu di BPR Taeh Baruh, kalau seandainya ada kenbutuhan insidentil sebelum pelaksanaan pembangunan dan pengembangan pasar, baru kita ambilkan. Dan tak jarang dana tersebut kita gunakan untuk membantu warga kurang mampu, seperti membantu biaya sekolah, pengobatan dan lain sebagainya. Penyimpanan, pengambilan dan penggunaan dana tersebut diketahui oleh BAMUS dan KAN. Atas mufakat bersama, dana tersebut juga telah kita gunakan untuk kepentingan nagari, seperti baralek penghulu kemaren," Pungkas Safri.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemkab 50 Kota, Adel Nofiarman menyambut baik keputusan tokoh masyarakat Taeh Baruh untuk melakukan rembug warga dalam rangka mengatasi kondisi situasional itu. Selain itu, dengan jalur koordinasi resmi, DLH siap membantu," terangnya diselulernya pada Jum'at malam itu.
Ditempat terpisah, Kepala Koperindag, Kasman Kasim yang kita hubungi diselulernya juga menyambut baik rencana ini.
" Sebenarnya, selain dari dana bea pasar yang dipungut, masalah genangan air di pasar Jum'at itu juga bisa memakai dana nagari BUMNag. Kita hanya bisa berikan pengarahan dan penyuluhan saja, karena pasar tradisional sudah diserahkan resmi pengelolaannya kepada pemerintahan nagari. Pemkab 50 Kota sangat perhatian dengan pasar tradisonal, ini merupakan gambaran kekuatan dan kedaulatan suatu nagari. Insyaallah, tahun 2018 ini kita akan kembali hidupkan 13 pasar tradisional di Pemkab 50 KOta. Mohon doanya," pungkas Kasman Kasim.ul