Setelah bersusah payah menyusuri pematang sawah tanpa lampu penerangan jalan sepanjang hampir 1 KM, akhirnya tim Singgah Sahur Sederhana (Singgasana) Kota Padang tiba di sebuah perkampungan, Selasa (6/6/2017) dini hari. Warga di perkampungan yang berada di kaki Bukit Anak Aia, Kelurahan Batipuh Panjang, Kecamatan Koto Tangah itu baru saja terbangun untuk mempersiapkan makan sahur.
Walikota Padang H. Mahyeldi Ansharullah yang memimpin tim Singgasana ini mengucapkan salam kepada penghuni sebuah rumah yang kondisinya memprihatinkan. Ya, memprihatinkan lantaran terdiri dari kayu-kayu yang terlihat sudah lapuk, sempit dan berlantai tanah pula. Dari dalam rumah, penghuninya menyahut dengan nada canggung dan sedikit terkejut.
Rumah ini adalah milik Suardi alias Iwan. Pria paroh baya ini menempati rumah yang tergolong tidak layak itu bersama istri dan lima anaknya. Meskipun sempit, namun mereka sekeluarga terpaksa bertahan disana.
"Jangankan untuk membuat rumah, mencari buat makan sehari-hari saja sekarang kami sulit, Pak, " ujar Suardi setelah mempersilahkan Walikota dan rombongan duduk beralaskan tikar di ruang tengah rumah itu.
Suardi mengisahkan kehidupannya, setelah menamatkan Sekolah Dasar, dia tidak lagi melanjutkan. Dirinya memilih ikut melaut mencari ikan, menjadi anak payang atau ikut kapal bagan. Pekerjaan itu dijalaninya hingga dewasa bahkan sampai berumah tangga dengan Ita.
Semula pekerjaan memayang dan ikut kapal bagan cukup bagus. Tetapi belakangan, seiring semakin ketatnya peraturan, sering ada razia kelengkapan surat-surat kapal. Celakanya, induk semang kapal sering mengabaikan kelengkapan surat-suratnya sehingga kapal yang dioperasikannya ditangkap. Lalu, Suardi memutuskan berhenti ikut kapal dan memilih memukat di pantai saja.
"Memukat di pinggir, kadang- kadang penghasilannya bagus tetapi lebih sering dapat ala kadarnya bahkan tidak dapat apa-apa, " tutur pria berperawakan tinggi dengan kulit gelap itu.
Sekarang Suardi bekerja serabutan. Pekerjaan memukat sesekali dijalaninya, tetapi pada musim ke sawah dia bekerja di sawah sendiri. Terkadang menerima upah.
"Beginilah kehidupan kami Pak Wali. Demi anak-anak bisa sekolah. Biarlah sementara kami tinggal di rumah yang keadaannya seperti ini, " ujarnya lirih.
Walikota Mahyeldi menyemangati Suardi agar tidak menyerah. Yang penting anak-anak mereka harus tetap bersekolah dan didik mereka dengan ilmu agama agar kelak menjadi anak yang cerdas dan mampu mengangkat marwah keluarga.
Anak-anak Suardi yang turut duduk meriung di ruangan itu berkali-kali diusap kepalanya oleh pemimpin Kota Padang yang juga disapa Buya itu. Tak jarang Buya memberikan pertanyaan-pertanyaan ringan kepada empat anak perempuan dan seorang anak laki-laki buah hati Suardi dan Ita. Buya menanyakan tentang prestasi di sekolah dan cita-cita mereka.
Sementara dari kejauhan lapat-lapat dari pengeras suara di masjid terdengar orang membangunkan warga untuk sahur. Walikota dan rombongan semakin merasakan kedekatan dengan keluarga sederhana itu. Tergabung dalam tim Singgasana ini beberapa pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Pimpinan Baznas Kota Padang serta camat dan lurah.
"Apakah tanah lokaaibrumah ini sudah dipwruntukkan buat keluarga?" tanya Wako kepada Suardi disela hening.
Ternyata tanah lokasi rumah itu sudah diperuntukkan buat Ita dari kaumnya suku Melayu. Artinya, pembangunan rumah Suardi dan Ita bisa dibantu melalui program Baznas ditambah partisipasi donatur dan swadaya dari pihak keluarga.
"Alhamdulillah, rumah ini akan segera dibedah melalui bantuan Baznas. Inshallah sebelum Idul Fitri nanti sudah selesai, " kata Mahyeldi.
Mensengar itu, bukan main harunya Suardin dan Ita. Di bawah bias lampu terlihat jelas mata keduanya berkaca-kaca.
"Alhamdulillah, ini rumah keempat yang kita kunjungi ramadan ini. Kita targetkan bisa mengunjungi delapan rumah sampai sebelum hari raya nanti," ujar Wako.
Buya menyebut, program singgah sahur ini sudah dilaksanakan empat kali dengan ramadhan ini. Selain menjadi ajang silaturahim membangun kedekatan dengan warga, program ini sejalan dengan program unggulan Kota Padang, yaitu merehap seribu rumah tidak layak huni per tahun.
"Kita berharap program ini akan berjalan dengan baik sehingga warga miskin yang tinggal di rumah yang tidak layak secara bertahap bisa dientaskan," tukuknya.
Kunjungan Tim Singgasana di rumah Suardi ini diakhiri dengan makan sahur bersama dilanjutkan dengan melaksanakan shalat subuh berjamaah di masjid terdekat.(tf/yz/du/ch)
0 Comments