Oleh: Euis Daniawati
IMPIANNEWS.COM
CNBC Indonesia memberitakan Israel mengintensifkan serangannya di Lebanon. Pada Jumat (28/9/2024), Negeri Zionis meluncurkan serbuan roket ke Ibu Kota Negeri Rafic Hariri, Beirut.
Sebelumnya serangan Israel di Lebanon Selatan sejak Senin (23/09) terus bertambah. Kementerian Kesehatan Lebanon mengeklaim jumlah korban hampir 800 orang tewas dalam serangan yang diklaim sebagai yang paling mematikan sejak akhir perang saudara pada 1990.
Hingga Jumat (27/09) kedua belah pihak—baik militer Israel dan kelompok milisi di Lebanon, Hizbullah, yang didukung Iran—bersikeras mereka akan melanjutkan melakukan serangan satu sama lain.
Arogansi Zionis makin kuat karena diamnya negera-negera di dunia termasuk penguasa negeri muslim, sehingga serangan makin massif dan merajalela. Solusi atas Penjajahan Palestina tak mungkin berharap pada negari-negeri muslim apalagi kelompok milisi termasuk Libanon. adanya sekat-sekat nasionalisme membuat persaudaran islam tidak terwujud dan negeri muslim mencukupkan hanya dalam retorika dan hanya sedikit senjata, meski sebenarnya mereka memiliki kemampuan yang jauh lebih besar dari yang ditunjukkan.
Jubir Kantor Berita ideologis Afganistan, Rabu (25-9-2024) menyatakan, yang patut disayangkan adalah ketiadaan Khilafah di negeri-negeri muslim sebagai tameng terhadap penindasan kaum Zion*s. Akibatnya, reaksi terhadap serangan-serangan ini, seperti insiden-insiden serupa lainnya, hanya terbatas pada kecaman lisan. Dalam mengecam insiden-insiden ini, tidak terlihat adanya perbedaan antara para penguasa negara-negara Eropa dan para penguasa negeri-negeri Islam.
Sikap para penguasa seperti rezim Iran dan kelompok-kelompok afiliasinya yang sibuk menyesatkan opini publik dan tetap bungkam dalam menghadapi kekejaman ini. Ketika kejahatan brutal dan genosida di Gaza tidak mendorong reaksi dari para penguasa Iran, jelas bahwa kejahatan di Lebanon juga tidak akan menggerakkan mereka.
Selama bertahun-tahun, rezim Iran telah mencabik-cabik “tenggorokannya” dengan slogan-slogan mendukung umat Islam, khususnya Syiah. Namun, ketika saatnya mengambil tindakan tegas tiba, orang-orang hanya bisa melihat mulut rezim disumbat dengan pengkhianatannya yang terbongkar.
Ini karena pada kenyataannya, rezim Iran tidaklah Islami dan tidak merasa berempati terhadap Syiah di Lebanon.
Iran adalah negara-bangsa yang ada di kawasan itu untuk melayani kepentingan AS dan menggunakan slogan sebagai pembela Syiah hanya sebagai slogan untuk memajukan kebijakannya sendiri. Kebijakan-kebijakan ini menipu sejumlah pemikir dangkal yang tidak memiliki pemahaman yang tepat tentang situasi politik.
Bahkan faktanya, negara nasional mana pun yang mengibarkan panji Islam tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu bagi umat Islam. Pemerintah-pemerintah ini telah bertahun-tahun terlibat dalam menabur perpecahan di antara umat Islam dengan mengatasnamakan Sunni dan Syiah. Apalagi saat ini tidak ada pemerintah Sunni yang mengambil tindakan untuk rakyat Gaza, juga tidak ada pemerintah Syiah yang bertindak untuk rakyat Lebanon.
Sebabnya, tindakan-tindakan untuk melindungi umat Islam akan bertentangan dengan kepentingan nasional mereka dan keinginan Amerika. Ketika AS ingin menekan revolusi Suriah, para penguasa pengkhianat yang sama di wilayah tersebut maju dan menghancurkan revolusi tersebut. Iran bekerja sama dengan AS dalam perang di Afganistan dan Irak, bahkan dengan bangga mengakui kerja sama ini.
Demikian pula, ketika kepentingan AS mengharuskannya, Iran mendukung kelompok-kelompok proksi tertentu dengan mengatasnamakan Syiah dan nasionalisme.
Namun, saat ini ketika kebijakan AS telah berubah, Iran juga telah menyesuaikan kebijakannya. Realitas ini menunjukkan bahwa pemerintah-pemerintah ini beroperasi semata-mata berdasarkan kepentingan nasional mereka dan perintah kekuatan asing, khususnya AS, bukan untuk kepentingan Islam dan umat Islam.
Oleh karena itu, tidak ada satu orang atau satu kelompok pun yang boleh menaruh harapan dan dukungan kepada para penguasa ini, khususnya para penguasa Iran. Para penguasa ini siap mengkhianati kelompok, suku, atau agama mana pun demi kelangsungan hidup mereka sendiri.
Solusi hakiki untuk Palestina
Muslim Palestina sejatinya membutuhkan kehadiran pasukan muslim dari negeri-negeri muslim untuk melawan penjajah Zionis Yahudi. Kehadiran tentara muslim hanya akan terwujud ketika mereka memiliki kesadaran akan tanggungjawabnya membela muslim palestina. Umat harus menyeru para tentara muslim agar bersatu dibawah satu komando, yakni komando seorang memimpin dunia Kholifah.
Secara jangka panjang, umat membutuhkan khilafah yang berperan sebagai junnah yang akan menyelamatkan muslim yang tertindas dan terjajah
Tegaknya Khilafah harus diperjuangkan oleh semua muslim. Oleh karena itu penting membangun kesadaran mereka bahwa masalah Palestina adalah eksistensi entitas Israel, yang hanya dapat dilawan dengan tegaknya Khilafah.
Partai Islam ideologis memiliki kepemimpinan yang tidak berbohong kepada rakyatnya, tidak ternoda oleh sektarianisme, dan menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk mendirikan Khilafah rasyidah kedua yang dipimpin dengan benar. Sabda Rasulullah ﷺ riwayat Abu Dawud, “Imam (khalifah) adalah perisai, yang dengan perintahnya kaum muslim berperang, dan dengan strateginya, kaum muslim terlindungi dari bahaya musuh". Wallohualam bishowab.
0 Comments