Program Makan Siang Gratis, Benarkah Demi Peningkatan Kualitas Generasi?

Oleh : D.Leni Ernita 

IMPIANNEWS.COM

Berawal dari tingginya angka stunting dan gizi buruk di Indonesia, pasangan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo-Griban mengklaim akan memperbaiki dan meningkatkan gizi anak melalui program unggulan bernama makan siang gratis, benarkah program tersebut demi peningkatan kualitas generasi?

Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah media asing menyoroti rencana pemerintahan Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto, mengganti susu sapi dengan susu ikan untuk program makan siang gratis.

Koran asal Singapura, The Straits Times, melaporkan susu ikan sudah lama menjadi inovasi pemerintah RI. Pada 2023, pememerintah RI memainkan peran kunci dalam meluncurkan susu ikan yang dikembangkan sebagai upaya melakukan hilirisasi produk perikanan.

Namun, kritikus mengatakan susu ikan mungkin bukan alternatif terbaik bagi anak-anak, mengingat kadar gulanya yang tinggi dan kurangnya dukungan ilmiah yang memadai mengenai manfaat kesehatan jangka panjangnya," bunyi laporan The Strait Times berjudul 'Fish milk instead of cow's milk? Idea for Prabowo's free lunch scheme creates a stir in Indonesia'.

Saya kira untuk sementara bisa dimungkinkan untuk (susu sapi) diganti dengan susu ikan atau seperti yang sering dikatakan oleh Pak Prabowo diganti dengan telur," ujar Burhanuddin di markas TKN Fanta, Jakarta Pusat, Rabu (11/9).

Sementara itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut saat ini sudah ada beberapa produsen susu ikan di Indonesia. Jenis susu ini diharapkan bisa menjadi menu pengganti susu sapi di program makan bergizi gratis Prabowo https://app.cnnindonesia.com/

Berangkat dari isu stunting dan isu ketahanan pangan yang merupakan isu global, dengan wacana progam makan siang gratis dan susu ikan gratis. Dimensi kebijakan seolah-olah untuk mensejeterahkan rakyat dan peningkatan kualitas generasi.

Berawal dari tingginya angka stunting dan gizi buruk di Indonesia. Pasangan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo-Gibran memberikan janji akan memperbaiki dan meningkatkan gizi anak melalui program unggulan bernama makan siang gratis ( berganti nama menjadi makan bergizi gratis).

Berdasarkan riset Center for Indonesia policy Studies terdapat 21 juta jiwa 7% dari populasi penduduk Indonesia kurang gizi dengan asupan kalori per kapita harian dibawah standar Kemenkes, 2.100 kilo kalori, tercatat pula 21,6 anak berusia dibawah lima tahun mengalami stunting pada tahun 2023.

Progam makan gratis yang kenyataannya tidak gratis ini, tentunya memunculkan masalah baru dan bukan solusi karena adanya pergeseran atau pengalihan dana yang tujuan awalnya di fokuskan untuk mendukung ketersediaan akses dan peningkatan kualitas pendidikan, karena kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan dari proses pendidikan bukan hanya sebatas memenuhi nutrisi kebutuhan jasmaninya, apalagi hanya makan siang gratis, tetapi seharusnya didukung pula kurikulum sistem pendidikan yang digunakan guru itu harus yang berkwalitas dan prasarana yang memadai. Apalagi dana makan siang gratis itu membutuhkan anggaran yang sangat besar untuk pembelanjaan makan siang gratis.

Apalagi di setiap program itu ada peluang buat melakukan kecurangan.

Kebijakan mengganti susu sapi dengan susu ikan secara tidak langsung telah memberi kesempatan pada korporasi untuk meraup keuntungan. Saat ini tidak banyak industri dalam negeri yang memproduksi bubuk HPI ( susu ikan ) sehingga ada peluang bagi industri susu atau penyedia pangan dari luar negeri untuk melakukan investasi di Indonesia, seperti negara Jepang dan Australia yang merepons positif program ini.kembali para pelaku oligarki menjadi berkuasa di negri ini karena sistem yang diterapkan sistem kapitalis.

Kualitas generasi untuk mencapai nya jelas tidak bisa hanya sekedar mengisi perut, melainkan harus menjamin dan menjaga pemikiran nya agar terisi sebagai calon konstruktor peradaban sahih. Hal ini karena peradaban kufur adalah peradaban rusak yang pasti gulung tikar. Dengan begitu sungguh rugi jika suatu negeri ingin mencetak generasi berkualitas tetapi malah untuk mengisi peradaban kufur. Untuk itu tentu saja membutuhkan solusi yg bersifat sistemis, sehingga tidak bisa hanya sebatas pada program makan siang gratis. Perubahan yang hendak di emban oleh generasi berkualitas juga harus perubahan hakiki.

Dalam Islam setiap individu rakyat berhak mendapatkan makanan bergizi, bukan hanya orang miskin Negara bertanggung jawab penuh dalam mempermudah rakyat mendopatkan akses makanan bergizi sehingga terjangkau dan distribusi pangan yang merata ke seluruh wilayah sehingga tidak terjadi kelangkaan pangan di salah satu wilayah.

Seperti pada masa Kekhalifahan Ustsmaniyah, layanan makan bergizi gratis sudah diterapkan dalam bentuk pendirian Imaret yaitu dapur umum berbasiskan wakaf yang telah dibangun sejak abad ke -14 sampai abad ke -19. Didistribusikan secara gratis kepada masyarakat dari berbagai latar belakang,seperti pengurus masjid, guru murid, sufi, pelancong dan penduduk lokal yang membutuhkan

Program Makan Bergizi Gratis nyata-nyata lahir dari politik pragmatis demokrasi. Di dalam negara Islam, tidak perlu ada program khusus bertajuk “makanan bergizi” ataupun “makanan gratis” sebagaimana Program Makan Bergizi Gratis untuk anak sekolah, yang jelas-jelas tidak solutif, alih-alih mampu mengatasi stunting. Tanpa program semacam itu, negara Islam memiliki kebijakan berdasarkan syariat Islam kafah yang akan menjamin kesejahteraan masyarakat secara individu per individu tanpa khawatir kelaparan, kurang gizi, alih-alih terancam stunting. Dengan begitu, yang umat butuhkan saat ini adalah paradigma kepemimpinan yang bervisi mengurus dan melayani umat, agar seluruh persoalan termasuk stunting bisa teratasi secara tuntas dan paripurna.

Solusi, profil generasi muda muslim berkwalitas itu adalah mereka yang menghendaki menjadi yang terbaik menurut standar Allah SWT, yakni terikat dengan aturan Islam sehingga mempunyai kepribadian Islam memiliki pola pikir Islam dan tercurahkan sepenuhnya membela Islam keseharian para pelajar kental dengan aktivitas dakwah serta mampu mencapai ikhtiar  dan kemuliaan Islam serta kaum muslim.

Tentu saja negara yang hanya menerapkan sistem Islam yang mampu menghasilkan Generasi muda muslim menjadi produktif dan tangguh.

Wallahu 'alam bissawab.

Post a Comment

0 Comments