Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler

Oleh: Eli Maryati

IMPIANNEWS.COM

Setiap tanggal 5 Oktober di peringati sebagai hari guru dunia. Peringatan tahun ini mengangkat tema " Valuing teacher voices :  Towards a new Social  contract for education atau menghargai guru menuju kontrak sosial baru untuk Pendikan ". Tema ini diangkat untuk menyoroti pentingnya " suara " seorang guru, karena suara guru sangat di perlukan dalam membentuk  masa depan pendidikan dan kebutuhan  mendesak untuk memasukkan perspektif mereka kedalam kebijakan pendidikan, selain itu, harapannya agar guru dapat  memberikan pembinaan dan memanfaatkan potensi terbaik dari setiap anak didiknya.

Peringatan hari guru sedunia tahun ini juga menyoroti perlunya mengatasi tantangan sistemik yang dihadapi guru dan membangun dialog yang lebih inklusif tentang peran mereka dalam pendidikan. Tema yang diangkat tersebut menggarisbawahi urgensi menyerukan dan mendengarkan suara guru untuk mengatasi tantangan mereka tetapi yang paling penting adalah mengakui dan mengambil manfaat dari pengetahuan dan masukan para ahli yang mereka berikan kepada dunia pendidikan.

Sedemikian pentingnya peran guru, namun faktanya di Indonesia justru menunjukkan hal yang sebaliknya,  guru dihadapkan pada berbagai persoalan, baik gaji yang belum mensejahterakan, kurikulum yang membingungkan dan menjauhkan anak dari prilaku utama, juga guru mengalami tekanan hidup yang tinggi, guru juga terkadang tidak dihargai, hanya dianggap sebagai faktor produksi. Pendidikan sistem tatanan kehidupan sekularisme pun mempengaruhi jati diri guru, sehingga tega melakukan tindakan pada siswanya berupa kekerasan fisik maupun seksual, bahkan mengakibatkan siswa meregang nyawa.

Seperti yang terjadi belum lama ini, pada hari Kamis ( 26/09/24 ) seorang siswa SMPN 1 STM Hilir kabupaten Deli Serdang berinisial RSS di kabar meninggal setelah mengalami hukuman dari guru agamanya, karena tidak hafal ayat di kitab suci. RSS dihukum oleh gurunya untuk melakukan squat jump sebanyak 100 kali sampai kelelahan, korban sempat dilarikan ke  rumah sakit terdekat namun kondisinya terus menurun, hingga kemudian meninggal. inilah salah satu contoh kekerasan di dunia pendidikan, yang ketika kita hitung sangat banyak jumlahnya.

Sementara itu, jika kita lihat data dari Federasi Serikat Guru mencatat bahwa kasus kekerasan di dunia pendidikan dari kurun waktu mulai bulan Januari - September 2024 sudah mencapai 36 Kasus, terdapat 7 siswa yang meninggal. Kekerasan meliputi kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan psikis dan kebijakan yang mengandung kekerasan, dari data pelaku kekerasan di dunia pendidikan  tertinggi dilakukan oleh peserta didik, sungguh sangat miris.

Pengamat pendidikan fakultas ilmu  pendidikan dan psikologi universitas negeri Semarang, bapak  Edi Subkhan memandang bahwa,  kekerasan di sekolah yang di lakukan oleh guru menandakan kekeliruan pemahaman terhadap kurikulum pendidikan. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak - anak untuk belajar,  bukan justru menjadi penjara yang penuh hukuman fisik jika anak gagal belajar dan tidak disiplin. Bahkan seharusnya pelajaran olah raga pun harus melihat ketahanan fisik anak didik nya, kata Edi kepada reporter Tirto , Selasa ( 01/10/24 ).

Disisi lain, penting juga agar memikirkan psikis - emosional guru, sebab bisa jadi guru frustasi dan memberikan hukuman fisik karena sudah terlampau kelelahan atas beban kerja yang berlebih, sedangkan gaji guru yang jauh dari kata cukup. Edi juga menilai bahwa kesabaran guru sebagai manusia punya batas. Karena itu, kasus kekerasan yang melibatkan guru juga perlu dilihat secara komprehensif akar penyebabnya.

Sejatinya penerapan sistem pendidikan sekular di negeri ini,  merupakan akar  penyebab gagalnya pemerintah dalam menjalankan misi untuk mencerdaskan bangsa apalagi misi untuk mewujudkan generasi yang beradab. Sekularisme adalah keyakinan dasar ( aqidah ) yang memisahkan aturan agama dan negara. Syariah Islam tidak digunakan untuk tata kehidupan yang lebih luas, termasuk aspek pendidikan. Dominasi sistem pendidikan sekuler di negeri kaum muslim jelas merupakan malapetaka. Malapetaka yang menonjol adalah  lahirnya generasi yang sekularistik ( jauh dari agama )  akhirnya anak - anak  sangat rentan menjadi generasi amoral bahkan kriminal. Akibatnya di kalangan pelajar akhir - akhir ini marak kasus pornografi, seks bebas, narkoba, tawuran dan aneka kejahatan yang lainnya.

Oleh karena itu,  hanya dengan menerapkan sistem pendidikan Islam yang akan menjadi solusi untuk problem pendidikan di negeri ini, karena tujuan utama sistem pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian Islam pada peserta didik nya Yakni memiliki pola pikir ( aqliyah ) dan pola sikap ( nafsiyah ) yang Islami, muridnya memiliki kemampuan  terbaik dan gurunya pun mampu mendidik siswanya dengan baik pula.

Selain itu, Islam sangat menghormati dan memuliakan guru, diantaranya dengan memberikan gaji kepada guru yang tinggi, tanpa memandang status pegawai negeri ataupun bukan. Hal ini dilakukan oleh  negara di dalam sistem Islam yakni Khilafah, sebagai contoh pada masa Khalifah Umar bin Khatab memberikan gaji kepada guru sebesar 15 Dinar ( 1 Dinar = 4,25 gram emas )  jika di kalkulasi kan, itu artinya gaji guru sekitar Rp 30.000.000. 

Sistem pendidikan Islam juga mengharuskan calon guru berkriteria tinggi, diantaranya memiliki kepribadian Islami, berpengetahuan luas tentang ilmu yang akan diajarkannya, mempunyai cinta dan kasih sayang sebagai pendidik dan lain sebagainya. Karena tugas seorang guru  di dalam sistem pendidikan Islam sangat berat yakni harus mampu membentuk syaksiyah Islamiyah pada diri anak didik, juga para guru adalah hamba Allah yang betul - betul takut kepada Allah. 

Wallahu  Allam bi - ashwabb.

Post a Comment

0 Comments