Huckleberry Finn sebagai Potret Bangsa Amerika: Pandangan Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Andalas tentang The Adventures of Huckleberry Finn

Potret Mark Twain penulis The Adventure of Huckleberry Finn (Source Britannica)

Oleh: Ilma Alfi Rahmi 
(Sastra Inggris, Universitas Andalas)

IMPIANNEWS.COM

Dalam dunia sastra, nama Mark Twain tentu sudah tidak asing lagi, terutama ketika membahas  mengenai karya sastra yang menggambarkan sejarah bangsa Amerika pada akhir abad ke-19. Karya-karyanya yang luar biasa membuat Mark Twain yang memiliki nama asli Samuel Langhorne Clemens dianggap sebagai salah satu penulis terhebat sepanjang masa, salah satu karya hebatnya adalah The Adventures of Huckleberry Finn. Novel The Adventure of Huckleberry Finn yang diterbitkan pada tahun 1884 ini dianggap sebagai cerminan dari isu sosial yang terjadi dalam Sejarah Amerika. Novel ini sudah menjadi bahan kajian bagi para kritikus sastra di berbagai belahan dunia, termasuk bagi mahasiswa Sastra Inggris, Universitas Andalas.

Mark Twain menuliskan novel ini dengan berlatarkan pada masa sebelum perang saudara di Amerika, dimana pada novel ini diceritakan tentang petualangan Huck Finn, seorang anak yang kabur guna menghindari aturan-aturan masyarakat yang mengekangnya. Dalam petualangannya, Huck ditemani oleh Jim, seorang budak yang ingin menemukan kebebasan. Novel ini menceritakan tentang petualangan mereka berlayar menyusuri sungai Mississippi menghadapi banyak bahaya dan rintangan. Novel ini sangat menarik, karena Mark Twain tidak hanya menceritakan mengenai kisah petualangan seru yang dihadapi oleh Huck dan Jim, akan tetapi novel ini juga menjadi wadah yang merefleksikan kondisi sosial Amerika pada masa itu, terutama mengenai perbudakan dan ketidaksetaraan. 

Thariq Muhammad menyampaikan bahwa “Novel yang diterbitkan pada era itu pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Apalagi dari tokohnya sendiri yang mengambarkan isu-isu yang terjadi, seperti dari tokoh Jim yang menjadi gambaran perbudakan yang dilakukan oleh bangsa Amerika. Selain itu, kita juga bisa melihat banyak karya sastra lain yang juga memiliki tokoh seperti Jim sebagai karakternya. Dimana setiap karya itu mempunyai pola yang sama. Hal itu mungkin karna karya-karya itu dibuat untuk mengkritik isu sosial yang terjadi pada zaman itu.”

Isu yang menjadi tema utama dari novel ini adalah mengenai isu rasial, yang digambarkan oleh Twain melalui hubungan antara Huck dan Jim. Dalam novel ini, Jim yang berperan sebagai budak adalah simbol yang digunakan oleh Twain untuk menyimbolkan mereka yang menjadi korban dari perbudakan, dan juga sebagai perwakilan dari orang orang yang mendapat ketidakadilan karna terpinggirkan oleh kejamnya sistem sosial.

“Saya melihat bahwa karakter Jim disini menggambarkan realitas hidup yang dialami oleh budak, serta menunjukkan kompleksitas isu ras dan perbudakan yang terjadi” ujar Citra Irawanty.

Mahasiswa juga menyampaikan bahwa novel ini masih relevan dengan isu rasisme yang terjadi pada zaman modern ini. “Mungkin bukan dalam bentuk perbudakan, tapi rasismenya masih ada. Kita bisa lihat dari Amerika, walaupun aturan perbudakan sudah di abolisi akan tetapi masih banyak orang-orangnya yang rasis pada bangsa lain.” kata Thariq. Sedangkan Zalikha menyampaikan bahwa “Isu perbudakannya cukup relevan karena masih banyak orang kulit putih yang menempatkan dirinya di atas orang kulit hitam, meskipun sekarang caranya bisa lebih halus, misalnya dengan candaan rasis, diskriminasi di tempat kerja, dan double standar di society.”

 

Ilustrasi Jim dan Huck yang ada dalam novel The Adventure of Huckleberry Finn(Wikimedia.org)


Tidak hanya menceritakan mengenai keinginan untuk bebas dari ketidakadilan dan perbudakan. Dalam novel ini ternyata Mark Twain juga menggambarkan bahwa ketidakadilan tidak hanya disebabkan karna masalah ras seperti yang dihadapi oleh Jim. Akan tetapi, tokoh Huck yang merupakan bagian dari bangsa kulit putih juga turut merasakan ketidakadilan saat dipaksa menjadi sesuatu yang bukan dirinya oleh masyarakatnya sendiri. 

“Menurut aku karakter Huck itu menggambarkan kalo lingkungan sekitar itu berpengaruh banget sama pola pikir kita.” ujar Zalikha Marsya ketika ditanya mengenai karakter Huck. “Itu karena pada awalnya Huck sedikit rasis kepada Jim, tapi lama kelamaan dia mulai sadar bahwa tidak semua stereotype buruk mengenai orang kulit hitam itu terbukti pada Jim, itulah mengapa Huck mulai menerima hal baru.” Tambah Zalikha.

Selain itu. karakter Huckleberry Finn juga merepresentasikan kebebasan. “Karakter itu juga menggambarkan bangsa Amerika sendiri yang menganut soal kebebasan, karna banyak yang mengatakan bahwa negara Amerika sebagai negara yang bebas.” Ujar Thariq ikut memberikan pendapatnya ketika ditanya mengenai karakter Huck.

Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Andalas menyepakati bahwa novel ini adalah novel yang harus dibaca oleh mahasiswa guna untuk memahami ketidakadilan pada sesama manusia yang pernah terjadi dalam sejarah, tidak hanya itu, novel ini juga membantu untuk memahami isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat. Mark Twain melalui tulisan hebatnya mampu merefleksikan secara mendalam mengenai bangsa Amerika, dimana isu yang disampaikan masih relevan meskipun sudah berlalu lebih dari satu abad yang lalu.

“Dari buku ini kita bisa belajar kalau manusia itu pemikirannya dinamis dan pentingnya menghargai kebebasan antar individu tanpa melihat ras dan umur nya” Tutup Zalikha.

Post a Comment

0 Comments