Hanya sistem pendidikan Islam yang mampu melahirkan generasi emas

Oleh : Hasna

IMPIANNEWS.COM

Tindakan kriminal yang dilakukan remaja/pelajar hingga anak berusia di bawah umur terus meningkat dan mengkhawatirkan akhir-akhir ini. Tidak sedikit remaja/pelajar yang terlibat dalam pembunuhan, penganiayaan, pencurian, pembegalan, pemerkosaan, geng motor dan tawuran. Baru-baru ini misalnya, kasus pemerkosaan dan pembunuhan siswi SMP di Palembang melibatkan empat tersangka yang semuanya merupakan remaja di bawah 18 tahun.

Kegagalan pendidikan sekuler 

Penerapan sistem pendidikan sekuler di negeri ini terbukti telah gagal melahirkan generasi yang beriman dan bertakwa. Akibatnya, tindak kriminal, khususnya yang dilakukan remaja/pelajar, makin meningkat. Melalui penerapan sistem pendidikan sekuler, pemerintah terbukti telah gagal menjalankan misi pencerdasan bangsa. Apalagi misi mewujudkan generasi yang beradab. Pemerintah juga telah gagal melindungi remaja dan anak-anak dari berbagai ancaman tindak kriminal. Saat ini lingkungan sosial tempat anak-anak bergaul Tidka mencerminkan kehidupan islami. Lingkungan masyarakat yang di dalamnya marak perjudian, prostitusi, pornografi, pornoaksi, peredaran minuman keras, pergaulan bebas dan sederet fakta lain akan sangat mempengaruhi secara negatif perilaku remaja dan pelajar.

Sekularisme adalah keyakinan dasar (aqidah) yang memisahkan negara dan agama. Di negeri yang mayoritas muslim ini, agama (Islam) hanya sebatas urusan ritual ibadah/penyembahan kepada tuhan. Syariah Islam tidak digunakan untuk mengatur tata kehidupan yang lebih luas, termasuk aspek pendidikan.

Dalam sistem pendidikan sekuler, fungsi agama diabaikan. Akibatnya, pelajar terjauhkan dari fitrahnya. Sistem pendidikan sekuler juga menjadikan naluri pelajar tak bisa dikendalikan saat lingkungan eksternal memberikan stimulus negatif. Sebab utamanya adalah karena tidak tertanam keimanan dan ketakwaan pada diri pelajar. Padahal pada awalnya, manusia dilahirkan membawa fitrah. Sayangnya lingkungan yang sekuler baik di rumah, sekolah maupun di Masyarakat telah mematikan fitrah manusia ini.

Dengan demikian pada dasarnya fitrah anak adalah Islam. Jika sistem pendidikan yang membesarkan dirinya justru sekuler (menjauhkan anak dari Islam), maka akan lahir generasi amoral yang mengabaikan perintah dan larangan Allah SWT. Sosok generasi yang kehilangan fitrah dan amoral semacam ini akan terus ada jika pemerintah tidak segera menyadari bahaya sistem pendidikan sekuler ini. Sistem pendidikan sekuler yang menihilkan peran agama tercermin pada bisi, misi, kurikulum, program, metodologi pengajaran hingga indikator output dan outcome sekolah. Keseluruhan komponen ini dikaitkan dengan orientasi kehidupan duniawi semata sama sekali mengabaikan tujuan kehidupan ukhrawi. Dengan kata lain sistem pendidikan sekuler mengabaikan sama sekali nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.

Dominasi sistem pendidikan sekuler di tengah-tengah kaum muslim di negeri ini jelas merupakan malapetaka. Malapetaka yang menonjol adalah lahirnya generasi-generasi sekularisme (yang jauh dari agama). Karena jauh dari agama, mereka sangat rentan menjadi generasi amoral, bahkan kriminal. Akibatnya, di kalangan remaja/pelajar akhir-akhir ini marak kasus pornografi, seks bebas, narkoba, tawuran dan enak kejahatan lainnya.

Sistem pendidikan Islam sebagai solusi

Sistem pendidikan Islam memiliki karakteristik yang didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran Islam. Tujuan utamanya adalah membentuk kepribadian Islam pada peserta didik. Kepribadian islami sebagai hasil dari pendidikan Islam memiliki dua karakter utama, yakni pola pikir islami dan pola sikap islami.

Sistem pendidikan Islam dimulai oleh Rasulullah Saw. Beliau mengajarkan hukum-hukum Islam kepada kaum muslim, baik anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua. Tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Islam mendidik setiap generasi dan angkatan. Rasulullah Saw dan para sahabat mengislamkan hampir semua kalangan. Mereka mengajarkan Al-Qur'an dan Sunnah kepada segenap lapisan masyarakat. Dengan itu lahirlah generasi Ulul Al-Bab yang cerdas dan shalih.

Meski demikian, Islam tetap memperhatikan ilmu pengetahuan (sains). Contohnya Rasulullah Saw pernah mengizinkan dua orang sahabat beliau pergi ke Yaman untuk mempelajari teknik membuat senjata bernama dabbabah. Beliau pun menganjurkan para wanita saat itu untuk mempelajari ilmu tenun, menulis dan merawat orang-orang sakit (pengobatan). Dari sistem pendidikan Islam yang diperoleh oleh Rasulullah Saw inilah kelak lahir generasi emas yang berkualitas, baik dari sisi intelektualitas maupun spiritualitas.

Dalam pandangan Islam, pendidikan bukanlah sekedar media transfer ilmu pengetahuan. Pendidikan juga merupakan "alat" pembentuk kepribadian islami, yakni pembentuk pola pikir islami dan pola sikap islami, pada peserta didik. Pola pikir islami berkaitan dengan pemahaman peserta didik terhadap hukum-hukum Islam (wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram). Pola sikap islami berkaitan dengan perilaku peserta didik yang sesuai dengan hukum Islam di semua aspek kehidupan.

 Dalam pandangan Islam, orangtua dan pemerintah wajib menjalankan sistem pendidikan Islam yang melahirkan generasi kepribadian Islam. Di sisi lain, masyarakat pun wajib menegakkan amar makruf nahi mungkar. Sinergitas antara keluarga, guru, dan masyarakat yang ditopang oleh negara dalam melaksanakan sistem pendidikan Islam terbukti pernah melahirkan generasi emas sepanjang sejarah peradaban dunia. Kondisi ini berlangsung sejak penerapan sistem pendidikan Islam yang dimulai pada masa pemimpin Rasulullah Saw sebagai kepala negara Islam di Madinah, lalu dilanjutkan hingga pada masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin dan para Khalifah setelah mereka sepanjang era kekhalifahan Islam selama berabad-abad. 

 Sistem pendidikan Islam di dalam negara khilafah mengintegrasikan ilmu agama (aqidah, fiqih, tasawuf/akhlak dll) dengan ilmu duniawi (sains, matematika, dan teknologi). Tujuannya adalah untuk melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas dalam urusan dunia, tetapi juga memiliki pemahaman yang dalam tentang ajaran agama dan mampu menerapkan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan. 


  Lahirnya generasi emas sepanjang sejarah peradaban Islam dalam institusi khilafah pada masa lalu semestinya menjadi petunjuk dan pelajaran yang berharga bagi umat Islam negeri ini, khususnya pemerintah. Petunjuk bahwa islamlah sebagai sistem kehidupan yang benar/lurus, yang akan melahirkan aneka kebaikan bagi bangsa dan negara ini. Dari petunjuk dan pelajaran ini, akan lahir sebuah kesadaran ideologis pada bangsa ini untuk berjuang bersama menegakkan syariah Islam secara kaffah dalam semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan.


Wallahu a'lam bishowab

Post a Comment

0 Comments