Daniel Keyes dan Karya Masterpiecenya, Flowers for Algernon

Foto: Daniel Keyes (The Washington Post)

Oleh: Said Muammar Zainal Asyikin
(Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas
saidmza.student.sasingunand@gmail.com)

IMPIANNEWS.COM

Daniel Keyes adalah seorang penulis dan profesor asal Amerika Serikat. Ia lahir di Brooklyn, New York, pada tanggal 9 Agustus 1927. Orang tuanya adalah pasangan imigran yang sederhana, dan mereka mendukung Keyes dalam mengejar pendidikan.

Buku yang membuat Daniel Keyes dikenal luas adalah Flowers for Algernon, yang pertama kali terbit dalam bentuk cerita pendek pada tahun 1959, sebelum kemudian dikembangkan menjadi novel pada tahun 1966. Flowers for Algernon bercerita tentang Charlie Gordon, seorang pria dengan disabilitas intelektual yang menjalani operasi untuk meningkatkan kecerdasannya, namun akhirnya menghadapi dampak tragis dari peningkatan sementara ini.

Dalam karyanya, Daniel Keyes mengeksplorasi tema-tema seperti kecerdasan, etika ilmiah, dan kemanusiaan. Karya ini mendapatkan pujian luas karena berhasil menyentuh sisi emosional pembaca sekaligus mengangkat isu sosial yang mendalam. Salah satu ciri khas dari gaya penulisan Keyes adalah kemampuannya untuk menggabungkan sains fiksi dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang sifat manusia.

Source: Bookstore/Tokopedia,(IST)

Flowers for Algernon mengajak pembacanya untuk merenungkan arti sebenarnya dari kecerdasan, kebahagiaan, dan harga diri. Gaya naratif Keyes sangat terfokus pada perspektif Charlie, yang menunjukkan perubahan drastis dalam pola pikir dan kepribadian karakter seiring meningkat dan menurunnya kecerdasan Charlie. Perjalanan ini menggugah empati dan menggambarkan potret menyakitkan dari bagaimana masyarakat memperlakukan individu dengan keterbatasan mental.

Tema yang diangkat Keyes masih relevan hingga saat ini, terutama terkait bagaimana sains dan teknologi dapat memengaruhi kehidupan manusia. Flowers for Algernon tidak hanya menyentuh ranah sains fiksi, tetapi juga memperdalam pemahaman tentang hakikat manusia, eksploitasi, dan rasa kemanusiaan yang sering kali terabaikan. Buku ini juga menantang pembaca untuk mempertanyakan bagaimana kita memperlakukan mereka yang dianggap "berbeda" dalam masyarakat.

Salah satu simbol yang paling dikenal dari novel ini adalah tikus laboratorium bernama Algernon, yang menjalani operasi serupa dengan Charlie. Algernon menjadi cerminan dari kondisi Charlie, dan melalui perjalanan Algernon, pembaca dapat melihat ketidakpastian nasib Charlie, memberikan perasaan duka mendalam terhadap kenyataan hidupnya.

Daniel Keyes dianggap berani dalam menulis topik yang menantang pandangan umum tentang kecerdasan dan nilai manusia. Dengan menggabungkan elemen sains fiksi, psikologi, dan etika, Keyes telah meninggalkan jejak mendalam pada dunia sastra, yang hingga kini terus menginspirasi banyak penulis dan pembaca.

Keyes meninggal pada usia 86 tahun, pada 15 Juni 2014, namun warisannya dalam dunia literatur, terutama melalui Flowers for Algernon, akan selalu dikenang. Pengaruhnya terhadap genre sains fiksi serta kajian moral dalam sastra tetap bertahan hingga hari ini.

Berikut adalah kata-kata dari rekan-rekan penulis artikel mengenai Daniel Keyes dan Flowers for Algernon :

Aqil, seorang mahasiswa Sastra Inggris Universitas Andalas: “Ya, saya tau tentang Daniel Keyes dari beberapa teman. Flowers for Algernon adalah salah satu bacaan yang paling berkesan, walaupun saya masih belum membacanya sampai akhir, tapi emosi dari novelnya memang sangat terasa.”

Naufal, yang juga seorang mahasiswa Sastra Inggris Universitas Andalas: “Saya pernah membaca bukunya dan terkejut dengan alur cerita yang begitu menyentuh. Transformasi Charlie sungguh tragis dan membuat saya berpikir ulang tentang banyak hal.”

Hamdi, juga seorang mahasiswa universitas Andalas: “Buku ini menarik, tapi saya merasa alurnya terlalu tragis. Mungkin karena saya lebih suka cerita yang berakhir bahagia, tetapi saya mengerti mengapa banyak orang terkesan dengan karya ini.”

Post a Comment

0 Comments