Oleh : Nanda
IMPIANNEWS.COM
Kabupaten Bandung dan sekitarnya tengah diguncang gempa bumi berturut-turut. Misalnya, pada awal bulan (5/9/2024) terjadi 2 kali gempa masing-masing dengan M 2,8 dan M 3,1 (detik.com).
Terbaru, pada Rabu (18/9/2024), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat per pukul 14.00 WIB telah terjadi 24 kali gempa dengan guncangan terkuat M 5,0 di Kabupaten Bandung dan Garut. (bandung.bisnis.com).
Mengutip detik.com, dampak dari gempa ini tercatat korban sejumlah 59 orang luka ringan, 23 orang luka berat, dan 450 orang mengungsi. Sejumlah fasilitas umum, sarana pendidikan, bangunan, dan 700 unit rumah dinyatakan rusak. Guncangan gempa ini cukup membuat warga sempat panik dan berlarian ke lapangan untuk menyelamatkan diri. Kereta cepat Whoosh pun sempat menghentikan aktivitasnya akibat gempa.
BMKG menyebut hasil analisis mereka mengungkap bahwa pusat gempa berlokasi di darat, pada kedalaman 10 km. Gempa kali ini disebutkan jenis gempa dangkal akibat aktivitas Sesar Garut Selatan atau Garsela.
Potensi gempa di berbagai wilayah Indonesia memang menjadi bahasan hangat BMKG dan para ahli. Misalnya zona Sesar Garsela, yang terhitung sering dilanda gempa bumi. Teguh Rahayu (Ayu), Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, menyebutkan Sesar Garsela merupakan sesar aktif. Ayu mengutip buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia (2017), bahwa, magnitudo maksimum Sesar Garsela dari segmen pertama, Rakutai mencapai 6,2. Sementara, segmen keduanya, Kencana mencapai M 5,7.
Contoh lain, mengutip BMKG, selama ratusan tahun, keberadaan Zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut menjadi zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang dapat sewaktu-waktu melepaskan energi gempa.
Hasil analisis para ahli sebelum kejadian, telah menjelaskan risiko bahaya yang dapat terjadi. Banyak berita yang telah menyebar terkait bahaya Megathrust dari para ahli. Namun, gempa terbaru menunjukkan dampak bencana masih cukup terasa oleh warga. Komunikasi risiko saja berarti tidak cukup, perlu langkah lebih dalam; bagaimana cara mengurangi dampak bencana, atau mitigasi.
Dalam Islam, mitigasi menjadi tanggung jawab pemerintah selaku ra’in (pemelihara) dan junnah (perisai) rakyat dan umat. Jika satu daerah telah diketahui tinggi potensi guncangan, maka banyaknya kerusakan dan korban seperti saat ini, menunjukkan kelalaian dan lemahnya persiapan. Bangunan yang dibangun oleh rakyat, bangunan publik seperti fasilitas umum, dan sarana pendidikan, banyak yang retak bahkan roboh. Ini menunjukkan kurangnya komitmen terhadap kualitas bangunan. Belum lagi kurangnya data terkait mikrozonasi untuk menjaga jarak aman dari jalur sesar aktif.
Jika warga melakukan aktivitas swadaya yang bisa dan biasa dilakukan, seperti mendirikan masjid/sekolah yang lebih kokoh, maka merupakan kebaikan yang dianjurkan oleh agama, dan tetap didorong oleh pemerintah.
Pada dasarnya keamanan rakyat tidak diragukan adalah kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh pemerintah, atau setidaknya demikian aturan dari Islam. Bencana adalah ketetapan Allah, namun terjaganya jiwa, harta, dan darah rakyat dari bencana yang berulang menjadi kebutuhan rakyat yang wajib dipenuhi. Kelalaian pemerintah dapat mendatangkan murka Allah. Menjadi peringatan untuk kita atas kemaksiatan dan azab/siksaan, pada firman Allah dalam QS Al-A’araf : 96-99,
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain? Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi.”
Semoga para korban gempa Kabupaten Bandung dan Garut diberikan kesabaran dalam menghadapi musibah ini, dan Allah berikan ganti yang lebih baik. Juga mendapatkan layanan terbaik dari pemerintah dan pemangku kepentingan setempat.
0 Comments