Oleh : Neni Resmi
IMPIANNEWS.COM
Pasukan Israel mengubah "zona kemanusiaan aman" di Jalur Gaza menjadi tumpukan puing-puing dan abu, menyisakan hanya 9,5 persen wilayah yang disebut "zona aman" bagi warga sipil yang mengungsi, kata Pertahanan Sipil Palestina di Gaza, Sabtu.
Menurut pernyataan yang dirilis otoritas tersebut, pada awal invasi darat Israel ke Gaza awal November 2023, pasukan Israel mengusir ratusan ribu warga sipil dari Gaza utara ke Gaza selatan, mengeklaim area tersebut sebagai "zona kemanusiaan yang aman."
Akhirnya, pada Agustus 2024, tentara Israel mengurangi "zona kemanusiaan yang aman" ini menjadi hanya 35 kilometer persegi, atau 9,5 persen dari total wilayah Gaza.
Zona tersebut hanya mencakup sekitar 3,5 persen dari area pertanian, layanan dan komersial, yang kemudian mempersempit ruang tempat warga sipil berlindung, kata otoritas, merinci bagaimana pasukan Israel secara sistematis menghancurkan "zona aman."
Berkurangnya zona aman yang terus berlangsung itu memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, karena warga sipil memiliki tempat yang lebih kecil untuk melarikan diri dari aksi kekerasan.
Serangan tersebut menewaskan lebih dari 40.200 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 93 ribu luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang terus berlangsung di Gaza menyebabkan kelangkaan akut pada bahan makanan, air bersih dan obat, dan menyebabkan kehancuran pada sebagian besar wilayah tersebut.
Meski krisis di Gaza sudah demikian buruk, tapi tidak membuat negri-negri islam, yakni Arab Saudi memberikan pertolongannya terhadap Gaza. Arab Saudi diketahui tengah membangun 15 stadion megah untuk mempersiapkan menjadi tuan rumah di piala dunia tahun 2034. Demikian halnya dengan Mesir. Mesir berbatasan langsung dengan Gaza, Mesir enggan membuka pintu perbatasannya, apalagi memberikan bantuan logistik
Ini semua menunjukan bahwa sikap abai dunia Islam terhadap Gaza adalah akibat sentimen kebangsaan. Ide nasionalisme yang terlanjur mengakar di negri-negri muslim telah menjadi racun politik yang menyebabkan negri-negri muslim tidak berkutik untuk membela saudaranya di Palestina.
Sungguh tegaknya sistem jahat Kapitalisme telah membuat negri-negri Islam mati rasa. Kepedulian mereka pada Gaza menegaskan sikap individualistis.
Krisis di Gaza adalah wujud perang ideologi. Di sana terjadi pertarungan antara ideologi kufur kapitalisme dan ideologi shohih, yakni Islam. Sayang, ideologi Islam sebagai lawan yang sepadan bagi kapitalisme baru di emban oleh individu belum diemban oleh negara.
Berhubung negara Israel adalah negara kafir harbi fi'lan, maka lawan yang seimbang adalah negara pengemban ideologi islam, yakni Khilafah.
Wallahu'alam bishowab
0 Comments