Muatan Lokal Menjadi Program Pembentuk Karakter Anak, Apa Bisa?

Oleh: Suci Rubiastuti

IMPIANNEWS.COM

Bupati Bandung H. M. Dadang Supriatna mengajak masyarakat untuk banyak bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Ia pun berdoa semoga dosa kita semua diampuni. Bupati mengungkapkan ini pada giat Pelantikan Pengurus MWC NU Kecamatan Baleendah, Santunan dan Tabligh Akbar di Lapangan Sektor 7 Citarum, Kampung Penclut, Desa Rancamanyar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Sabtu (13/7/2024) malam (hibar.pgrikabupatenbandung.id, 14/7/2024).

Selanjutnya, ia mengatakan sudah menelaah Pancasila, UUD 1945, bahasa Sunda dan Al-Qur’an. Menurutnya, Pancasila dan bahasa Sunda adalah implementasi dari Al-Qur’an, karena Allah SWT menurunkan Nabi Muhammad SAW dalam rangka menyempurnakan akhlak.

Bupati Dadang lalu menyatakan bahwa kondisi negara kita sedang tidak baik. Banyak peristiwa yang mengkhawatirkan terjadi di luar dugaan, seperti istri yang membakar suaminya akibat masalah judi online dan nafkah. Ada juga anak membunuh ibunya karena tidak dibelikan motor. Lalu kejadian suami memutilasi istrinya. Menurutnya, kita tidak bisa diam saja. Maka, ia mengungkapkan bahwa jika ia dilantik menjadi Bupati Bandung, terdapat tiga program muatan lokal untuk para siswa TK, SD, dan SMP di sekolah.

Para siswa wajib mempelajari pendidikan Pancasila dan UUD 1945, pendidikan bahasa dan budaya Sunda, serta wajib belajar mengaji dan menghafal Al-Qur’an. Tujuannya untuk membentuk mereka agar menjadi pemimpin bangsa dan negara yang berkarakter dan berakhlak mulia. Tolok ukurnya adalah agama.

Perlu kita tekankan kembali bahwa program yang dicanangkan Dadang Supriatna untuk menciptakan anak berkarakter dan berakhlak mulia adalah dengan adanya program muatan lokal. Alasannya karena banyak tindak asusila yang terjadi di tengah masyarakat hanya bisa diatasi dengan pembentukan karakter anak-anak sekolah. Tetapi, masalahnya apakah pembentukan karakter anak dan akhlak mulia bisa muncul dengan implementasi program muatan lokal saja? Kemudian apakah karakter anak dan akhlak mulia bisa terbentuk dalam sistem kapitalisme liberal yang diterapkan di negeri ini?

Pembentukan karakter anak dan akhlak mulia harus dibentuk sejak dini dalam lingkungan keluarga dengan pendidikan akidah. Akidah yang tertanam kuat pada anak akan menjadikannya taat pada aturan Allah SWT dalam keadaan apa pun. Namun, faktanya hari ini keluarga (orang tua) pun sangat kurang menanamkan akidah pada anak. Di sisi lain, pelajaran agama hanya diberikan beberapa jam saja di sekolah. Mengaji dan membaca Al-Qur’an dalam waktu singkat tidak akan cukup untuk membentuk kepribadian dan akhlak mereka. Ditambah lagi masyarakat yang bersifat individualis dan liberal, tidak peduli dengan kondisi anak serta membebaskan mereka dalam berperilaku. Maka pembentukan karakter anak dan akhlak mulia menjadi sangat mustahil dalam sistem kapitalisme. Yang ada hanya khayalan belaka. Karena untuk membentuk karakter anak dan akhlak mulia dibutuhkan agama sebagai pondasi, sedangkan kapitalisme memisahkan agama dari kehidupan.

Berbeda dengan konsep Islam yang mengharuskan anak-anak sebagai peserta didik di sekolah mempelajari akidah selama bertahun-tahun sebelum mempelajari ilmu-ilmu akademis. Maka outputnya adalah para siswa yang beriman, tidak sekuler atau memisahkan agama dari kehidupan, taat pada Allah, dan berakhlak mulia. Lalu disertai ilmu akademis yang mumpuni, mereka akan membawa negara pada peradaban yang gemilang, karena ilmu yang mereka pelajari tidak sia-sia, tetapi diterapkan dalam kehidupan untuk kemaslahatan masyarakat, bukan hanya untuk kebanggaan atau untuk memperoleh materi. Kriminalitas yang menjadi kekhawatiran banyak orang pun bisa berkurang dengan pendidikan semacam ini.

Lalu di dalam Islam, negara berperan dalam menjamin kebutuhan masyarakat, salah satunya dengan membebaskan biaya pendidikan. Dengan demikian, peserta didik akan merasa tenang dalam mencari ilmu. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa karakter anak yang baik dan berakhlak mulia bisa terbentuk hanya dengan penerapan Islam secara sempurna. Wallahu a’lam bissawab.

Post a Comment

0 Comments