Mabuk Kecubung, Buah Kapitalisme Sekuler

Oleh: Ummi Yourin

IMPIANNEWS.COM

Masyarakat Banjarmasin dalam beberapa hari terakhir dihebohkan dengan peristiwa viral kecubung maut yang menyebabkan 2 orang meninggal dunia. Lalu, apa itu kecubung dan kenapa mematikan?

Peristiwa kecubung maut di Banjarmasin viral dimedia sosial karena tewaskan dua orang dan puluhan orang dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ), Pengguna akun @Heraloebss mengunggah video yang menunjukkan banyak orang dalam kondisi tidak sadar diri dengan sepenuhnya alias mabok tergeletak dan muntah-muntah. Dalam potongan video tersebut, terlihat pula orang yang meracau, berbicara tidak jelas, membentak, serta tidak dapat menguasai dirinya sendiri. Unggahan tersebut disertai dengan keterangan yang menyebut orang di dalam video tersebut mabuk lantaran mengkonsumsi kecubung yang dioplos dengan minuman dan obat-obatan.

Kapolresta Banjarmasin Kombes Pol Cuncun Kurniadi mengimbau agar masyarakat tidak mengonsumsi kecubung. Pasalnya  kecubung dapat membuat akal manusia tidak bisa membedakan antara nyata dan ilusi. Dengan kata lain, kecubung ini dapat menyebabkan gangguan mental, baik sementara maupun permanen. Pada kondisi terburuk bahkan dapat menyebabkan kehilangan nyawa.

Penyalahgunaan kecubung sebagai bahan mabuk telah menjadi isu yang makin mengkhawatirkan. Kecubung mengandung zat aktif yang dapat memengaruhi sistem saraf pusat. Efek ini menjadikan kecubung sering disalah gunakan untuk mendapatkan sensasi euforia dan halusinasi.

Permasalahan pemakaian kecubung sebagai bahan tambahan untuk mabuk bukanlah hal yang baru, khususnya di Kalimantan. Meskipun kecubung memiliki sejarah penggunaan dalam konteks ritual atau pengobatan tradisional, penyalahgunaannya untuk tujuan mabuk-mabukan membawa dampak negatif yang signifikan bagi individu dan masyarakat. 

Selain dampak kesehatan, penyalahgunaan kecubung juga menimbulkan masalah sosial, termasuk perilaku berisiko, kerusakan hubungan keluarga, dan beban pada layanan kesehatan. Orang yang kecanduan juga akan mengalami penurunan produktivitas, masalah dalam hubungan interpersonal, dan konflik hukum. Secara tidak langsung, pengguna akan gagal beradaptasi dengan lingkungannya.

Namun demikian, menurut keterangan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kalimantan Selatan, Brigjen Pol Wisnu Andayana, status kecubung di dalam UU belum masuk ke dalam golongan narkotika. Sejatinya kecubung, katanya, termasuk dalam golongan zat psikoaktif baru atau new psychoactive substance (NPS). Hanya saja, bagian ini belum diatur oleh UU, khususnya dari Kementerian Kesehatan.

Fenomena mabuk kecubung menegaskan bahwa perilaku generasi muda telah rusak. Ini tampak dari tujuan konsumsi kecubung yang berupa sensasi euforia dan halusinasi. Ini juga menunjukkan bahwa mabuk kecubung tidak ubahnya mengonsumsi narkoba, yakni karena pecandunya ingin sejenak melepaskan beban pikiran akan kehidupan. Meski sejatinya yang mereka peroleh itu hanya kebahagiaan semu dan sementara.

Semua ini tidak lain akibat penguasa beserta sistem yang tegak saat ini memang tidak bervisi membentengi generasi dari kerusakan secara sistemis. Ini tampak nyata di antaranya dari sistem sekuler yang malah difungsikan untuk mencetak generasi instan, pragmatis, serta jauh dari profil tangguh. Generasi berakhlak mulia pun sekadar wacana. Ini jelas malapetaka.

Penerapan syariat Islam kaffah adalah solusi tuntas bagi seluruh problematik kehidupan manusia, baik pada level individu, masyarakat, maupun negara.

Adanya generasi lemah seperti saat ini menunjukkan kebutuhan akan adanya pembinaan akidah dan keimanan yang selanjutnya menumbuhkan keterikatan mereka terhadap syariat Allah Taala. Keyakinan seorang muslim terhadap keberadaan Allah serta kesadaran dirinya sebagai makhluk-Nya akan menguatkan hubungannya dengan Sang Khalik. Inilah yang akan membuahkan takwa dan rasa takut untuk melanggar aturan-Nya.

Efek kecubung yang memabukkan beserta risiko bahaya dan aspek mudarat bagi penggunanya tidak perlu diragukan lagi. Orang-orang yang menjadikan mabuk kecubung sebagai pelarian dan pelampiasan dari permasalahan kehidupan jelas merupakan generasi rapuh. Ini karena pada titik terlemahnya, mereka malah tidak mengambil solusi hakiki semata dari Allah Taala.

Dalam hal ini, bekal keimanan harus dimiliki oleh seorang individu muslim untuk selanjutnya ditumbuh suburkan di dalam sistem Islam yang tidak hanya menghasilkan generasi berkepribadian Islam, tetapi juga tangguh, bermental baja, serta menyadari dan mampu melaksanakan kewajiban untuk mengemban dakwah.

Post a Comment

0 Comments