Oleh : Ummah Hadid
IMPIANNEWS.COM
Ibarat dua tangan yang bertautan erat, Indonesia dan Cina menjalin hubungan dalam proyek ketahanan pangan. Dikutip dari kompas.com ( 21/4/23 ), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa China bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah (Kalteng) dengan memberikan teknologi padinya, dan akan memulai proyek ini pada Oktober 2024. Tidak tanggung-tanggung 1 juta hektar lahan yang akan digunakan dalam proyek ini.
Sontak saja, rencana ini mendapat kritikan besar dari Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa. Dilansir dari Tempo.com (23/4/23) Andrea mengingatkan agar proyek ini dikaji secara menyeluruh dengan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum dilaksanakan. Terlebih pengalaman food estate sejak zaman pemerintahan Soeharto pada 25 tahun lalu, dimana luas tanah yang digunakan juga berjuta hektar, namun akhirnya gagal. Tidak hanya itu, 2 proyek SBY di Merauke seluas 1,2 hektar juga gagal, di Bulungan Timur seluas 300.000 hektar kembali gagal dan Ketapang Kalimantan Barat di tanah seluas 100.000 hektar tapi juga gagal. Kemudian proyek Jokowi di kawasan Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua dan Papua Selatan.
Selain kegagalan, proyek ini juga dikhawatirkan hanya menguntungkan segelintir orang, seperti pengusaha dan penguasa, yang memiliki modal dan koneksi. Masyarakat luas yang tidak memiliki modal dan koneksi dikhawatirkan tidak akan mendapatkan manfaat dari proyek ini. Bahkan masyarakat hanya akan menelan pil pahit seperti bencana alam karena dampak hutan yang digunduli untuk pembukaan lahan. Selain itu banyaknya petani yang pensiun karena tidak diberdayakan dan mengalami kegagalan panen, sampai rela meninggalkan lahan bahkan menjualnya. Semua ini merupakan ciri khas dari Kapitalisme, dimana hanya para kapital dan penguasa yang diuntungkan.
*Islam sebagai solusi*
Islam menyelesaikan persoalan pangan dari hulu ke hilir, dan tidak sekedar mewujudkan ketahanan pangan saja, namun juga kedaulatan pangan. Negara bertanggung jawab penuh membantu petani, apalagi pertanian adalah persoalan strategis dan urgen. Kerjasama dengan asing akan difikirkan dengan matang, Negara tidak akan tergantung pada modal swasta atau asing dengan cara memberdayakan sumberdaya manusia dan sumber daya alam yang ada
Setidaknya ada 5 hal yang akan dilakukan pemerintahan islam (Daulah islam /Khilafah Islamiyah) yaitu :
Pertama, mengoptimalkan produksi.
Optimalisasi produksi bukan hanya tentang bekerja keras di lahan, tetapi juga tentang memanfaatkan seluruh potensi lahan secara cerdas untuk menghasilkan bahan pangan pokok secara berkelanjutan. Di sinilah peran berbagai aplikasi sains dan teknologi menjadi kunci. mulai dari mencari lahan yang optimal untuk benih tanaman tertentu, teknik irigasi, pemupukan, penanganan hama hingga pemanenan dan pengolahan pasca panen.
Kedua, merubah gaya hidup, agar masyarakat tidak berlebih-lebihan dalam konsumsi pangan. Konsumsi berlebihan justru berpotensi merusak kesehatan (wabah obesitas) dan juga meningkatkan persoalan limbah. Sesuai dengan yang diajarkan Nabi Saw “makan tatkala lapar, dan berhenti sebelum kekenyangan”.
Ketiga, manajemen logistik, dimana masalah pangan beserta yang menyertainya (irigasi, pupuk, anti hama) sepenuhnya dikendalikan oleh pemerintah yaitu dengan memperbanyak cadangan saat produksi berlimpah dan mendistribusikannya secara selektif pada saat ketersediaan mulai berkurang. Di sini teknologi pasca panen menjadi penting.
Keempat, prediksi iklim, yaitu analisis kemungkinan terjadinya perubahan iklim dan cuaca ekstrim dengan mempelajari fenomena alam seperti curah hujan, kelembaban udara, penguapan air permukaan serta intesitas sinar matahari yang diterima bumi.
Kelima, mitigasi bencana kerawanan pangan, yaitu antisipasi terhadap kemungkinan kondisi rawan pangan yang disebabkan oleh perubahan drastis kondisi alam dan lingkungan. Mitigasi ini berikut tuntunan saling berbagi di masyarakat dalam kondisi sulit seperti itu.
Keenam, memberdayakan generasi dan ilmuan. Kontribusi para ilmuwan muslim dalam bidang pertanian dan ketahanan pangan tak diragukan lagi, dengan karya buku hasil penelitian mereka yang berlimpah. Misalnya, Abu Zakaria Yahya bin Muhammad Ibn Al-Awwan, Abu al-Khair, Ahmad al-Muwairi. Ada pula ahli pertanian dari Damaskus, Riyad ad-Din al-Ghazni al-Amiri (935/1529), Ibnu Bassal (1038-1075), Muhammad bin Zakaria ar-Razi
Ketahanan pangan dan kedaulatan pangan yang kuat akan tercipta jika islam diterapkan secara kaffah.
Wallahu'alam
0 Comments