Oleh: Nadhifah
IMPIANNEWS.COM
Agresi militer Zionis Yahudi masih terus berlanjut. Bahkan, saat perayaan hari raya Idhul Fitri pun mereka tetap melancarkan penyerangannya. Laporan kementerian kesehatan Gaza menyebutkan setidaknya 84 orang, termasuk 17 anak-anak, telah tewas, serta lebih dari 480 lainnya terluka dalam serangan saat lebaran lalu.
Tidak hanya itu, militer Yahudi juga meluaskan wilayah serangan mereka hingga ke beberapa daerah di Libanon dan pinggiran Damaskus, Suriah. Mereka menyerang sejumlah kawasan milisi yang melakukan perlawanan terhadap entitas Yahudi. Serangan itu mengenai Kedutaan Iran dan menyebabkan 16 orang tewas. Tak lama dari situ, Iran pun melakukan penyerangan balasan dengan menembakkan 300 rudal dan drone ke wilayah Zionis Yahudi. Namun, Pemerintah entitas Yahudi menyatakan mereka bisa menangkal mayoritas serangan Iran tersebut.
Para pemimpin Barat mengecam serangan Iran dan tetap menyatakan dukungan terhadap entitas Yahudi. Mereka hanya diam melihat penyerangan yang dilakukan oleh entitas Yahudi kepada masyarakat di daerah Libanon tersebut. Mereka juga tutup mulut terhadap genosida yang dilakukan entitas Yahudi terhadap warga Gaza. Mereka juga mendiamkan pemblokiran bantuan pangan dan obat-obatan untuk warga Gaza. Lagi dan lagi, mereka juga hanya diam terhadap penghancuran semua rumah sakit serta pembunuhan terhadap tenaga medis dan dokter di kawasan tersebut.
Agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza sejauh ini telah menewaskan 33.360 warga dan melukai lebih dari 75.993 warga. Saat ini lebih dari 2,3 juta orang di Gaza tak punya rumah. Berbagai fasilitas umum telah hancur-lebur. Suplai makanan dan kebutuhan pokok mereka pun tak pernah cukup.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian, pada Minggu, 14 April 2024, mengatakan Teheran telah memberi tahu negara-negara regional tentang serangan terhadap Israel 72 jam sebelumnya. Serangan itu bersifat terbatas. Iran menyebutkan balasan mereka hanya untuk menghukum rezim Israel serta tidak menargetkan Amerika dan pangkalan mereka di wilayah tersebut. Dengan demikian pihak Zionis dan Amerika Serikat telah bersiap mengantisipasi serangan tersebut sehingga tidak menimbulkan kerusakan berarti di pihak Zionis.
Pemimpin Arab kini menunjukkan sikap yang lebih buruk lagi. Raja Yordania justru membantu entitas Yahudi untuk menangkal serangan drone dan rudal Iran. Sikap serupa juga dilakukan oleh sejumlah pemimpin Arab seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dan Mesir. Mereka memberikan informasi intelijen ihwal serangan Iran tersebut. Artinya, mereka membantu negeri Zionis dan Amerika Serikat dalam menghadang tindakan balasan rezim Teheran terhadap negeri Yahudi.
Di tengah penderitaan rakyat Gaza akibat tindak genosida Zionis, justru terus dikampanyekan seruan perdamaian atau gencatan senjata seraya menyalahkan perlawanan yang dilakukan oleh warga Palestina, khususnya Hamas. Dengan alasan kemanusiaan dan rasa kasihan terhadap kondisi rakyat Gaza, muncul seruan perdamaian dan solusi dua negara. Hal tersebut sangat bertentangan dengan hukum syariah dan realita kekejaman Yahudi terhadap Gaza. Selain itu, hal tersebut menyebabkan agresi militer kaum zionis merajalela.
Secara hukum syariah, telah ada perintah bagi kaum Muslim untuk melakukan jihad difâ’i, yaitu berjihad membela negeri mereka yang diserang musuh. Allah SWT telah berfirman dalam Q.S al-Baqarah [2] : 194 “Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah dia seimbang dengan serangannya terhadap kalian”.
Sesungguhnya kekalahan kaum zionis telah tampak di depan mata. Tentara Zionis yang kalap, karena tak mampu mengalahkan perlawanan milisi Hamas, melampiaskan serangan mereka dengan menembaki warga sipil, perempuan, lansia, hingga anak-anak. Namun, yang terjadi kemudian ribuan tentara mereka menderita gangguan stres pasca-trauma dengan pejuang Hamas. Sejak serangan ke Jalur Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, sekitar 30.000 tentara Yahudi telah menghubungi saluran layanan kesehatan mental. Sekitar 200 tentara diberhentikan dari angkatan darat karena masalah psikologis akibat perang.
Akan tetapi, mustahil dapat mengenyahkan entitas Yahudi dari tanah Palestina tanpa kekuatan besar. Menyerahkan sepenuhnya perlawanan terhadap entitas Yahudi pada rakyat Gaza juga merupakan tindak pengecut dan tidak bertanggung jawab. Pada titik inilah umat harus menyadari bahwa mereka membutuhkan eksistensi Negara Khilafah untuk melindungi Palestina dan menyingkirkan entitas Yahudi dari tiap jengkal tanah Palestina.
Ada tiga alasan mengapa umat membutuhkan Khilafah untuk mengusir Zionis Yahudi,
Pertama: Ketidakmampuan lembaga-lembaga internasional untuk melindungi Palestina.
Kedua: Para pemimpin negara-negara Arab dan Dunia Islam bukan saja berdiam diri.
Ketiga: Hanya negara Khilafah yang akan sanggup memobilisasi kekuatan umat untuk mengusir entitas Yahudi.
Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh. Jika satu anggota tubuh merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam (HR Muslim). Khilafah akan membuat perhitungan dengan entitas Yahudi dan negara-negara Barat sebagai sponsornya. Tidak hanya sebatas mengusir kaum Zionis Yahudi, Khilafah pun akan menghilangkan semua fasilitas negara-negara penjajah di wilayah kaum Muslim seperti pangkalan militer asing. Khilafah juga akan menutup pelabuhan dan jalur pelayaran serta penerbangan agar tidak lagi dilalui kapal dan pesawat asing yang akan mengirimkan bantuan pada entitas Yahudi.
Jadi, umat ini masih memikul tanggung jawab atas nasib saudara mereka yang teraniaya oleh kaum penjajah, seperti di Gaza Palestina. Hal itu tidak akan dapat dilakukan secara sempurna tanpa eksistensi Khilafah. Terbukti hingga detik ini tak ada satu pun di antara negeri - negeri Islam yang mau mengusir entitas Yahudi. Padahal mayoritas penduduknya Muslim dan dipimpin oleh Muslim. Jelas, umat membutuhkan jihad dan Khilafah untuk mengusir Zionis Yahudi dari tanah Palestina.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []
0 Comments