(Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)
IMPIANNEWS.COM
"Paling enak anak-anak
Mau apa juga enak
Tinggal ngomong doang"
Penggalan bait di atas adalah lirik lagu yang populer di masanya. Sebagai gambaran kehidupan yang disebut enak karena bebas dan hanya merasakan kenikmatan berdasar keinginan-keinginan yang senantiasa terpenuhi itu ada kehidupan anak-anak. Namun coba simak ulasan dalam artikel ini sampai habis, tidak bersifat khusus terhadap lagu di atas, namun sebagai judul yang diangkat yaitu "Serba-serbi Dunia Anak-anak."
Sebagai bentuk yang belum dewasa dan belum sempurna baik akal dan fisiknya, anak-anak juga rentan menjadi korban kekerasan, baik fisik maupun mental.
Lumrahnya masa pertumbuhan, pembelajaran terhadap berbagai hal menjadi identik. Namun dalam proses itu juga, anak-anak sering kali melakukan kesalahan baik yang disengaja sebagai bentuk kenakalan belaka, maupun tidak sengaja sebagai manusia yang masih anak-anak atau masa pertumbuhan.
Pada masa pertumbuhan itu lah anak-anak kadang menjadi korban kekerasan atau sikap-sikap yang bersifat pemaksaan. Bahkan tidak jarang anak-anak menjadi korban bukan karena semata perbuatan mereka sebagai anak-anak, namun ambisi orang tua terhadap anak-anak mereka. Tidak sedikit orang tua mengedepankan ego mereka sebagai orang tua dengan mengabaikan hak-hak anak-anak sama sekali.
Ambisiusme orang tua terhadap anak-anak mereka nyata pada aturan-aturan yang diterapkan dalam berkehidupan keluarga sehari-hari, termasuk terhadap anak-anak mereka. Namun sesungguhnya anak-anak sebagai termasuk kategori lemah dalam keseluruhan bentuk berkehidupan manusia paling banyak tunduk terhadap segala aturan berkehidupan, ditambah lagi aturan orang tua atau orang disekitarnya yang lebih tua.
Lebih dari itu, ingatkah pembaca pada suatu potongan ulasan tentang terasingnya seekor anak singa dari ibu dan saudara-saudaranya sendiri tanpa ia tahu penyebabnya. Ibunya tidak mau menyayangi dan menyusuinya serta saudara-saudara semua menjauh darinya.
Dalam ulasan tersebut, si anak singa tersebut akhirnya menyadari bahwa itulah "seleksi alam" terhadap dirinya. Hingga akhirnya dia berhenti berusaha berharap terhadap keluarganya, si bayi singa itu pun ditinggalkan dan kini sendirian sebelum kemudian anak ditemukan oleh seorang manusia yang sedia merawat hingga si bayi tersebut dewasa.
Demikian gambaran proses kehidupan yang mengitari. Meski terhadap anak-anak kondisi kehidupan juga berlaku, bahkan tidak jarang, apa yang disebut sebagai cobaan kehidupan, pada anak-anak jauh lebih berat. Namun di tengah proses tersebut Allah akan senantiasa menunjukkan kuasaNya sebagaimana Yang Dia Kehendaki dan terhadap sesiapa Yang Dia Kehendaki dan di mana saja Yang Dia Kehendaki untuk terjadi.
0 Comments