Sejarah Kekejaman Orang Kulit Putih terhadap Suku Indian

Oleh: Prayuda Putra Andika

IMPIANNEWS.COM

Sejarah manusia sering kali mengungkapkan sisi gelapnya yang penuh dengan kekerasan dan penindasan. Salah satu contohnya adalah sejarah kelam kekejaman yang dilakukan oleh orang kulit putih terhadap suku Indian di Amerika. Periode ini terjadi selama berabad-abad dan telah meninggalkan bekas luka yang mendalam dalam sejarah dan budaya suku Indian. Bahkan hingga kini pun, keturunan asli dari suku Indian masih belum bisa menikmati hidup mereka karena trauma yang masih membekas yang masih mengalir dalam darah mereka sejak dari zaman nenek moyang mereka.

Pada abad ke-15, penjelajah Eropa, seperti Christopher Columbus, melakukan perjalanan ke Benua Amerika dalam upaya mencari jalur perdagangan baru ke Asia. Pada tanggal 12 Oktober 1492, Columbus mendarat di pulau yang kini dikenal sebagai Bahama. Kedatangan Columbus ini menjadi awal dari kontak langsung antara orang kulit putih Eropa dan suku asli Amerika, yang dikenal sebagai suku Indian. Namun ternyata, nama “Indian” itu sendiri bukanlah nama asli dari suku Indian. Itu hanya kesalahan dari Colombus yang salah mengira bahwa suku asli Amerika tersebut adalah orang-orang India. Karena target awal penjelajahan samudera adalah untuk pergi ke benua Asia, termasuk India dan Indonesia. Namun ketika sedang dalam perjalanan, kapal mereka terkena badai yang cukup lama dan pada akhirnya terdampar di pulau Bahama dan mengira kalau penduduk asli yang ada di pulau itu adalah orang India atau Indian.

Kedatangan orang kulit putih ini pada awalnya dianggap sebagai pertemuan antara budaya yang berbeda, dengan adanya pertukaran sumber daya dan pengetahuan. Kedatangan para penjelajah Eropa membawa perubahan besar dalam kehidupan suku Indian, baik dalam hal budaya, ekonomi, maupun politik. Namun, seiring berjalannya waktu, kedatangan orang kulit putih Eropa membawa konsekuensi yang lebih besar bagi suku Indian. Kolonisasi dan ekspansi wilayah Eropa mengakibatkan penindasan, kekejaman, dan konflik yang merugikan suku Indian.

Seiring berjalannya waktu, konflik antara suku Indian dan orang kulit putih semakin meningkat. Perang Indian pecah di berbagai wilayah Amerika Serikat, termasuk Perang Creek, Perang Seminole, dan Perang Nez Perce, hanya beberapa contohnya. Pasukan Amerika Serikat sering kali melakukan serangan kejutan, membakar desa-desa suku Indian, dan membunuh penduduknya. Pembantaian massal dan penindasan suku Indian menjadi pola umum dalam konflik ini.Kebijakan pemaksaan pindah (forced relocation) juga menjadi bentuk kekejaman yang dilakukan terhadap suku Indian. Contohnya adalah Pemindahan Indian pada tahun 1830, yang melibatkan pengusiran ribuan suku Indian dari tanah leluhur mereka di Wilayah Tenggara menuju Wilayah Indian di barat Mississippi. Ribuan suku Indian tewas karena kondisi yang sulit dan kekurangan sumber daya selama perjalanan ini, yang dikenal sebagai "Trail of Tears" (Jejak Air Mata).

Setelah serangkaian konflik, pemerintah Amerika Serikat mendirikan Sistem Reservasi untuk menempatkan suku Indian. Sistem Reservasi adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk menempatkan suku Indian di wilayah terbatas yang disebut reservasi. Kebijakan ini dimulai pada abad ke-19 setelah sejumlah konflik dengan suku Indian. Reservasi adalah tanah yang diatur oleh pemerintah federal dan diperuntukkan bagi suku Indian untuk tinggal.

Namun, sistem reservasi sering kali menciptakan kondisi hidup yang sulit bagi suku Indian. Mereka kehilangan kebebasan dan kemandirian, serta menghadapi penindasan dan kekerasan dari pihak pemerintah dan pendatang lainnya. Suku Indian seringkali mengalami kemiskinan, kurangnya akses ke layanan kesehatan dan pendidikan yang memadai, serta kekurangan sumber daya ekonomi. Meskipun ada upaya untuk memperbaiki kondisi di reservasi, banyak tantangan yang masih dihadapi oleh suku Indian. Mereka berjuang untuk mempertahankan budaya, bahasa, dan tradisi mereka di tengah tekanan dari dunia luar. Pada saat yang sama, beberapa suku Indian telah berhasil mengembangkan perekonomian dan sumber daya mereka di dalam reservasi melalui pariwisata, industri permainan, dan kegiatan ekonomi lainnya. Tetap saja, tantangan dan ketidakadilan yang dihadapi suku Indian di sistem reservasi tetap menjadi masalah yang perlu diatasi.

Dikarenakan sejarah yang sangat menarik ini, saya semakin penasaran dan mencoba mewawancarai salah satu teman saya, yaitu Ali Sabar Situmeang. Ali adalah seorang mahasiswa dari jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. ”Saya pernah mempelajari hal ini di matakuliah Sejarah Amerika. Sangat aneh rasanya melihat tindakan-tindakan orang kulit putih khususnya orang Eropa yang suka bertindak kejam ketika melakukan penjajahan terhadap berbagai suku bangsa yang ada di berbagai belahan dunia ini,” ujar Ali. Bagi Ali, tindakan penjajahan itu harus dihapuskan sedari dulu, karena efeknya masih terasa hingga kini. “Katanya orang kulit putih itu orang yang suci, pintar, dan bermartabat tinggi. Tetapi memperlakukan manusia lain seperti hewan hanya karena perbedaan warna kulit.” Ali mengatakan lagi bahwa penjelajahan samudera ini dilakukan oleh bangsa Eropa karena mereka takut melakukan perdagangan melalui jalur darat atau jalur Sutra. Karena jika melalui jalur ini, mereka harus melintasi kota Konstantinopel yang sudah jatuh ke tangan kekaisaran Ottoman. Terakhir Ali menambahkan, “padahal mereka bisa saja berdagang dengan baik tanpa harus menjajah dan melakukan tindakan keji itu. Tapi ya, kita tidak tahu apa yang menjadi sumber semua dosa ini.” 

Sejarah kelam kekejaman orang kulit putih terhadap suku Indian merupakan bagian yang tragis dari perjalanan Amerika Serikat. Peristiwa-peristiwa ini mengungkapkan sisi gelap manusia yang harus kita akui dan belajar darinya. Penting bagi kita untuk menghormati dan menghargai warisan budaya suku Indian serta berkomitmen untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi mereka. Dengan mempelajari dan memahami sejarah ini, kita dapat berusaha untuk mencegah terulangnya kekejaman di masa depan dan membangun masyarakat yang inklusif dan adil bagi semua.

Post a Comment

0 Comments