(Aktivis Muslimah Kab. Bandung)
IMPIANNEWS.COM
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu resmi menyatakan keadaan perang setelah Hamas meluncurkan 5.000 roket dan serangan darat (CNBC, 7/10/2023).
Juru bicara utama Israel Defense Forces (IDF) atau Pasukan Pertahanan Israel, Daniel Hagari, mengatakan bahwa Israel "dalam keadaan perang" menyusul serangan mendadak Hamas.
Hagari mengatakan bahwa IDF telah mengepung perbatasan Gaza dan akan fokus pada pertempuran di perbatasan Gaza.
Mayor Jenderal Ghassan Alian dari IDF mengatakan bahwa Hamas telah melakukan kesalahan besar, yakni membuka "gerbang neraka" di Jalur Gaza. Akibat hal itu, ia menegaskan bahwa pihaknya akan membuat Hamas jera.
Sementara itu, layanan darurat Israel, Magen David Adom, mengatakan bahwa 22 orang tewas akibat serangan yang dilakukan oleh Hamas. Lalu sekitar 70 orang mengalami luka berat.
Menurut laporan Reuters, masyarakat di Gaza telah membeli persediaan makanan dan minuman, serta mengungsi untuk mengantisipasi konflik selama beberapa hari ke depan.
Komandan militer Hamas, Mohammad Deif, mengumumkan operasi ini telah dimulai melalui siaran di media Hamas. Melalui pengumumannya, ia mengajak seluruh warga Palestina untuk ikut berjuang.
Bila dilihat dari pemberitaan media massa, tampak adanya penggiringan opini, seolah Israel menjadi korban. Ini dibuktikan dari komentar para pemimpin negara Kapitalisme. Mereka mengatakan bahwasannya Hamas adalah teroris.
Pada faktanya, Hamas hanya melakukan perlawanan terhadap perbuatan Israel yang telah menyengsarakan rakyat Palestina selama puluhan tahun. Israel adalah penjajah yang telah merampas tanah suci dari kaum muslimin. Mereka bisa semena-mena karena dukungan AS dengan sekutunya.
Menurut fakta sejarah, Israel bisa menduduki Palestina karena perjanjian Balfour yang disetujui oleh Inggris tahun 1917 M. Padahal tanah Palestina merupakan tanah kharajiah milik kaum muslimin sejak tahun 637M.
Kaum muslimin terus berjuang mengambil tanah Palestina yang sempat dikuasai tentara Salib setelah dibebaskan pada masa Khalifah Umar.
Sampai di bawah Panglima Salahuddin Al Ayyubi tanah Palestina kembali ke pangkuan kaum muslimin. Tanah suci ini terus menerus dijaga oleh para khalifah, hingga masa Khilafah Ustmaniyah.
Seorang Yahudi, Theodor Herzl meminta tanah Palestina untuk kaum Yahudi. Namun Sultan Abdul Hamid ll, sebagai khalifah, menolaknya karena menurutnya tanah itu bukan miliknya, tetapi milik kaum muslimin. Dia rela kehilangan nyawanya demi mempertahankan tanah Palestina ini.
Demikianlah penjagaan khilafah terhadap tanah Palestina, yang dijaga dengan darah kaum muslimin. Sehingga satu-satunya jalan adalah mengirimkan pasukan kaum muslimin untuk berjihad mengusir Yahudi dari tanah Palestina.
Sayangnya kaum muslimin telah kehilangan perisainya sampai hari ini, yaitu Daulah Khilafah, walaupun banyak bantuan kaum muslimin untuk Palestina dari berbagai negeri yang berupa donasi, bantuan logistik, bantuan medis, dan sebagainya.
Bantuan ini hanya merupakan solusi pragmatis. Sama saja dengan sikap kaum muslim yang menyetujui solusi dari PBB. Padahal kita semua tahu PBB berada di bawah kendali Amerika yang berdiri di samping Yahudi.
Dengan begitu, satu-satunya solusi untuk menuntaskan masalah ini adalah menegakkan kembali Daulah Khilafah di tengah-tengah umat, dengan cara ikut berdakwah bersama kelompok Islam ideologis yang mengikuti metode Rasul.
Dengan kembali tegaknya Islam di muka bumi ini, Insya Allah akan dapat membebaskan tanah Palestina. Wallahu a'lam.
0 Comments