(Mahasiswa Sastra Inggris Unand)
IMPIANNEWS.COM
Oodgeroo Noonucal merupakan aktivis wanita yang memiliki peran dalam menyuarakan hak untuk suku Aborigin. Selain aktif dalam dunia politik, ia juga memiliki kontribusi besar dalam dunia sastra dengan menerbitkan berbagai tulisannya yang berbentuk puisi maupun cerita anak.
Oodgeroo tumbuh di masa Great Depression sehingga pada tahun 1933, ia memutuskan untuk meninggalkan sekolahnya dan pergi ke Brisbane untuk bekerja pada umur 13 tahun. Dalam buku Australian Women of High Achievement Oodgeroo berkata, “sebagai orang Aborigin, tidak ada kemungkinan sedikit pun untuk mendapat pekerjaan walaupun saya tetap melanjutkan pendidikan,” Pada saat itu, upah yang diterimanya sebagai pekerja jauh lebih sedikit daripada pekerja berkulit putih. Meskipun begitu, hal tersebut tidak menjadi penghalang baginya karena ia memiliki kemampuan membaca dan menulis yang bagus.
Pada tahun 1940 Oodgeroo bergabung dengan Partai Komunis Australia yang terkenal dengan gerakan anti diskriminasi. Di dalam sana, ia memperoleh berbagai keahlian mulai dari menulis pidato hingga mengatur strategi politik. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan partai lalu bergabung dengan Brisbane Realist Writer Group untuk mengasah kemampuan menulisnya.
James Devaney, salah seorang anggota dalam grup tersebut mendukung Oodgeroo untuk mengirimkan tulisannya agar dapat diterbitkan. “Tulisanmu ini pantas untuk dianggap sebagai milik dunia. Jangan pernah lupa kalau kamu adalah pencipta mahakarya ini,” ujarnya pada saat itu.
Tahun 1962 Oodgeroo terpilih sebagai sekretaris negara bagian Queensland dari Dewan Federal Untuk Aborigin dan Torres Strait Islander Advancement. Oodgeroo juga bertemu dengan menteri kabinet kemudian memimpin delegasi Bandler kepada Perdana Menteri Robert Menzies, serta menulis lalu menyampaikan pidato yang berisi tentang kesetaraan hak antara warga kulit putih dan warga Aborigin.
Perjuangan tersebut berujung pada referendum bersejarah 1967 untuk memberdayakan pemerintah federal untuk membuat undang-undang tentang urusan Aborigin. Kemenangan ini sangat penting di Australia, di mana penduduk Pulau Aborigin dan Selat Torres tinggal di bawah otoritas 'The Queensland Acts.'
Hingga akhirnya, pada tahun 1964 ia berhasil menerbitkan puisinya yang berjudul We Are Going. Publikasi ini mencetak sejarah baru dalam hidupnya sebagai penyair Aborigin pertama yang berhasil menunjukkan karyanya kepada dunia. Puisi ini menunjukkan kehancuran yang mendalam dari kolonialisme, sekaligus menegaskan keindahan budaya dan identitas Aborigin.
Tidak hanya We Are Going, banyak puisi ciptaan Oodgeroo yang masih dibaca dan diulas hingga saat ini. Najwa Ulin, salah seorang mahasiswa Sastra Inggris 2021 mengatakan bahwa alasan mengapa puisi Oodgeroo masih banyak dibahas hingga saat ini karena tulisannya yang membahas isu sosial di Australia. “Oodgeroo berhasil memberikan sudut pandang baru kepada pembaca melalui tulisannya yang mengangkat harapan perdamaian antara ras kulit putih dan hitam di Australia.”
Opini yang serupa juga dilontarkan oleh Alexis Wright dalam jurnal yang berjudul A Weapon Of Poetry (The Poetry of Oodgeroo Noonucal). “Tulisan milik Oodgeroo bersifat heroik dan penuh rasa percaya diri yang jarang dapat ditemui pada masa ini. Contohnya ketika ia menuliskan isi dokumen negara dalamsalah satu puisi terkenal miliknya yang berjudul Aboriginal Charter of Rights.”
Menanggapi kesuksesan We Are Going, banyak pihak yang mengomentari gaya penulisan Oodgeroo. Ada yang mempertanyakan apakah benar Oodgeroo menulis semua puisinya sendiri, ada juga yang merasa terganggu dengan tulisannya. Mereka menganggap bahwa tulisan Oodgeroo lebih terasa seperti propaganda daripada sebuah puisi. Meskipun begitu, ia tetap berhasil membuktikan kualitas dirinya dengan menjadi sastrawan paling sukses nomor dua di Australia.
Fitri Ardila, mahasiswa Sastra Inggris 2021 juga memberikan pendapatnya mengenai komentar terhadap sastrawan asal Australia ini. “Oodgeroo Noonucal merupakan sosok yang fenomenal karena ia berhasil mematahkan stigma bahwa orang berkulit hitam selalu identik dengan pendidikan yang kurang melalui tulisannya. Dia juga berhasil membuat pihak tertentu takut dengan tema tulisannya yang berani.”
Oodgeroo Noonucal meninggal pada 16 September 1993 karena kanker yang diderita nya. Upacara pemakamannya dihadiri oleh ratusan peziarah sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada sosoknya sebagai aktivis dan penyair inspiratif. Pada tahun 2006, Queensland University mengganti nama Aborigin dan Torres Strait Islander Support Unit milik mereka menjadi Oodgeroo Unit sebagai bentuk penghormatan mereka kepada sosok berpengaruh tersebut.
0 Comments