(Mahasiswa Sastra Inggris Unand)
IMPIANNEWS.COM
Suku Abirigin, pribumi tanah Australi yang konon katanya setelah mereka menetap ribuan tahun lamanya di tanah Australia, mereka tergeser oleh bangsa pendatang berkulit putih yang lebih cerdas. Mampukah suku Aborigin yang dikenal hidup dengan sistem pemerintahan dan hukum mereka sendiri mempertahankan identitas mereka sebagai pribumi? Lalu, bagaimanakah keadaan suku Aborigin di tengah perkembangan zaman dan kemajuan Australia saat ini?
“Kata "aborigin" dalam bahasa Inggris mempunyai arti "penduduk asli/penduduk pribumi", dan mulai digunakan sejak abad ke-17 untuk mengacu kepada penduduk asli Australia saat itu. Sebutan ini diambil dari bahasa latin ab origine, yang berarti "dari awal" dan diperuntukan bagi penduduk yang sejak semula tinggal di suatu daerah atau pulau.” (Kontributor dari proyek Wikimedia., 2022)
Australia merupakan salah satu negara dengan sejarah yang sangat luar biasa. Ada banyak hal yang bisa membuat para pecinta sejarah tertarik untuk mendalami kisah negara ini. Salah satu hal yang cukup menarik untuk dibahas adalah manusianya. Bicara tentang sejarah Australia dan manusianya, tentu saja yang terbesit pertama kali di kepala kita adalah ‘Suku Aborigin’, Suku Aborigin merupakan sebutan bagi penduduk asli benua Australia. Suku Aborigin diperkirakan telah tinggal serta menjaga dan memelihara tanah air Australia sejak nyaris 60.000 tahun lamanya, sebelum datangnya para penjajah seperti bangsa Inggris. Penemuan dan penguasaan benua Australia oleh bangsa Inggris pada tahun 1788, nenyebabkan tersingkirnya suku Aborigin di atas tanah leluhur. Tentu saja suku Aborigin tidak diam saja melihat tanah air mereka direbut. Namun, perbedaan peradaban bangsa Eropa dalam hal pendidikan maupun teknologi menjadi salah satu faktor terbesar unggulnya bangsa Inggris terhadap suku Aborigin. Pendudukan bangsa Inggris di Australia menjadi sejarah perlawanan suku Aborigin yang menyebabkan banyak penangkapan, penyiksaan, hingga pembantaian suku Aborigin di awal koloni.
Motivasi perlawanan suku Aborigin berkembang seiring berjalannya waktu. Mulai dari momentum kemerdekaan Australia pada 26 Januari yang dijadikan hari Invasi, hingga pada tahun 1948 pasca deklarasi universal PBB, masyarakat suku Aborigin mendapatkan ruang secara internasional untuk memperjuangkan hak-hak mereka.
Saat ini, Australia termasuk ke dalam salah satu negara maju di dunia. Di tengah kemajuan Australia ini, menurut Hatma (2021), diperkirakan jumlah penduduk suku Aborigin hanya tinggal 144.000 jiwa. Jumlah tersebut termasuk suku Aborigin yang sudah tercampur dengan ras lainnya. Sedangkan jumlah suku Aborigin asli yang tersisa sekitar 50.000 jiwa. Dengan jumlah eksistensi yang sedikit ini, masyarakat suku Aborigin berusaha mengikuti perkembangan zaman di Australia.
Malva, seorang mahasiswa Sastra Inggris angkatan 2021 berpendapat bahwa keadaan asli orang Australia atau Aborigin sekarang itu ada beberapa penduduk yang sudah mulai berkembang, tapi juga ada yang semakin tersisih karena imigran-imigran yang pindah ke Australia. Pendapat lain juga disampaikan oleh Serin yang juga merupakan mahasiswa sastra Inggris angkatan 2021. “Suku aborigin ini udah mulai berasimilasi terhadap budaya Australia yang semakin maju. Yang mana dulu masih belum mengenal teknologi sekarang sudah mulai mengaplikasikan teknologi demi mengejar ketertinggalan dari penduduk Australia yang merupakan imigran kulit putih. Namun, dapat kita lihat bahwa mereka masih mempertahankan budaya dan tradisi mereka dengan mengadakan festival budaya kaum Aborigin yang masih tersisa.” ujarnya.
Australia menyandang identitas negara dengan kebudayaan majemuk. Hal ini menjelaskan bahwa suku Aborigin ada ditengah-tengah kemajuan tersebut dengan wujud eksistensi yang sudah banyak berubah seiring dengan perkembangan zaman. Sebagian besar suku Aborigin yang ada saat ini sudah tercampur dengan ras lain. Meskipun demikian, mereka tetap mengakui identitas mereka sebagai keturunan suku Aborigin.
Perkembangan suku Aborigin di Australia saat ini tanpa melupakan ataupun meninggalkan adat dan kebudayaan yang dibawa oleh para leluhur. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya festival-festival kebudayaan yang diadakan rutin, seperti festival Laura Aboriginal Dance. Menurut Gischa (2022) dalam websitenya, Festival Laura Aboriginal Dance ini dilaksanakan setiap dua tahun sekali pada bulan juli. Perayaan festival ini dirayakan oleh seluruh masyarakat suku Aborigin yang ada di Cape York Peninsula. ini dilaksanakan setiap dua tahun sekali pada bulan juli. Perayaan festival ini dirayakan oleh seluruh masyarakat suku Aborigin yang ada di Cape York Peninsula. Seluruh rangkaian acara dalam festival tersebut diisi oleh berbagai kesenian dan kebudayaan dari suku terbesar di Australia tersebut.
0 Comments