Alfhia Parma (Presedium Majelis Daerah KAHMI Lima Puluh Kota)
IMPIANNEWS.COM
Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia) 76 tahun yang lalu 5 Februari 1947 bertepatan dengan 14 Rabiul Awal 1366 H, secara kolektif menghela sejarah membidani kelahiran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tidak ada yang kebetulan, umur HMI yang hanya dua tahun lebih muda dari kemerdekaan bangsa Indonesia menjadikan HMI tumbuh dan berkembang ditengah revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan, HMI hadir dalam perlawanan fisik serta perjuangan diplomasi pada fase awal kemerdekaan. Diawal terbentuknya HMI bertujuan untuk
“Mempertahankan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Oleh sebab itu DNA Kebangsaan dan Keislaman telah berjalin kelindan semenjak kelahiran HMI sebagai organisasi sampai saat ini.
Sebagai organisasi mahasiswa terbesar, HMI telah tumbuh dan berkembang mewakafkan seluruh potensi tebaik bagi umat dan bangsa dalam setiap episode sejarah kebangsaan. Memasuki usia ke-76 tahun, hasil dari proses kaderisasi yang dilakukan HMI secara sistematis dan berjenjang, tidak terlalu berlebihan untuk mengatakan HMI sukses melahirkan jutaan kader yang memainkan peranan strategis diberbagai sektor kehidupan, HMI telah menjadi rahim kelahirkan akademisi, kaum profesional, ilmuan, politisi, birokrasi, ulama dan berbagai sebutan lainya. Sebagai lokomotif gerakan Islam, HMI sukses membrainding diri sebagai organisasi perkaderan sekaligus wadah perjuangan yang mencakup pembinaan kader menjadi insan cita serta perjuangan ke arah terwujudnya tatanan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Momentum peringatan Dies Natalis Ke-76 tahun, HMI mengusung tema “Khidmat HMI Untuk Masa Depan Peradaban”. Melalui tema ini HMI ingin menegaskan bahwa seluruh sumber daya organisasi akan mencurahkan energi terbaik untuk membangun peradaban masa depan umat dan bangsa dalam satu tarikan nafas yang tak terpisahkan.
Centrum der Büroautomation und Informationstechnologie und Telekommunikation merupakan konferensi Internasional dan pameran teknologi yang dihelat di Hannover Jerman 2017 untuk pertama kalinya mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memperkenalkan gagasan Society 5.0. Semenajak saat itu jagat diskursus keilmuan mulai mendefensikan Society 5.0 merupakan satu tatanan peradaban manusia yang dapat melahirkan solusi dari tumpukan tantangan dan permasalahan kehidupan dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi Industri 4.0 dimana kemajuan teknologi menjadi episentrum peradaban manusia.
Untuk terhindar dari prilaku logical fallacy (sesat berfikir) perlu ditegsakan bahwa Society 5.0 bukanlah kelanjutan dari era Revolusi Industri 4.0. Konsep Society 5.0 menekankan pada prilaku mansuia sebagai aktor utama dalam membangung satu tatan peradaban bangsa melalui budaya tanggung jawab, etos kerja, efisensi dan etika global lainya. Sementara era Revolusi Industri 4.0 alias cyber physical system merupakan revolusi yang menitik beratkan pada otomatisasi, kolaborasi antara teknologi saber. Dengan ciri utama penggabungan teknologi informasi serta teknologi komunikasi ke dalam bidang industri yang ditopang oleh teknologi Internet of Things atau ioT, teknologi Big Data, teknologi Artificial Intelligence (AI), teknologi Cloud Computing dan Addictive Manufacturing dengan berbagai varian pendukungnya.
Society 5.0 dan era Revolusi Industri 4.0 merupakan dimensi kemajuan peradaban yang dicapai umat manusia melalui pengembangan ilmu pengetahuan yang telah menjadi hard fact (fakta) perabadan umat manusia. Oleh sebab itu tidak ada pilihan lain bagi HMI dan alumninya (KAHMI) untuk berada di garis terdepan menyiapkan software dan hardware ke-umatan dan ke-bangsaan yang mampu menjadi pemain dalam kemajuan zaman yang tidak mungkin terelakan. Untuk sekian kalinya HMI mempertaruhkan kematanganya sebagai organisasi kader. Pada masa awal berdiri HMI mampu melewati berbagai tantangan ideologis khusunya dari pengaruh Partai Komunis Indonesia, diawal orde lama HMI juga selamat dari berbagai upaya pembubaran paksa oraganisasi, pada masa orde baru HMI juga berhasil mewarnai berbagai perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan sampai saat ini HMI tetap menancapkan eksistensi secara kokoh.
Tentu seluruh warga HMI menyakini dengan optimis bahwa HMI akan mampu menghadapi denyut perubahan zaman yang terjadi begitu cepat, kader HMI telah teruji mampu beradaptasi dengan stunami perubahan tanpa kehilangan jadi diri sebagai organisasi perjuang umat dan bangsa. Proses kaderisasi sistemik, tersruktur yang menjadi ruh HMI telah terbukti akseptabel menjawab berbagai tangan perubahan zaman. HMI diyakini masih memiliki energi oragnisasi yang besar, nafas yang panjang untuk terus memberikan darma bakti terbaik melahirkan Sumber Daya Manusia Indonseia yang paripurna.
Dinamika sosial politik kebangsa yang secara alamiah bersinggungan dengan dinamika internal HMI tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. HMI dari masa-kemasa tumbuh dan berkembang dengan dialektikan organisasi yang dinamis bahkan progesif.
Begitu juga dengan pilihan perjuangan alumni HMI dengan beraneka baju warna-warni, harus dipahami sebagai modal besar perjuang. Bagi alumi HMI warna baju hanya alat perjuangan bukan tujuan perjuang. Berbagai kritik yang datang dari internal dan eksternal merupakan bagian dari proses pendewasaan organiasasi yang harus direspon HMI secara bijak dengan tetap istiqomah sebagai anak kandung umat Islam.
Akhirnya, selamat Dies Natalis Ke-76 tahun Himpunan Mahasiswa Islam. Yakinkan dengan Iman, Usahakan dengan Ilmu, Sampaikan dengan Amal. Yakin Usaha Sampai.(014)
0 Comments