Oleh: Ahmad Zikri, Lilatul Fitria, Sa’adatul Muthia, Sonia Noveria Delia
IMPIANNEWS.COM
Banjir merupakan suatu fenomena alam yang sering terjadi, dan menjadi masalah tahunan beberapa kota besar di Indonesia. Banjir adalah keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang besar dan terjadi selama beberapa waktu. Dilansir dari laman BNPB (17/12) pada tahun 2022 saja sudah ada 554 kasus terjadinya banjir di Indonesia, dengan 154 kasus yang terjadi di Sumatra. 35 kasus diantaranya terjadi di daerah Sumatera Barat dan salah satu daerahnya yang paling sering mengalami bencana banjir adalah kota Padang. Meskipun dilihat dari statistik dibandingkan daerah lain di Indonesia, Kota Padang khususnya dan Sumatera barat umumnya tidak bisa dikatakan memiliki kasus banjir yang cukup tinggi. Namun tetap saja bencana banjir masih menjadi pr pemerintah dari tahun ketahun.
Hal ini karena bencana banjir memiliki banyak penyebab baik yang menyebabkan secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa diantaranya, seperti hujan yang terjadi terus menerus, sungai yang menjadi dangkal akibat tingginya timbunan lumpur, pasir, dan sampah, serta luapan air di daerah dataran tinggi yang mengalir dan menyebabkan genangan air di daerah dataran rendah. Selain itu faktor pembangunan infrastruktur yang pesat menyebabkan lahan kosong untuk pembangunan gorong-gorong air menjadi sedikit.
Hal ini juga tidak lepas dari meningkatnya populasi manusia dari tahun ketahun yang otomatis membuat banyaknya pembangunan rumah, gedung, kantor dll. Seperti RT 005 RW 001, Tabing Banda Gadang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang, Sumatera Barat. Salah satu daerah pemukiman padat yang ada di Kota Padang dan menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Tahun ini saja daerah ini sudah dua kali terkena banjir. Hal ini juga telah disurvei oleh mahasiswa Psikologi Universitas Andalas pada hari Senin, 28 November 2022 lalu. Saat dilakukan wawancara kepada warga sekitar, didapatkan informasi bahwa banjir pertama kali terjadi pada bulan Oktober 2022.
Genangan air mulai masuk ke pemukiman warga pada pukul 2 dini hari saat para warga sedang terlelap. Tinggi air waktu itu diperkirakan setinggi perut orang dewasa, sehingga beberapa diantara warga yang rumahnya berlantai satu memutuskan untuk mengungsi. Rumah pak RT adalah salah satu lokasi pengungsian darurat yang memang bangunan berlantai 2 sehingga tidak terkena banjir. Selanjutnya dikarenakan tingginya intensitas hujan yang turun menyebabkan daerah Tabing Banda Gadang ini kembali mengalami banjir dengan tinggi air sebatas mata kaki. Meskipun banjir surut di pagi harinya, namun banjir yang terjadi ketika semua orang tertidur menyebabkan masyarakat tidak sempat melakukan hal lain selain keluar rumah dan menyelamatkan diri.
Kerugian yang dialami oleh warga secara material dan psikologis cukup besar akibat terjadinya banjir ini. Secara material kerugian seperti peralatan rumah tangga, kasur, baju, kendaraan, dan barang elektronik lainnya seperti TV, kipas angin, hingga speaker yang terendam air dan akhirnya menjadi rusak. Secara psikologis, setelah ditanyakan beberapa pertanyaan terlihat adanya respon psikologis berupa kepanikan, cemas, takut dan was-was setelah mengalami banjir. Ditemukan juga bahwa warga mulai merasa cemas dan khawatir hanya karena melihat langit yang gelap pertanda hujan. Terlebih jika betul terjadi hujan deras setelahnya turun tiap hari secara terus-menerus membuat warga mulai bersiaga akan adanya banjir dengan cara meletakkan barang di tempat ketinggian dan mulai berdoa agar hujan yang turun tidak menyebabkan banjir.
Melihat cukup seriusnya respon psikologis yang dialami warga ketika dan setelah terjadinya banjir. Stabilitas emosi dinilai menjadi faktor penting yang harus dimiliki setiap warga untuk menjaga pikiran tetap tenang dan mampu bertindak dengan efektif ketika bencana banjir terjadi. Sehingga perlu dilakukan intervensi terkait bagaimana cara menjaga stabilitas emosi jika bencana banjir terjadi. Intervensi ini diberikan oleh mahasiswa sebagai first aid untuk menanggulangi respon-respon negatif yang mungkin muncul akibat banjir.
Untuk daerah Tabing Banda Gadang, intervensi terkait stabilitas emosi telah dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa Psikologi Universitas Andalas. Intervensi yang diberikan berupa penyuluhan mengenai apa itu stabilitas emosi dan memperagakan langkah-langkah dalam melakukan stabilitas emosi. Untuk kasus bencana, bisa dilakukan dengan cara mengatur nafas mulai dari pernapasan perut, pernapasan 4 hitungan, dan pernapasan kupu-kupu. Pemberian Intervensi ini diharapkan membantu warga untuk mampu mengendalikan emosinya dengan lebih baik saat mengalami banjir di kemudian hari.
0 Comments