IMPIANNEWS.COM
Intensitas hujan tinggi yang melanda Sumatera Barat dalam beberapa waktu terakhir menyebabkan sejumlah titik mengalami dampak bencana alam, salah satunya Nagari Kampuang Galapuang Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Padang Pariaman.
Menurut penuturan warga setempat, wilayah ini seringkali mengalami bencana banjir terlebih ketika hujan deras melanda dalam waktu yang lama. Salah satu yang terkena dampak besar adalah Korong Rajang. Korong ini pernah mengalami bencana banjir hingga mencapai tinggi pinggang orang dewasa.
"Di sini sering banjir, apalagi kalau hujan ga berhenti seharian terus air sungai di belakang sudah naik, beberapa bulan lalu kami sempat kebanjiran sampai setinggi pinggang", ujar S (70), salah satu warga Korong Rajang.
"Iya, kalau air sungai sudah naik tandanya kami harus menaikkan barang-barang juga dan siap-siap mengungsi juga. Bisa aja air ini naik tiba-tiba" tambah E (39).
Kerugian yang dialami warga tidak hanya berupa materil saja, mereka juga kehilangan hewan ternak akibat bencana ini. Kerugian secara psikologis ikut dirasakan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga setempat, N (56) mengaku banjir ini membuatnya stres dan kelelahan.
"Banyak barang-barang yang harus diangkat saat banjir. Belum lagi saya harus memastikan barang dagangan, anak juga pas mengungsi. Ternak kadang juga hilang. Pasti jadi panik, ya. Nanti kalau airnya udah turun bersihinnya juga capek. Stress kalau udah banjir gini" tambah N (56).
Menyikapi hal tersebut, mahasiswa Psikologi Universitas Andalas memberikan psikoedukasi sebagai intervensi kepada korban banjir di Korong Rajang, Nagari Kampuang Galapuang Ulakan, Kec. Ulakan Tapakis, Padang Pariaman. Psikoedukasi yang diberikan berupa PRB (Pengurangan Risiko Bencana) dan teknik meditasi sebagai upaya mengelola stres yang dirasakan. Dalam PRB yang diberikan, dijelaskan langkah-langkah yang dapat dilakukan saat sebelum bencana datang, saat menghadapi bencana, dan pasca bencana.
Intervensi ini diharapkan agar warga bisa lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana. Selain itu, meditasi juga membantu warga untuk lebih rileks dalam mengelola stress akibat bencana banjir ini. Mahasiswa juga membagikan leaflet kepada warga sekitar dan menempelkan poster di beberapa tempat yang dapat dilihat warga, salah satunya tempat pengungsian dan kantor wali nagari.
0 Comments