Ilustrasi Perempuan Muslim Afghanistan
ArmyAmber/Pixabay
ArmyAmber/Pixabay
Ditulis oleh: Tami Lestari
IMPIANNEWS.COM
Opini - Kesulitan dan rintangan dalam kehidupan memang tidak akan pernah berakhir sebelum ajal menjemput. Melihat fakta di belahan bumi yang lain, yaitu Afghanistan. Sejak Taliban kembali menguasai, Afghanistan telah jatuh ke dalam krisis ekonomi terburuk selama pemerintahannya. Aghanistan kehabisan uang sampai pada masalah pegawai negeri tidak di bayar selama berulan-bulan.
Bagi Zaigul, ibu rumah tangga 32 tahun dari provinsi Nangarhar yang tinggal di kamp Nasaji untuk pengungsi dalam negeri di dekat ibu kota Kabul, hidup memang sulit sejak Taliban mengambil alih kekuasaan. Dia bekerja sebagai PRT sementara suaminya, Nasir, bekerja sebagai buruh bangunan demi menghidupi tujuh di karena sebagian besar kegiatan ekonomi terhenti sejak runtuhnya pemerintahan Ashraf Ghani yang didukung Barat dan penarikan pasukan AS dari negara itu pada Agustus lalu.
PBB menyampaikan sekitar 22 juta orang, lebih dari setengah populasi Afghanistan, menghadapi kelaparan akut. Diperlukan bantuan hamoir USD 5 Miliar untuk mencegah bencana kemanusiaan di Afghanistan.
Fakta miris lainnya, kehidupan kaum perempuan Afghanistan di ambang keterperukan. Menurut pengamat independen Afghanistan, Ahmed -Waleed Kakar kepada Al Jazeera, tantangan utama perempuan di seluruh negeri adalah keuangan dan ekonomi. Bagi perempuan Afghanistan, tantangan ekonomi itu disertai pembatasan yang lebih ketat atas kebebasan, lapangan kerja, pendidikan dan bahkan pergerakan mereka.
Segalanya memburu bagi Anzorat Wali (19), ia merupakan anggota tim perempuan taekwondo nasional Afghanistan. Bagi remaja tersebut hidup di bawah Taliban berarti tidak ada sekolah, maupun melakukan apa yang dia sukai, taekwondo. Walaupun frustasi dengan larangan perempuann menggeluti olahraga, wali merasa lebih sakit dengan pembatasan pendidikan pada perempuan.
Puluhan perempuan Afghanistan menggelar demontrasi untuk menuntut hak-hak mereka di bidang pekerjaan dan pendidikan kepada pemerintahan Taliban. Walaupun Taliban belum secara resmi melarang pendidikan anak perempuan, kelompok itu telah menutup sekolah dasar untuk perempuan dan melarang perempuan kuliah di banyak provinsi di negara itu.
Sejak mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, Taliban belum memenuhi janjinya terkait perlindungan dan pemenuhan hak-hak wanita Afghanistan. Hak itu mencakup pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi atau perwakilan politik. Sebaliknya, Taliban memperkenalkan peraturan yang mengekang aktivitas wanita.
Permasalahan Afghanistan kian memburuk, karena ia sebuah negara yang berpenduduk muslim namun belum merdeka seutuhnya karena masih dalam bayang-bayang negara asing. Selama negara asing masih bercokol disana, kebijakan politik dan keamanan negara akan diatur oleh negara asing. Situasi ekonomi Afghanistan yang lemah, tidak mudah lepas dari cengkraman negara kufur.
Negara hanya akan mandiri jika tetap berpegang pada Islam sebagai mabda/ideologinya, sebuah idealisme yang tidak mengenal kata kompromi dengan musuh-musuh Allah. Artinya, Afghanistan harus mampu mengambilkan tindakan tegas terhadap lawan-lawannya dan berani menjadikan Islam sebagai landasan dan solusi atas semua permasalahan. Berkomitmenlah dengan mantap untuk menerapkan Islam secara kaffah, agar semua permasalahan kehidupan ini tak berujung bencana bagi umat.
0 Comments