(Civitas Academica Universitas Andalas)
IMPIANNEWS.COM
“The Child's Story” merupakan salah satu cerita pendek karangan Charles Dickens yang resmi dipublikasikan pada tahun 1852, yang mana cerita ini masuk ke dalam cerita pendek tahunan di hari raya Natal. Mengisahkan tentang seorang traveller yang melakukan perjalanan ajaibnya, lalu bertemu dengan orang-orang dengan usia yang berbeda dan melakukan banyak hal-hal menarik, sampai akhirnya si traveller kehilangan orang-orang tersebut. Cerita ini memberikan arti yang mendalam dan menyentuh di hati para pembaca, sehingga cerita ini banyak diminati serta memiliki rating yang cukup baik.
Selain memiliki alur cerita dan pengembangan karakter yang luar biasa, sudut pandang yang diciptakan dalam cerita pendek ini juga sangat menarik. Bukan hanya tulisan Charles Dickens yang dikemas secara apik, tetapi juga bagaimana cara ia menciptakan sudut pandang yang bisa membuat para pembaca sedikit kebingungan jika tidak teliti dalam menganalisis.
Dalam penulisannya, Charles Dickens menggunakan sudut pandang orang ketiga. Mengutip dari jurnal berjudul “Narrative Technique: An Art”, Dr. Rajeev Ranjan, M.A. Ph.D (2018 : 120) memaparkan, “Dalam narasi orang ketiga, narator adalah orang di luar cerita dan mengacu pada semua karakter dengan nama mereka”. Penulis memiliki akses kepada pemikiran dan perasaan dari beberapa atau semua karakter. Sudut pandang orang ketiga merujuk kepada kata ganti orang ketiga, seperti he, she, dan they. Hal ini dibuktikan pada kalimat, “and he set out upon a journey. It was a magic journey, and was to seem very long when he began it, and very short when he got half way through”.
Sudut pandang orang ketiga sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sudut pandang orang ketiga terbatas dan sudut pandang orang ketiga mahatau. Dalam cerita pendek “The Child's Story”, penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga mahatau, yang mana seperti dipaparkan oleh Mr. Ch. Balaji Kumar (2021 : 5) pada jurnalnya yang berjudul “Narrative Technique in R K Narayan's Writings”, bahwa “Narator mahatahu tahu tentang segalanya dan dengan demikian memberi penulis ruang lingkup yang cukup sehingga dia dapat menceritakan kisah dan membuat sketsa karakter dan detail insiden”.
Pada sudut pandang orang ketiga mahatau, penulis mengetahui semua detail-detail dari apa yang dirasakan dan pemikiran dari karakter yang diceritakan, serta insiden atau kejadian-kejadian apa yang mempengaruhi cerita tersebut. Hal ini terlihat pada bagian, “So, he played with that child, the whole day long, and they were very merry”, dan pada kalimat “They rowed upon the river in summer, and skated on the ice in winter; they were active afoot”.
Namun, tiba-tiba terjadi pertukaran sudut pandang ditengah cerita, dari perspektif orang ketiga menjadi perspektif orang pertama. Terlihat pada kalimat, “...follow my leader, and more sports than I can think of; nobody could beat them.” terdapat penggunaan kata ganti orang pertama, yaitu “I”.
Menurut buku berjudul “Theory and Practice in Language Studies (Vol.9)”, Suhail Al-Alami (2019 : 911) memaparkan bahwa, “Sudut pandang orang pertama merujuk kepada pengamat atau protagonis, karakter berada didalam cerita—mendeskripsikan pengalamannya kepada pembaca tanpa gangguan”. Sudut pandang orang pertama yang ditulis penulis menciptakan suasana dimana penulis bisa berkomunikasi kepada pembaca. Selain itu, penulis juga menceritakan pengalamannya, apa yang dia rasakan, dan apa yang menjadi pemikirannya. Sudut pandang orang pertama merujuk kepada kata ganti orang pertama, yaitu I dan we.
Sudut pandang orang pertama juga dibagi menjadi dua jenis, tunggal dan jamak. Suhail Al-Alami (2019 : 912) juga memaparkan bahwa, “Terdapat empat jenis sudut pandang orang pertama tunggal, yaitu protagonis, karakter sekunder, pengamat atau saksi narator, dan narator yang tidak bisa diandalkan”. Pada cerita pendek ini, sudut pandang orang pertama tunggal yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama tunggal karakter sekunder dimana si penulis hanya mengandalkan pengalamannya untuk membagikan ceritanya.
Hal ini dibuktikan pada kalimat, “...and I don't know what, and learned more than I could tell—or either...”. Disini penulis memang membagikan pengalamannya, tetapi dia juga tidak mengerti pada bagian tersebut. Kemudian, di ujung cerita penulis menulis “And I think the traveller must be yourself, dear Grandfather, because this what you do to us, and what we do to you.” yang mana dibagian tersebut penulis memberitahu kalau sebenarnya cerita ini merupakan cerita yang mengisahkan perjalanan hidup sang kakek, tetapi diawal cerita penulis seakan-akan menceritakan kisah hidup orang lain.
0 Comments