Penulis : Ns.Hj.Silvia.SKep.MBiomed Dosen Universitas Fort de Kock Bukittinggi Anggota dharmawanita Kemenag Kota Bukittinggi
IMPIANNEWS.COM
Catatan, --- Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, disetiap waktu, tempat dan kondisi seseorang melaksanakan kegiatan untuk mencari yang namanya bahagia. Sangat mustahil seseorang mau melakukan apapun kalau akhirnya yang bersangkutan tidak akan menemukan kebahagiaan. Bahkan kita sering mendengar kata-kata “ saya ingin hidup bahagia“, “saya ingin membahagiakan orangtua saya”, pasangan saya, keluarga saya, bahkan ucapan kita kepada saudara kitapun tidak jarang kita berkata “ semoga anda bahagia dunia akhirat “. Karena begitu besarnya keinginan kita ingin mendapatkan behagia, tentu kita harus tahu terlebih dahulu, apa itu bahagia, dimana bisa kita temukan, bagaimana cara mendapatkannya dsb.
Banyak referensi ataupun bahan bacaan yang bisa kita rujuk untuk mendapatkan informasi apa itu bahagia, diantaranya ada yang mengatakan bahwa bahagia itu pada saat apa yang kita inginkan terwujud, ada juga yang mengatakan bahwa bahagia itu pada saat kita berbagi dan memberi kepada saudara-saudaranya,kemudian pada beberapa literature kita temukan pendapat bahwa bahagia itu pada saat kita mensyukuri semua yang diberikan kepada kita oleh Allah swt.
Kemudian ketika kita wawancarai pendapat beberapa orang, ada yang mengatakan bahagia itu adalah ketika kita memiliki banyak uang, dengan alasan uang dapat memberikan kepuasan hidup dan membeli apapun yang diiginkan, tapi tentu saja uang tidak dapat membeli yang namanya “bahagia”. Sebagian lagi ada yang berpendapat, dia akan bahagia jika sudah mendapatkan jabatan dan kedudukan yang diimpikan, dengan dalih saat memiliki jabatan dan kedudukan mereka akan bisa melakukan apapun yang diinginkannya.
Dan ketika ditanyakan kepada orang sakit, mereka mengatakan bahagia itu adalah pada saat kita merasakan kesehatan yang maksimal.
Sehingga ada pandangan yang mengatakan kebahagiaan itu bersifat sangat temporal, menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia, atau dengan kata lain mereka memandang bahwa kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia, seperti ketika berjaya / sukses / banyak harta , maka mereka merasa bahagia, namun ketika semua itu hilang, maka lenyap pula rasa kebahagiaan mereka.
Agar kita mendapatkan pegangan yang kuat untuk dapat menemukan apa itu bahagia, tentu saja sebagai umat islam kita dapat merujuk kepada ajaran agama kita bahwa kebahagiaan itu bukan melihat wujud fisik / jasmani /badani saja, namun kita bisa berpedoman kepada hakikat akhir yang mutlak yaitu sebuah keyakinan yang dimiliki terhadap sang pencipta yakni Allah swt.
Disini kebahagian akan dirasakan saat kondisi hati yang dipenuhi dengan keimanan, dan saat semua perilaku yang dilakukan sehari – hari sesuai dengan keyakinannya itu. Banyak kisah yang bisa kita jadikan pelajaran tentang kebahagiaan ketika diri merasa selalu bersama dengan Allah swt. Diantaranya; kebahagiaan nabi yusuf saat dipenjara, kebahagiaan Bilal bin Rabah saat disiksa. Kenapa nabi yusuf dan juga bilal bin rabbah tetap bisa merasakan kebahagiaan ? walaupun secara fisik/jasmani/badani, beliau justru tidak bahagia atau lagi disakiti?. Maka jawabannya adalah karena beliau sudah merasakan kelezatan hati dengan keyakinan yang mantap dan tidak tergoyahkan kepada Allah swt.
Dari penjelasan diatas, tentu dapat kita ambil pelajaran bahwa mengenal Allah swt, adalah puncak kebahagiaan,sehingga dalam kondisi apapun kita akan selalu merasa gembira/senang / tidak bersedih, terutama saat menjalani kehidupan yang penuh liku ini, maka kita akan senantiasa mensyukuri apa yang ditakdirkan untuk diri kita.
Dengan begitu. kebahagiaan itu tidak perlu kita cari diluar sana, namun ternyata kebahagiaan itu ada di dalam diri kita sendiri, yang akan kita rasakan saat dekat dengan Allah swt yang telah menciptakan kita, dengan sebuah keyakinan bahwa ketika kita telah berusaha dijalanNya dengan penuh kesungguhan, maka apapun yang diberikan akan bisa kita terima dengan penuh kebahagian, karena tentu saja yang menciptakan kitalah yang paling tahu apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan, dan yang terpenting kita bisa memahami bahwa letak kebahagiaan adalah di dalam hati.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Untuk itu marilah sama-sama kita berusaha mencari jalan untuk lebih mengenal dan dekat denganNya.(014)
0 Comments