Fadli Zon, Sukmawati Sebut PKI Berideologi Pancasila, "Kesalahan Besar".
IMPIANNEWS.COM (Jakarta)
Pernyataan putri Presiden pertama Indonesia, Sukarno, yakni Sukmawati Soekarnoputri yang menyebut Partai Komunis Indonesia berideologi Pancasila langsung dimentahkan Mantan Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon.
Fadli Zon langsung membeberkan kesalahan Sukmawati di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di TVOne, Selasa (29/9).
Fadli Zon blak-blakan membeberkan kesalahan pemahaman putri Bung Karno, Sukmawati Soekarnoputri, yang menyebut kalau Partai Komunis Indonesia (PKI) dulu berideologi Pancasila.
Fadli yang merupakan magister sejarah dan telah mewawancarai korban serta pelaku peristiwa itu menjelaskan, bahwa PKI melakukan pemberontakan sejak 1948. Terutama dimulai dengan hadirnya Muso, dan dibantu oleh Belanda.
Ia mengatakan, pada dasarnya PKI memang selalu menusuk dari belakang. Sebab, saat pemerintahan Soekarno-Hatta mempersiapkan agresi Belanda kedua, PKI malah membuat pemberontakan.
Waketum Partai Gerindra itu menyebut bahwa PKI berideologi Marxisme Leninisme.
Mulanya Fadli menjelaskan, bahwa PKI bukan unsur yang terlibat dalam proklamasi Indonesia. Di mana proklamasi ini hanya melibatkan kelompok Islam dan nasionalis.
"Di awal mereka mengatakan Proklamasi 1945 itu adalah revolusi gagal, revolusi borjuis. Mereka mau mengoreksi itu," terangnya.
Datangnya Muso dengan pemberontakan seperti di Madiun 1948, menurut Fadli, adalah karena ingin mengoreksi proklamasi.
Dia mengecam Bung Karno hingga Bung Hatta. Ia mengatakan, hal itu jelas-jelas dikatakan Muso dalam karyanya Jalan Baru Indonesia.
Bahkan, lanjut Fadli, Muso mengakui bagaimana ideologi PKI. Bukan Pancasila seperti yang disebutkan oleh Sukmawati Soekarnoputri.
"Dan jelas-jelas di situ Bu Sukma mengatakan bahwa ideologi dari PKI itu Marxisme, Leninisme. Baca buku Jalan Baru untuk Indonesia, itu (ideologinya) Marxisme-Leninisme, bukan Pancasila," tegas Fadli.
Atas aksi Muso itu, kata Fadli, Soekarno langsung berpidato dengan mengatakan bahwa gerakan itu sebagai upaya mengambil alih kekuasaan.
"Dan Bung Karno mengatakan di akhir, pilih Soekarno-Hatta atau pilih Muso. Kemudian Muso menjawab dengan menghina Bung Karno berkali-kali, dia mengatakan bahwa pemerintahan pendudukan Jepang telah menjadi tukang jual romusa," beber Fadli.
Termasuk menuding Soekarno dan Hatta sebagai budak imperialisme. Fadli mencatat, setelah persoalan itu memang tidak tuntas diberantas, karena bangsa sedang menghadapi masalah agresi II Belanda.
Tapi menurutnya, akan selalu ada keinginan untuk kembali bagi PKI. Dan itu yang terjadi hingga PKI ikut pemilu pertama tahun 1955.(*)
0 Comments