Inilah Nama-nama 45 Negara Dunia Sudah Resmi Resesi
IMPIANNEWS.COM -- Bertambah lagi negara yang masuk jurang resesi. Kali ini Selandia Baru. Negara yang tergolong mampu mengendalikan corona itu kini jatuh ke jurang resesi. Ini seiring dengan diumumkanya data terbaru perekonomian oleh badan statistik setempat.
Secara basis kuartalan (QtQ), ekonomi Selandia Baru -12,2%. Padahal di kuartal I 2020, ekonomi juga -1,4%.
"Penurunan 12,2% dalam PDB triwulan sejauh ini merupakan rekor terbesar di Selandia Baru," kata lembaga itu dikutip dari AFP dan lansir impiannews.com.
Penurunan dipimpin oleh konstruksi -25,8% lalu manufaktur -13,0%. Industri jasa turun 10,9% sedangkan industri primer turun 8,7%.
Pengeluaran rumah tangga turun 12,1%. Sektor transportasi udara domestik dan internasional serta restoran dan makanan menyusut tajam. Di basis tahunan (YoY), ekonomi -12,4% di kuartal II 2020. Sebelumnya di kuartal I, ekonomi -0,1%.
Indikator resesi yang paling umum dipakai sampai saat ini adalah kontraksi PDB riil dua kuartal berturut-turut.
National Bureaus of Economic Research (NBER) AS mendefinisikannya sebagai penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh ekonomi, berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.
Sebelumnya ada 44 negara lainnya yang resmi resesi. Berikut rangkumannya dari Trading Economics dengan pencantuman data kuartal paling akhir secara YoY:
1. Afrika Selatan (0)
2. Albania (-3)
3. Angola (-2)
4. Arab Saudi (-1)
5. Argentina (-5)
6. Austria (-13)
7. Bahrain (-1)
8. Barbados (0)
9. Belanda (-9)
10. Belgia (-14)
11. Belize (-4)
12.Brasil (-11,4)
13. Ekuador (-1)
14. Filipina (-16)
15. Finlandia (-5)
16. Guyana Khatulistiwa (-6)
17. Hong Kong (-9)
18. Inggris (-22)
19. Iran (-10)?
20. Italia (-17)
21. Jepang (-10)
22. Jerman (-12)
23. Kanada (-13)
24. Latvia (-10)?
25. Lebanon (-5)
26. Lebanon (-5)
27. Lituania (-4)
28. Makau (-68)
29. Meksiko (-19)
30. Mongolia (-10)
31. Palestina (-3)
32. Peru (-30)
33. Portugal (-16)
34. Republik Ceska (-11)
35. Singapura (-13)
36. Slowakia (-12)
37. Spanyol (-22)
38. Sudan (-2)
39. Swiss (-9)
40. Thailand (-12)
41. Tunisia (-22)
42. Ukraina (-11)
43.Venezuela (-27)
44.Yunani (-15,2%)
Ada Kabar Baik
Sementara itu, Resesi global tahun ini disebut tak sedalam yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini ditegaskan The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Kontraksi tahun ini diproyeksikan 4,5%. Ini lebih baik dari perkiraan Juni di mana OECD meramal kontraksi global hingga 6%.
Meski begitu, pemulihan tahun depan juga tidak akan cepat. Secara moderat, pertumbuhan 2021 diperkirakan sekitar 5%, turun sedikit dari ramalan sebelumnya 5,2%.
"Prospek ekonomi tetap sangat tidak pasti," kata lembaga yang berpusat di Prancis itu seraya menyebut Covid-19 masih terus memberikan dampak besar ke ekonomi dan masyarakat.
Secara rinci, EOCD mencatat produksi global yang turun lebih dari 10% pada kuartal II 2020. Perdagangan global turun lebih dari 15%.
Pasar tenaga kerja juga sangat terganggu. Banyak orang kehilangan pekerjaan karena bisnis terpaksa tutup.
"Tanpa dukungan kebijakan yang cepat dan efektif yang dilakukan untuk meredam dampak guncangan ke pendapatan rumah tangga dan perusahaan, kontraksi dalam output dan pekerjaan akan jauh lebih besar," jelas lembaga itu lagi.
China disebut OECD menjadi satu-satunya harapan di 2020. Meski yang lain melemah, ekonomi Tirai Bambu akan tumbuh 1,8%.
Ekonomi India, meski kontraksi akan tetap lebih baik dari rata-rata global. Di mana ekonomi kontraksi 3,8 persen tahun ini.
Di Eropa, ekonomi Jerman lebih baik di banding negara Uni Eropa lain. Negeri Panser akan berkontraksi 5,4% sementara rata-rata UE 7,9%.
Italia dan Inggris mengalami penurunan ekonomi terdalam 10,5 dan 10,1%. Sementara Prancis 9,5%.
0 Comments