Muhammad Aidil
IMPIANNEWS.COM (Padang).
Tokoh pers Sumatera Barat (Sumbar) yang juga budayawan, Hasril Chaniago menyebut Bachtaruddin sebagai kakek dari politisi PDI-Perjuangan Arteria Dahlan. Dia juga mengatakan sosok Bachtaruddin adalah pendiri partai berlogo palu arit di Ranah Minang.
Ke Sujiwo Tejo saya jabarkan, Arteria ini keluarga Masyumi, namun ada juga di keluarganya ini pendiri PKI.
Dikutip impiannews.com dari tagar.com, Kepada Tagar, Hasril mengatakan bahwa memang Bachtarudin tidak memiliki ikatan darah langsung dengan Arteria Dahlan yang juga berasal dari Sumbar.
Menurutnya, pernyataan yang ia lontarkan di progran Indonesia Lawyers Club (ILC) yang disiarlan langsung oleh salah satu stasiun televisi swasta itu, lebih kepada konteks berdemokrasi di Minangkabau.
"Dalam demokrasi orang Minang, jangankan perbedaan pendapat, perbedaan aliran politik pun tidak ada masalah," kata Hasril kepada Tagar melalui sambungan seluler, Rabu, 9 September 2020 malam.
Kondisi perbedaan aliran politik ini dalam suatu kaum sudah terjadi sejak lama di Sumbar. Salah satunya di Maninjau, Kabupaten Agam.
Di sana, ada sejumlah nama besar yang merupakan tokoh Masyumi seperti Muhammad Natsir, Rasuna Said, Buya Hamka yang telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional oleh pemerintah.
"Dari Maninjau itu ada juga namanya Sabilal Rasyad. Itu tokoh PNI dan pernah jadi Menteri Perburuhan. Kemudian ada Bachtarudin, itu pendiri PKI Sumbar dan terpilih jadi anggota konstituante dalam pemilu 1955," katanya.
Menurut Hasril, Bachtarudin memang memiliki hubungan kekerabatan jauh dengan keluarga Arteria Dahlan. Sebab, di Minangkabau, sesorang yang satu pun suku akan tetap dianggap dunsanak (saudara).
"Dengan Rasuna Said yang masih berada dalam satu nagari, malahan berkerabat dengan keluarga Arteria Dahlan. Keluarga Arteria Dahlan ini Masyumi, tapi ada juga yang sekaum dengan kakeknya," katanya.
Menurutnya, PKI pada dasarnya berdiri tahun 1945 dan Surat Keputusan (SK) ditandatangani oleh Wapres untuk izin pendirian partai. "Sistem kekerabatan di Minangkabau itu unik, kalau sesuku dengan ibu, saudara, jika dengan bapak dianggap bako," katanya.
Hasril mengklaim bahwa sebelum melontarkan pernyataan itu, dia sudah mendiskusikan dengan Sujiwo Tejo, Efendi Gazali, bahkan ke Arteria Dahlan langsung. "Ke Sujiwo Tejo saya jabarkan, Arteria ini keluarga Masyumi, namun ada juga di keluarganya ini pendiri PKI," katanya.
Dia menilai, persoalan Puan sebenarnya hanya persoalan kecil. Sebab, dianggap wajar jika dalam satu kaum berbeda pandangan dan pendapat. "Beda hal dengan PKI setelah dilarang oleh pemerintah NKRI melalui TAP MPRS XXV," katanya.
Menurutnya, jika Arteria merasa dituduh, maka dia akan membantah lantaran profesinya yang juga sebagai pengacara. Namun Hasril menyatakan bahwa Arteria tidak mempersoalkan dan hanya senyum saja saat dirinya menjabarkan silsilah keluarga tersebut.
"Ini kan sudah diplesetkan oleh media sosial awalnya yang tidak paham sistem kekerabatan di Minangkabau. Untuk diketahui, jika seseorang yang dituakan dari kami dan satu generasi maka disebut kakek jika laki-laki, disebut nenek jika perempuan," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa Bachtarudin tidak pernah ditangkap oleh rezim Soeharto yang anti PKI lantaran tahun 1960 yang bersangkutan sudah meninggal dunia.
"Jauh sebelum itu, dia kan sudah meninggal. Kalau saya menuduh, Arteria kan tidak akan tinggal diam. Jadi saya mohon diluruskan dan dijelaskan secara lurus," katanya.
Menurutnya, inti dari penjabarannya adalah konsep berdemokrasi di Minangkabau, bukan silsilah keluarga secara personal. "Konteks saya, jangan bawa keluarga dia (Arteria).
Tapi ini konsep berdemokrasi di Minangkabau, bagaimana tentang perbedaan itu. Namanya politisi tentu saja ada yang tidak suka," tuturnya. ***