IMPIANNEWS.COM (Turki).
Sebagai negara yang terlibat dalam Perang Saudara Libya, Turki dan Rusia kerap bentrok di medan perang Maghrib Afrika Utara. Militer Turki yang dikerahkan beberapa kali terlibat baku tembak dengan tentara bayaran yang dimobilisasi Rusia ke Libya.
Seperti yang diketahui, Rusia mengirim sejumlah tentara bayaran melalui perusahaan keamanan swasta, Wagner Group, untuk mendukung pasukan pemberontak Tentara Nasional Libya (LNA), di bawah komando Marsekal Khalifa Haftar.
Berulang kali Rusia mengklaim, kehadirannya di Libya datang langsung oleh Haftar yang memprolklamirkan diri sebagai pemimpin Libya.
Sementara itu, Turki di bawah komando Presiden Recep Tayyip Erdogan yang memberikan dukungan penuh kepada Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) pimpinan Fayez al-Sarraj, juga mengirim banyak pasukannya.
Kabar terbaru yang dikutip impiannews.com lewat, VIVA Militer dari Al Jazeera, Turki memiliki ide untuk membersihkan dua kota di Libya, Sirte dan Jufra, dari unsur-unsur militer yang ada.
Laporan itu menyebut bahwa Erdogan sudah melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, terkait keterlibatan kedua negara dalam konflik Libya.
Putin membantah tuduhan bahwa Rusia telah memobilisasi tentara bayaran lewat Wagner Group. Akan tetapi, Putin dikabarkan sepakat untuk menjadikan Rusia sebagai salah satu mediator perdamaian di Libya.
Juru Bicara Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, menyebut bahwa Erdogan cukup senang dengan apa yang diucapkan oleh Putin. Pasca pembicaraan itu, Turki dan Rusia dikabarkan sepakat untuk membantu satu sama lain untuk menciptakan perdamaian di Libya, termasuk juga di Suriah.
Perhatian Turki bukan cuma soal tentara bayarab Rusia saja. Akan tetapi, sejumlah tentara bayaran lainnya yang juga dikerahkan Uni Emirat Arab (UEA). Tentara-tentara bayaran UEA disebit didatangkan dari negara-negara Afrika lainnya semisal Sudan, Niger, dan Chad. ***