IMPIANNEWS.COM (Jakarta).
Jika melihat ulah China di lautan Asia Tenggara pasti buat negara-negara ASEAN kesal salah satunya Indonesia tentunya.
Didukung dengan militernya yang kuat, China berani menerobos masuk teritori laut negara lain tanpa izin.
Baru-baru ini ada kejadian lagi dimana China kembali berulah.
Dikutip impiannews.com lewat zonajakarta.com dari Washington Post dan Pikiran Rakyat, Jumat (21/8/2020) Pemerintah Filipina resmi mengajukan protes diplomatik usai militer China melakukan penyitaan secara paksa peralatan pancing yang dipasang nelayannya di wilayah teritorial Laut China Selatan (LCS).
Kementerian Luar Negeri Filipina mengumumkan dalam sebuah pernyataan Kamis, 20 Agustus 2020 malam jika Manila keberatan dengan ulah China tersebut.
Di lain Pihak, Juru bicara pemerintah China menegaskan jika militer negaranya menegakkan hukum di wilayah perairan Beijing.
Juga menyebutkan pesawat Filipina merugikan kedaulatan dan mengancam keamanan Beijing.
"China mendesak Filipina untuk segera menghentikan kegiatan ilegal dan provokatifnya," kata juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian, seperti dikutip dari Washington Post.
Meski demikian kemengerian luar negeri Filipina tidak memberikan rincian terkait penyitaan ilegal peralatan nelayan yang dilakukan oleh penjaga pantai China tersebut.
Peralatan yang disebut sebagai 'payaos', disita pada Mei 2020 setelah dipasang oleh nelayan Filipina di Scarborough Shoal yang disengketakan di lepas pantai provinsi Zambales di barat laut Filipina.
Jika menilik konflik masa lalu, China merebut wilayah tersebut dari Filipina setelah ketegangan terjadi di tahun 2012.
Filipina kemudian membawa sengketa tersebut ke arbitrase internasional setahun berikutnya.
Pengadilan internasional lantas memenangkan Filipina pada tahun 2016 dengan membatalkan klaim China atas hampir seluruh LCS.
NamunBeijing terus mengabaikan dan menentang keputusan tersebut dengan menempatkan unsur militernya di sana.
Pejabat Filipina mengatakan peringatan radio oleh militer Beijing terhadap pesawat patroli angkatan udara Filipina telah meningkat di sekitar pulau-pulau buatan China yang dilindungi rudal.
Masalah ini bahkan menyita perhatian AS dimana Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menuduh China memanfaatkan kesibukan pemerintah lain yang sedang menghadapi pandemi virus corona.
Secara terpisah, pejabat Ibu Kota Manila mengatakan pihaknya telah menutup empat toko yang menjual produk kecantikan China dengan label yang mengidentifikasi ibu kota Filipina sebagai salah satu provinsi China.
Mereka menuduh toko tersebut 'keliru' dan melanggar peraturan bisnis lainnya.
Wali Kota Manila Francisco 'Isko' Moreno telah mengambil langkah untuk meminta dua pengusaha China yang terkait dengan produk kecantikan diselidiki dan dideportasi.
"Ini tidak bisa diterima. Saya bersumpah tidak akan membiarkan kedaulatan negara diremehkan. Saya bukan gubernur China," kata Moreno.***