Bermodal Kapal Perang Buatan Indonesia, Menhan Filipina Tolak Klaim Nine Dash Line China /navalnews.net
IMPIANNEWS.COM (Filipina).
Filipina walau dengan dana terbatas tetap berusaha memodernisasi militernya.
Terbaru mereka kedatangan kapal perang Fregat BRP Antonio Luna dan BRP Jose Rizal class buatan Korea Selatan.
Tentu kekuatan AL Filipina juga didukung kapal SSV buatan PT PAL Indonesia yakni BRP Davao Del Sur dan BRP Tarlac.
Padahal sebelum mempunya keempat kapal perang di atas, Filipina hanya mengandalkan kapal hibahan dari Amerika Serikat (AS) Cutter class.
Walau masih bermodal minim nyatanya Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menuduh klaim China atas Laut China Selatan (LCS) ilegal.
Delfin juga menegaskan China sedang dalam khayalan belaka atas klaimnya.
"Apa yang mereka (China) sebut sebagai hak historis atas suatu wilayah yang dikelilingi oleh sembilan garis putus-putus (Nine Dash Line) tidak ada kecuali dalam khayalan mereka," kata Delfin seperti dikutip impiannews.com lewat zonajakarta.com dari Channel New Asia dan Pikiran Rakyat, Selasa (25/8/2020).
Pernyataan ini mengemuka di tengah perselisihan baru antara Manila dan Beijing mengenai sengketa Panatag (Scarborough) Shoal dimana Filipina seharusnya menjadi pemilik blok karang tersebut.
Bahkan Departemen Luar Negeri Filipina pekan lalu sudah mengajukan nota protes diplomatik karena 'penyitaan ilegal' Coast Guard China terhadap peralatan memancing nelayan di dekat Beting (Shoal)
Pihak China sengaja merebut Panatang dari Filipina di tahun 2012 menyusul ketegangan yang menegangkan antar kedua negara.
Beting menjadi salah satu daerah penangkapan ikan terkaya di kawasan itu, terletak 240 kilometer sebelah barat pulau utama Filipina Luzon dan 650 km dari daratan terdekat China di provinsi pulau selatan Hainan.
"Daerah itu berada di dalam ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) kami. Nelayan kami ada di ZEE dan begitu juga kapal dan pesawat melakukan serangan patroli di wilayah,” jelas Lorenzana kepada wartawan melalui pesan teks, mengacu pada zona ekonomi eksklusif Filipina.
“Mereka (China) adalah orang-orang yang telah melakukan provokasi dengan secara ilegal menempati beberapa fitur di ZEE kita. Oleh karena itu, mereka tidak punya hak untuk mengklaim,” tambahnya.
BRP Tarlac, SSV buatan PT PAL Indonesia GMA Network
Beijing mengklaim hampir seluruh LCS serta sering menggunakan sebutan sembilan garis putus-putus atau nine dash line untuk membenarkan dugaan hak historisnya atas jalur air utama yang juga diperebutkan oleh Filipina, Malaysia, Vietnam, Taiwan, dan Brunei.
Karena menyebabkan kekacauan pengadilan PBB di tahun 2016 yang menyebutkan klaim China atas LCS tidak memiliki dasar hukum alias tidak sah.
Namun China tetap bersikeras tak mau tahu akan hal itu.
Kementerian luar negeri China pada Jumat, 21 Agustus 2020 justru membela penjaga pantainya dengan mengatakan mereka telah melakukan kegiatan penegakan hukum dan 'tindakan mereka dapat dimengerti'.
Kemenlu China juga menuduh pesawat militer Filipina menyerang wilayah udara negaranya di bagian laut lain yang disengketakan dan mendesak Manila untuk 'segera menghentikan kegiatan provokatif ilegal'.
Namun, juru bicara kepresidenan Filipina, Harry Roque Jr. meremehkan perselisihan yang terjadi ketika Filipina berusaha untuk mendapatkan vaksin virus corona dari China.
"Para diplomat kami secara rutin mengajukan protes seperti itu jika kami yakin hak kedaulatan kami dilanggar. Tapi itu tidak akan mempengaruhi hubungan baik secara keseluruhan antara negara kita dan China," ujarnya.
Di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte, hubungan Filipina-China semakin membaik dengan menghidupkan kembali hubungan diplomatik yang pernah mengalami ketegangan.
Tetapi Roque mengatakan gerakan militer di Laut Filipina Barat sejalan dengan hak kedaulatan negaranya.
“Presiden konsisten. Dia tidak akan memberikan bahkan satu inci pun dari wilayah nasional kami atau hak kedaulatan kepada negara lain mana pun,” kata juru bicara presiden Filipina.*