Ternyata Israel sudah mengetahui tentang adanya barang berbahaya di lokasi tragedi ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut, Lebanon.
Bahkan, negeri Yahudi itu melalui Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengungkap lokasi berbahaya itu ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Netanyahu mengungkap keberadaan zat berbahaya kepada PBB saat berpidato di Konferensi Bisnis Globes yang digelar di Yerusalem pada 2019.
Dalam pidatonya itu dihimpun Militer dari situs resmi Kementerian Israel, Kamis 6 Agustus 2020, Netanyahu bahkan memperlihatkan titik-titik lokasi penyimpanan zat berbahaya.
Menurut Netanyahu, zat kimia berbahaya itu merupakan milik Hizbullah, direncanakan akan dijadikan bahan baku pembuatan ribuan rudal.
"Mereka berencana sudah memiliki ribuan rudal presisi. Paling-paling mereka hanya memiliki puluhan," kata Netanyahu kala itu.
Yang lebih mengejutkan, dari 3 titik lokasi penyimpanan zat berbahaya itu, salah satunya ialah tepat di gudang Amonium Nitrat yang menjadi pusat ledakan tragedi Beirut kemarin. Netanyahu mengklaim data itu didapatkannya dari Badan Intelijen Israel, Mossad.
Netanyahu mengatakan bahwa Hizbullah sengaja menjadi Pelabuhan Beirut sebagai pusat penimbunan zat berbahaya agar aman dari jangkauan intervensi militer Israel. Hizbullah memanfaatkan kondisi di pelabuhan sebagai benteng pertahanan perisai manusia.
Memang sejauh ini Pemerintah Lebanon menyimpulkan bahwa ledakan terjadi akibat penumpukan 2.750 ton Amonium Nitrat di salah satu gudang di pelabuhan.
Disebutkan zat kimia itu sebenarnya barang sitaan yang dilakukan pada tahun 2013. Awalnya Amonium Nitrat itu berada di atas kapal MV Rhosus berbendera Moldova yang sedang berlayar dari Batumi, Georgia menuju Beira, Mozambik.
Namun kapal itu singgah di Beirut karena mengalami masalah pada mesin. Ketika dilakukan pemeriksaan oleh petugas pelabuhan, ternyata kapal dinyatakan tak layak berlayar dan dilarang melanjutkan perjalanan.
Semua kru dipulangkan ke negara masing-masing sedangkan zat kimia yang ada di kapal disita dan disimpan di gudang. Sayangnya pemilik barang dikabarkan bangkrut dan ribuan ton Amonium Nitrat dibiarkan begitu saja di dalam gudang. ***