IMPIANNEWS.COM ((Jakarta).
Para pentolan Koalisasi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) disebut bukan hendak menyelamatkan Indonesia melainkan memecah belah bangsa.
Setidaknya hal itu diungkapkan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean yang mengkritisi kelahiran KAMI baru-baru ini.
Kritik tersebut disampaikan oleh Ferdinand melalui akun Twitter miliknya @ferdinandhaean3. Menurutnya, KAMI justru membahayakan bangsa Indonesia.
"Mereka yang menyebut diri KAMI, tak sadar bukan sedang menyelamatkan Indonesia, tapi sedang memecah, memisah, dan mencerai beraikan sesama anak bangsa," kata Ferdinand seperti dikutip Senin 24 Agustus 2020.
Ferdinand menyebut, para anggota KAMI merupakan korban ego politik pribadi dan kelompok. Wadah tersebut dituding bertujuan memperalat demokrasi dan kebebasan berserikat. Semua itu dilakukan hanya karena ego para tokohnya.
"Mereka korban ego politik pribadi dan kelompok. Tujuannya jelas memperalat demokrasi dan kebebasan berserikat untuk ego para tokohnya," ungkap Ferdinand.
Seperti diketahui sederet tokoh nasional di antaranya, Gatot Nurmantyo, Rocky Gerung, Din Syamsuddin dan Said Didu menghadiri Deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang digelar di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa 18 Agustus 2020.
Lewat akun Twitter, Din Syamsuddin, mengunggah poster yang bertuliskan pernyataan dari para tokoh penggagas KAMI tersebut.
Salah satunya pernyataan dari eks Panglima TNI Jend (Purn) Gatot Nurmantyo.
Dari isi poster tersebut, Gatot mengeluarkan pernyataan keras dan kontroversial. Ia mengajak rakyat bergabung bersama dengan KAMI untuk menghancurkan pemerintahan oligarki rezim Jokowi.
“Bersama gerakan KAMI, mari hancurkan pemerintahan oligarki ini. Sudah saatnya rakyat mengambil alih,” ujar Gatot dalam poster tersebut.
Selain itu, Gatot juga menyampaikan orasinya saat menghadiri deklarasi KAMI. Dalam kesempatan itu Gatot juga berbicara kondisi Indonesia akibat proxy war yang diperburuk karena berkembangnya oligarki kekuasaan.
“Kekuasaan dimainkan, dikelola oleh kelompok orang dan tidak beruntung lagi, mereka melakukan dengan topeng konstitusi apakah benar ini terjadi pada negeri kita? Biar rakyat yang menjawab,” ujarnya.***