Arogansi China sebagai salah satu negara yang memiliki ekonomi terkuat dan juga armada tentara yang besar di dunia, nampaknya mulai membuat gerah negara-negara tetangga.
Usai mengobok ketenangan ASEAN lewat manuvernya di Laut China Selatan, China juga mulai membuat gerah India dengan menggeser-geser perbatasannya.
Akibatnya, sejumlah negara di ASEAN seperti Indonesia, Filipina, Vietnam dan Malaysia sampai sekarang masih meradang akibat arogansi China. Dan negara-negara yang selama ini direcoki China bahkan nampaknya bersiap melakukan perlawanan dari berbagai bidang.
Salah satu contoh perlawanan akibat arogansi China, diperlihatkan oleh India. Baru-baru ini India menaikan tarif pajak impor barang dari China. Selain itu, India juga melarang investasi dari China. Bahkan yang terakhir, India telah memblokir banyak aplikasi dari China dan lain sebagainya.
Hebatnya aksi boikot ini diikuti oleh hampir seluruh penduduk India yang juga beramai-ramai memboikot produk "Made in China". Gerakan tersebut juga semakin masif kala pemerintah India meminta situs jual beli daring skala internasional, Amazon, menunjukkan negara pembuat produknya.
Padahal jika dilihat dari kedua sisi bisnis, India dan China adalah negara dengan kekuatan terbesar di Asia Timur Raya selain Jepang. Industri di India tengah mengalami kebangkitan, begitu pun China.
Langkah tegas pemerintah India yang diikuti rakyat India, berakar dari bentrokan berdarah antara tentara India dengan tentara China yang terjadi diperbatasan India-China pada bulan lalu.
Akibat bentrokan yang dipicu oleh aksi arogansi tentara China tersebut, mengakibatkan puluhan tentara China tewas sementara beberapa tentara India mengalami luka-luka.
Dari kawasan Asia Tenggara, klaim China atas Laut China Selatan yang akhirnya memompa semangat juang tentara Filipina untuk mengangkat senjata.
Ketegangan antara Filipina dengan China semakin memuncak, ketika kapal nelayan Filipina ditenggelamkan di perairan Filina oleh kapal China.
Aksi arogan China tersebut akhirnya mengundang pernyataan sekaligus kecaman keras Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang menyebut kapal-kapal perang milik China berlayar semakin dekat ke perairan Filipina.
Melihat sekutu dekatnya dilecehkan, AS yang memang sudah melakukan perang dagang dengan China tidak tingal diam. Apalagi begitu tahu China mulai menggerakkan kekuatan militernya, yang semakin membuat Paman Sam muak dengan ulah China.
Tanpa menunggu lama, Angkatan Laut Amerika Serikat melakukan latihan yang melibatkan dua kapal induknya di Laut China Selatan, tepatnya di perairan Filipina. Seakan memberi peringatan kepada Beijing, bahwa ada AS hadir tidak jauh dari mereka.
Latihan Angkatan Laut Amerika Serikat itu merupakan buntut pemberlakuan Undang-undang (UU) Keamanan Nasional di Hong Kong oleh otoritas China.
Pemberlakuan UU tersebut memicu protes besar pada Rabu (1/7/2020) namun dipatahkan oleh pihak kepolisian.
Beberapa warga Hong Kong ditangkap. UU tersebut mengekang kebebasan demokrasi bagi warga Hong Kong dan melarang tindakan subversif, pemisahan diri, terorisme, dan berkolusi dengan tentara asing.
Atas penerapan UU tersebut, sejumlah negara di dunia, sebagai contoh Inggris dan Kanada, menawarkan kewarganegaraan bagi warga Hong Kong.
Di sisi lain, perusahaan telekomunikasi asal China, Huawei, kini juga diblokir dari pengembangan jaringan 5G di sejumlah negara.
Australia mengerahkan tentara siber untuk mempertahankan diri dari serangan siber setelah tensi dengan China meningkat.
Pada Rabu, Kongres AS dengan suara bulat memberikan sanksi bagi China atas UU Keamanan Nasional yang diterapkan di Hong Kong.(***)