IMPIANNEWS.COM -- Hampir seluruh negara di dunia tengah berjuang melawan pandemi COVID-19. Bukan hanya virusnya yang dilawan, seluruh dunia juga tengah berupaya menyembuhkan ekonominya yang sudah terkapar.
Selama pandemi berlangsung setidaknya sudah ada 4 negara yang mengalami resesi. Berikut daftarnya:
1. Singapura
Ekonomi Singapura masuk ke jurang resesi di kuartal II-2020. Ekonomi negeri Singa ini terkontraksi 41,2% terdampak virus Corona.
Pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Singapura juga telah mengalami kontraksi hingga 2,2% yoy yang juga disebabkan oleh penyebaran COVID-19.
2. Korea Selatan
Korea Selatan (Korsel) pun menyusul Singapura menjadi negara yang ekonominya resmi jatuh ke jurang resesi. Kondisi ini ditandai dengan menyusutnya perekonomian Korsel di kuartal II-2020.
Bank of Korea mengatakan, ekonomi Korsel menyusut -3,3%. Itu adalah kontraksi paling tajam sejak kuartal pertama 1998. Angka itu juga lebih dalam dari perkiraan jajak pendapat yang digelar Reuters di angka -2,3%. Pada kuartal I-2020 ekonomi Korsel sudah -1,4%.
3. Hong Kong
Hong Kong resmi resesi selama setahun penuh. Ekonominya sulit pulih di tengah pandemi Corona. Negara yang jadi hub keuangan Asia itu ekonominya mengkerut 9% di kuartal II-2020 (April-Juni) dibandingkan posisi setahun sebelumnya.
Ini merupakan keempat kalinya Hong Kong mencatat ekonomi minus. Artinya, sudah setahun penuh ekonomi Hong Kong tidak tumbuh.
Kenapa Hong Kong bisa begini? Mulanya dari maraknya demo anti kebijakan pemerintah setahun lalu, diperburuk dengan adanya perang dagang AS-China.
4. Jerman
Ekonomi Jerman pada kuartal II-2020 kembali mengalami kontraksi sebesar -10,1%. Laporan itu menandakan ekonomi Jerman masuk dalam jurang resesi.
Penurunan ekonomi Jerman hingga -10,1% diakibatkan penurunan konsumsi rumah tangga, investasi bisnis dan ekspor. Semua itu merupakan dampak dari pandemi COVID-19.
Pada kuartal I-2020 ekonomi Jerman juga sudah terkoreksi -2,2%. Itu artinya ekonomi Jerman sudah resmi resesi.
Kondisi ini patut diwaspadai Indonesia.
Hong Kong resmi resesi. Selama 4 kuartal berturut-turut ekonomi negara itu minus. Pada kuartal II-2020 tercatat -9%.
Kondisi itu patut diwaspadai oleh Indonesia. Sebab Hong Kong memiliki hubungan ekonomi dengan Indonesia. Bahkan negara itu menjadi salah satu negara terbesar yang berinvestasi di Indonesia.
"Dampak situasi di Hong Kong akan mempengaruhi beberapa aspek ekonomi. Dari sisi investasi Hong Kong termasuk ke dalam top 5 negara asal investasi asing terbesar di Indonesia," kata Peneliti ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kepada detikcom, Kamis (30/7/2020).
Menurut data BKPM, Hong Kong berada di urutan keempat sebagai negara paling besar berinvestasi di Indonesia di sepanjang 2019. Nilainya mencapai US$ 2,89 miliar.
Hong Kong juga menyandang predikat sebagai hub keuangan dunia. Banyak perusahaan asing memiliki kantor pusat di Hongkong. Jika markasnya mengalami guncangan, maka bisa jadi investasi di Indonesia juga terganggu.
"Jika headquarter nya terganggu resesi maka keputusan investasi di Indonesia bisa tertunda sampai ada tanda pemulihan. Imbasnya pada serapan tenaga kerja dari investasi asing atau PMA pasti menurun di sepanjang tahun 2020," tambahnya.
Dari sisi perdagangan, lanjut Bhima, Hong Kong memiliki peran strategis sebagai hub produk ekspor Indonesia sebelum masuk ke China. Bisa jadi, gonjang-ganjing ekonomi di Hong Kong bisa menurunkan permintaan ekspor Indonesia.
Terakhir, efeknya terhadap tenaga kerja Indonesia yang ada di Hong Kong yang berkontribusi terhadap devisa Indonesia. Resesi di Hong Kong bisa berdampak kepada kesejahteraan pekerja migran di Hong Kong.
"Kiriman uang ke keluarga yang ada di Indonesia atau remitansi juga berkurang. Yang rugi juga keluarga pekerja migran di Indonesia akibat resesi Hong Kong. Ujungnya ke daya beli masyarakat khususnya di daerah asal TKI," terangnya.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menambahkan, Hong Kong menempati peringkat ke 8 dalam urusan hubungan dagang dengan Indonesia. Namun dia menilai pengaruhnya masih relatif kecil.
"Kalau kita melihat komposisi ekspor, Hong Kong bukanlah negara tujuan ekspor utama Indonesia, produk yang diekspor pun bukanlah produk utama Indonesia, total share ekspor ke Hong Kong hanya 1% terhadap total ekspor Indonesia.
Begitupun dengan Impor, share impor Hong Kong ke Indonesia juga relatif kecil hanya 5%. Jadi dilihat dari channel dagang pengaruhnya relatif kecil," tambahnya.
Namun, hal yang perlu diwaspadai adalah efek domino di sektor keuangan. Sebab Hong Kong merupakan pusat keuangan dunia.
"Dalam jangka pendek, resesi Hong Kong ini bukan tidak mungkin akan berdampak pada psikologis investor, yang kemudian akan mempengaruhi volatilitas di pasar keuangan termasuk di Indonesia," tutupnya. ***