IMPIANNEWS.COM. (Pantagon).
Sedikitnya 2.500 tentara bayaran Rusia dari "Wagner Group" (paramiliter Rusia) kini tengah berhadapan dengan 3.500 veteran perang Suriah rekrutan Turki dalam pertempuran di Libya. Hal tersebut diungkapkan Inspektorat Jenderal Pentagon.
Sementara Komando Afrika Amerika (Africom) terus memantau terjadinya perang saudra di wilayah Libya. Setiap kejadian langsung dilaporkan kepada Inspektorat Jenderal Pentagon.
Africom melaporkan kepada Inspektorat Jenderal, "Mereka tidak memiliki laporan yang kredibel tentang ISIS atau militan yang berafiliasi dengan Al Qaida di antara pasukan tentara bayaran dari Suriah,".
"Dan menilai bahwa tentara bayaran 'sangat mungkin' berperang di Libya karena alasan pribadi dan keuangan daripada motivasi ideologis atau politik," tulis laporan 81 halaman yang dikirim ke Kongres Amerika, seperti dilansir Military.com, Ahad (19/7/2020).
Rusia, Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA) berdiri di belakang Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin oleh mantan Jenderal Libya Khalifa Haftar. Sementara Qatar dan Turki mendukung GNA (Government of National Accord), yang diakui internasional.
"Di Libya, pertempuran dalam perang saudara selama setahun meningkat setelah peningkatan signifikan pasukan tentara asing," kata Penjabat Inspektorat Jenderal Pentagon Sean O'Donnell.
"Sebanyak 2.500 pejuang yang terkait dengan Grup Wagner, sebuah perusahaan paramiliter Rusia, dan sebanyak 3.800 pejuang Suriah berada di Libya selama kuartal itu, ketika upaya perdamaian gagal," kata O'Donnell.
Untuk mempersulit keadaan, Rusia juga telah merekrut orang-orang Suriah yang berperang melawan rezim Presiden Bashar al-Assad, untuk mendukung Kelompok Wagner.
Pejuang Suriah yang membantu Kelompok Wagner "adalah mantan pemberontak oposisi Suriah yang dilaporkan setuju untuk berperang dalam perang saudara Libya dengan imbalan 1.000 dolar AS (sekitar Rp 15 juta) per bulan dan grasi dari rezim Assad," katanya.
Laporan itu tidak memperkirakan berapa banyak Rusia yang dibayar oleh Kelompok Wagner. Meski begitu disebutkan, Rusia telah "menyediakan peralatan canggih, seperti kendaraan udara tak berawak, dan kemampuan canggih, seperti penembak jitu terlatih.
Dalam rilisnya, Africom mengatakan bahwa tentara bayaran Rusia menanam ranjau darat dan alat peledak improvisasi di sekitar Tripoli dan membentang ke timur ke kota Sirte, markas Haftar.
Komandan Africom, Jenderal Angkatan Darat Stephen Townsend menuduh Rusia telah mengirim 14 pesawat tempur MiG-29 Fulcrum canggih ke Libya dalam upaya untuk menopang pasukan Haftar.
Sementara Rusia telah berulang kali membantah terlibat dalam pertempuran di Libya atau tak mengakui dukungan Grup Wagner untuk Haftar.***