Lima Puluh Kota, --- IBU dan anak, serta 3 cucunya ini, hanya hidup dengan bantuan Kemensos RI. Emaknya, Halimah, 69 thn dapat bantuan sebagai pemegang PKH (program keluarga harapan). Sedangkan anaknya, Hartati, 30 thn penerima sembako.
Untuk kebutuhan pangan, sudah lebih dari cukup. Apalagi tinggal di desa. Sayur dan bumbu masak bisa ditanam di tanah pekarangan.
Lalu, buat kebutuhan sandang, papan atau biaya pendidikan cucu, memaksa ibu dan anaknya ini, harus ikut membanting tulang. Halimah dan Hartati, warga Hulu Aia, Harau, Kabupaten Limapuluh Kota ini, berjualan jagung bakar, pisang kapik dan minuman di fly over kelok sembilan.
"Usaha ini, telah kami jalani sejak kelok sembilan beroperasi, pasca diresmikan Presiden SBY," ucap Hartati ibu tiga anak ini, Sabtu.
Berjualan di fly over, sebuah usaha yang cukup beresiko. Meski dilarang pemerintah, tapi demi memenuhi kebutuhan hidup, tidak hanya kami sekeluarga, warga yang lain juga ikut membuka lapak di fly over ini.
Menurut Hartati, tak banyak omset penjualannya. Kadang-kadang, bisa indak pacah talua (tidak ada pembeli). Sehingga tak ada uang yang bisa dibawa pulang, ucap ibu muda berkulit sawo matang ini.
Ia menambahkan, sejak wabah corona diasase melanda negeri ini, hidupnya semakin susah. Sejak Maret hingga 6 Juni, kami tak berjualan. Sabtu (6/6) ini, merupakan hari pertama kami berjualan, katanya.
Dihari pertama ini, tambah Hartati, hanya apak saja yang mampir di warung awak, kata Hartati tersenyum. Emang, hingga Hartati menutup warungnya, pukul 5 sore gak ada lagi tamu yang datang. Padahal, awak media ini datang kesana sejak pukul 14.30 WIB.
Hartati, yang setiap hari membaca Alqur'an ini, mengakui, tidak menyesali hidup pas-pasan seperti itu. "Allah itu maha besar dan maha adil. Atas izin Allah jugalah kami sekeluarga seperti ini. Saya bersama suami dan anak-anak tetap gembira menjalani hidup ini," kata pencinta lingkungan ini.
Pemilik tinggi 155 cm ini, ikut berdoa agar Covid-19 cepat berlalu di Luak Limopuluah. Ia juga mengajak publik, mengambil hikmah dari musibah itu. Minimal, prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu dibudayakan setiap hari.
Lalu, pakai masker dan jaga jarak itu, sebut Hartati, ada juga nilai-nilai yang bisa dipetik. Menurut Tati, begitu ia dipanggil, pelajaran yang tersembunyi dari memakai masker, kita tidak lagi ember dan suka bergunjing. Begitu juga jaga jarak, memelihara hidup ini agar tidak bersentuhan, tidak mengambil hak orang. Kemudian bagi anak muda, jika tak muhrim, janganlah berdua-duaan, simpul ibu muda ini.(rel)
0 Comments