Catatan Arfidel Ilham, --- Kayu Kolek sebenarnya adalah sejenis batang kayu yang tumbuh di tepi jalan ke hutan Gunung Sago.
Pada bentuk aslinya, pohon tersebut merupakan pohon yang sudah sangat tua. Karena sudah terlalu tuanya, Kayu Kolek sampai berlubang.
Mengingat usianya yang barangkali sudah ratusan tahun, maka Kayu Kolek yang besar, rimbun dan berlubang seperti gua, jika hujan menjadi tempat berteduh bagi orang yang hendak pergi atau pulang dari hutan maupun ladang.
Suatu ketika, saat hujan sangat lebat, ada orang yang berteduh di dalam gua Kayu Kolek. Barangkali karena terlalu lama hujan turun, si peneduh tersebut membakar kayu untuk menghangatkan tubuhnya.
Mungkin karena saking gembiranya, ketika hujan reda, si peneduh tadi tergesa melanjutkan perjalanannya kembali ke rumahnya, hingga dia lupa memadamkan bara api yang tersisa di dalam gua Kayu Kolek.
Akibatnya Kayu Kolek terbakar di bagian dalamnya. Namun pada waktu itu, belum membuat Kayu Kolek terbakar keseluruhannya. Kayu kolek masih bisa bertahan untuk beberapa tahun.
Pada waktu dulu, jalan menuju ke hutan, ladang atau areal persawahan terakhir dari Jorong Sikabu kabu, Nagari Sikabu kabu Tj. Haro Pd. Panjang, masih berupa jalan tanah. Karena kawasan tersebut jauh dari hunian penduduk.
Namun demikian, di areal seputar Kayu Kolek tumbuh, ada pelataran yang lumayan luas. Jika musim berburu babi, areal tersebut dijadikan sebagai paunan atau tempat berdagang makanan, juga tempat anjing pemburu dipautkan di sekitar kawasan tersebut, untuk beristirahat sambil menikmati makanan.
Mulai dari lemang tapai hingga gulai kambing, selalu tersedia jika ada perhelatan berburu babi. Palagi jika perhelatan besar, pertemuan para pemburu babi Sumbar, Riau Jambi.
Terkadang pada perhelatan besar tersebut, juga diadakan acara hiburan saluang semalam suntuk di Kayu Kolek.
Pada suatu hari, karena umur yang sudah terlalu tua dan keropos, akhirnya Kayu Kolek Tumbang. Untunglah masyarakat masih sempat menanam pohon pinus dan juga pohon beringin.
Tahun berganti, musim bertukar. Perkembangan penduduk dan percepatan pembangunan desa pun berjalan. Baru sekitar 3 tahun lalu, pemerintah Nagari Sikabu kabu Tj. Horo Pd. Panjang, Kec. Luak, Kab. Lima Puluh Kota, mulai membangun tempat kunjungan wisata. Seperti saat ini, Kayu Kolek menjadi sebuah kawasan tujuan wisat alternatif di Lima Puluh Kota selain Harau.
Dari lokasi tersebut, siapa saja yang datang berkunjung, dapat melepaskan pandangannya ke Kota Payakumbuh, ke Gunung Bonsu, ke Koto Tinggi, Harau dan Nagari Taram.
Kata salah seorang pengunjung yang pernah datang, pemandangan dan kesegaran serta kealamian alamnya sangat mempesona. "Tuhan membuat Nagari ini sambil tersenyum," ujarnya.
Panorama Kayu Kolek juga pernah menjadi tempat kegiatan Sepeda Gunung Internasional. Bahkan pernah pula dijadikan ajang Puisi Akhir Tahun para penyair Sumbar, Riau dan Jambi. Ketika di Nagari Ampangan, Kota Payakumbuh, mengadakan kegiatan Botuang Festival, kawan kawan penyair juga sempat mampir untuk menikmati keindahan Panorama Kayu Kolek.
Maka bisa saja menjadi tradisi, untuk ajang penyair membaca syair puisinya di Kayu Kolek.
Untuk mewujudkan tradisi baik tersebut, maka sudah sepantasnya di Panorama Kayu Kolek akan kembali mengadakan kegiata tersebut, bertajuk Puisi Sabtu Senja di Kayu Kolek.
Insya Allaah kegiatan tersebut akan kami selenggarakan pada :
Hari/Tgl : Sabtu, 27 Juni 2020 mendatang.
Mulai Pukul 14.00 WIB s/d 18.00 WIB.
Bahkan bagi para penyair yang berminat untuk bermalam di Kayu Kolek dalam suasana Kemping, seperti yang juga akan dilakukan pemuda Nagari, dipersilahkan.
Kegiatan tersebut terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.
Bagi kawan kawan penyair yang akan hadir dan menampilkan pembacaan puisinya, dipersilahkan untuk mendaftar kepada nomor WA yang tercantum pada slebar di atas. Terimakasih, Salam Puisi.(rel)
0 Comments