KOREA Utara mengancam akan mengirimkan serangan nuklir ke Amerika Serikat (AS) jika perang Korea kembali pecah.* /AFP Photo/STR
IMPIANNEWS.COM (Korut).
Hubungan Korea Utara dan Selatan semakin memanas, bahkan mengarah pada peperangan langsung.
Pengeboman kantor perwakilan Korut-Korsel di perbatasan menjadi penanda bahwa keduanya benar-benar dalam keadaan yang genting.
Dikutip impiannews.com dari Express, Amerika Serikat (AS) telah menyiagakan 24.000 pasukannya di Korea Selatan untuk berjaga-jaga jika perang fisik pecah.
Pada Kamis 25 Juni 2020, Korut memperingati 70 tahun Perang Korea yang bermula dari invasi ke wilayah Korsel.
Peringatan tersebut ditandai dengan kunjungan masyarakat ke monumen-monumen dan tentara sebagai bukti kebencian pada AS.
Media pemerintah juga mengeluarkan konten editorial khusus untuk memuji pertempuran yang mereka sebuh sebagai 'Perang Pembebasan Bumi Pertiwi'.
Di saat yang bersamaan, Kedutaan Besar Korea Utara di Rusia mengeluarkan pernyataan ancaman pada lawan-lawannya.
Korut menyebut pihaknya akan meluncurkan serangan nuklir ke AS dalam 'acara khusus yang penuh sensasi' apabila Perang Korea pecah kembali.
Pernyataan itu kemudian disebarkan oleh kantor berita pemerintah Rusia, TASS.
Menurut pemberitaan tersebut, Pyongyang kini 'memiliki kemampuan untuk menghukum tanpa ampun siapa pun yang berani terlibat'.
Kemunculan ancaman ini seiring dengan laporan yang menyebut Pyongyang sedang menimbun cadangan senjata nuklir.
Korea Selatan pun memindahkan seluruh kekuatan tentaranya ke perbatasan sebagai respon atas ancaman perang dari Korut.
"Tahun ini, Militer AS telah melaksanakan sejumlah manuver militer di Korea Selatan dan sekitarnya dengan tujuan menyerang Korut secepatnya," ungkap pernyataan yang diumumkan Kedutaan Korut.
"Ronde baru dari Perang Korea akan menambah gelaran khusus yang sensasional dalam sejarah umat manusia," lanjutnya.
"Ini akan membawa akhir dari kekaisaran lainnya bernama Amerika Serikat (AS)," tegas mereka.
Dalam pernyataan tersebut, Korut mempertegas posisi mereka untuk 'melanjutkan pembangunan kekuatan untuk mengatasi ancaman nuklir yang tangguh dari AS'.
Sehari sebelumnya, Korea Utara mengatakan Pemimpin Agung Kim Jong-un berniat mengakhiri perjanjian mereka dengan AS dan Korsel pada tahun 2018 silam.
Keputusan ini muncul setelah Kim dan sejumlah pejabat partai yang juga berkedudukan dalam urusan militer bertemu untuk memeriksa persediaan senjata.
Korut dikabarkan menunda agresi militer ke Korea Selatan, namun peringatan tetap datang dari Sekretaris Kementerian Pertahanan.
Mereka menyebut saat ini bukanlah waktunya untuk menyerang dengan nuklir, tetapi menggunakan senjata biologis massal.***
0 Comments