Pimred impiannews.com
Segelumid kehidupan dilalui ditengah canggihnya transportasi informasi dan komunikasi tersebar didunia internasional saat ini, semua informasi terletak didalam genggaman umat manusia.
Maka itu, penulis sangat tertarik, ingin maju harus kuasai dunia elektronik atau dunia maya yang dapat memanjakan diri dan membukakan wawasan cakrawala pemikiran lebih cerdas, maju dan berkualitas.
Berangkat dari sanilah penulis tahun 2002 lalu bergabung dengan koran mingguan ternama di Sumatera Barat yaitu, "GARDA MINANG," salah satu koran yang solit selalu terbit tiap minggunya di Pimpin Masri Tanjung, beliau sudah mendahului kita semuanya kepangkuan Illahi, mari kita Bacakan bersama Ibu Alquran, Alfatiyah......, Aamiin.
Mengenang Masri Tanjung sosok pemimpin Media Mingguan termasuk yang sukses membina para wartawannya, sebagai bukti saat ini beberapa media mingguan dan media online yang ada banyak berasal pemilik media dari wartawan Garda Minang, sebut saja, Benteng Sumbar, impiannews. Gema net. investigasi, andil news. jumantara, Padangterkini, sumbar zone, Target sumbar dan sebagainya.
Penulis masih ingat sampai sekarang sebagai kesan pertama membuat berita di terbitkan dihalaman pertama dengan tulisan berwarna merah, judul beritanya, "Jeritan Hati Seorang PNS," Tiga Bulan Tidak Terima Gaji, dengan berita tersebarluas kepublik, tak cukup 10 hari, gaji di tahan telah di bayarkan kembali.
Saat itu, betapa senang dan bangganya sebab dengan cara memberitakan ketidak wajaran disebabkan kekuasaan pemimpin, hidup seseorang menderita bahkan keluarganya, bisa dibantu hanya menyebarkan luaskan informasi ke publik.
Masih terkenang dalam goresan merangkai kata-kata, penulis sempat mengeluarkan air mata tentang kisah seorang PNS tiga bulan tak terima gaji yang langsung diceritakan kepada penulis dengan deraian air mata, anak kuliah, ada yang sekolah, makan seharian untuk hidup, hutang sana sini memenuhi kebutuhan setiap harinya, kata ASN tersebut, suami saya pekerja tak tetap, sungguh memiriskan.
Terbelakang dengan peristiwa itu, penulis sering merenungi kehidupan di dunia kuli tinta krennya bahasa tersebut saat itu, jadi wartawan siap sebagai alat kontrol sosial di tengah- tengah masyarakat sebuah pekerjaan tak kenal dengan waktu, atau waktu pers 24 Jam sehari semalam.
Penulis sejak jadi wartawan, di Garda Minang berbagai peristiwa dan kejadian-jadian di Kota Padang dan Sumbar selalu di liput, apa lagi di tahun 2002 belum ada HP Androit, semua serba manual, kehadiran koran cetak sangat di tunggu- tunggu masyarakat, tidak sama seperti saat ini yang serba digital.
Di GARDA MINANG, penulis ditempatkan sebagai wartawan Investigasi mengelola kusus berita kasus, disinilah penulis sering temukan kejanggalan-kejanggalan sebut saja sebuah proyek, baik skala besar dan kecil, tantangannya sungguh besar pula sebab membuka gebrok proyek pemerintah di kerjakan swasta.
Berbagai ancaman penulis terima lewat SMS, ada yang ngomong, bila kasus ini kamu lanjutkan, kamu sekelurga akan saya bunuh, ada lagi yang bicara wartawan itu mudah di sogok dan banyaklah ancaman, tapi semua tak penulis pedulikan, tak diacuhkan dan tak ambil pusing.
Maka itu, penulis telah beritekat dalam hati, kalau ingin jadi wartawan jangan jadi wartawan penakut, harus berani karena ada UU Pers yang melindungi seorang wartawan oleh Negara, kalau mati dalam laksanakan tugas itu bagus dari pada mati konyol.
Wartawan itu, jangan manja, cengeng, suka mengeluh dan malas, jadilah seorang pembela kebenaran di jalan Allah, seorang yang tangguh, ulet, cerdas dapat menempatkan diri dalam kondisi apapun tidak memihak kepada pihak tertentu.
Semangat wartawan inilah penulis dapat memahami, membentuk krakter dan perilaku serta mudah diajak bicara dengan siapapun orangnya, pergaulan dengan siapapun sangat mudah dirasakan sebab seorang wartawan itu punya kode etik, baik dalam bicara, sikap, sopan dan santun, penyabar, ikhlas dan memiliki harga diri yang tinggi. ***
0 Comments