IMPIANNEWS.COM (Baghdad).
Hubungan antara Amerika Serikat dan Irak kian memanas pada awal tahun 2020 ini menyusul terbunuhnya Petinggi militer Iran, Qasem Solemani di dekat kota Baghdad pada Januari lalu.
Pembunuhan tersebut membuat parlemen Irak mendesak adanya penarikan seluruh pasukan AS dari negara tersebut.
Seorang tokoh politik Irak menyatakan bahwa Baghdad akan menolak upaya Trump untuk memperpanjang 'kehadiran' pasukan AS di Irak selama proses negosiasi.
"Negosiasi antara Washington dan Baghdad, yang akan dimulai pertengahan Juni ini, tidak akan terlaksana jika mereka tidak membahas adanya penarikan pasukan dari negara ini," ujar Karim al-Muhammadawi, seorang anggota komisi keamanan dan pertahanan Irak, kepada surat kabar Al Maalomah, dikutip dari Sputnik pada Jumat (5/6).
"AS tengah mencoba untuk berada (lebih lama) di Irak dan berupaya untuk mencapai tujuannya dengan melancarkan tekanan (pada pemerintah Irak) dan kembalinya Daesh (kelompok teroris Takfiri)," imbuhnya.
Qasem Solemani, komandan pasukan Quds, terbunuh dalam serangan udara militer AS atas perintah Presiden AS Donald Trump.
Insiden tersebut membuat hubungan Irak dan AS retak, dimana insiden itu sebagai pelanggaran atas kedaulatan Irak sekaligus meningkatkan ketegangan Irak dengan negara tetangganya, Iran.
AS terus menerjunkan pasukan militernya di Irak sejak invasi yang menggulingkan pemerintahan Saddam Husein pada 2003 silam.
0 Comments