IMPIANNEWS.COM (Pilipina)
Filipina mencari kemungkinan dukungan AS untuk memanfaatkan minyak dan gas di wilayah laut yang disengketakan dengan China. Padahal sebelumnya, ia sempat mengusulkan pengembangan bersama.
Filipina perlahan-lahan mulai menantang China di Laut China Selatan, cerminan dari meningkatnya hubungan strategis dengan Amerika Serikat dan kebutuhan untuk mengamankan sumber energi baru di tengah krisis ekonomi yang akan datang.
Pejabat Departemen Energi dan Departemen Luar Negeri Filipina kini tengah melobi Presiden Rodrigo Duterte untuk melanjutkan kembali eksplorasi energi untuk menopang keamanan energi negara yang kendur.
Langkah itu juga dilakukan untuk menegaskan kembali kedaulatan negara atas sumber daya energi dasar laut yang diperebutkan oleh China.
Namun, masih belum bisa dipastikan apakah AS akan mendukung kegiatan eksplorasi energi Filipina, terlebih jika mereka menghadapi gangguan dari China.
Kegiatan eksplorasi tersebut rencananya akan dilakukan di daerah Reed Bank, yang terletak di timur laut Kepulauan Spratly, yang diklaim oleh Filipina dan China.
Duterte telah melobi “kepemilikan bersama” sumber daya itu melalui eksplorasi bersama dan proyek-proyek pembangunan dengan China, yang telah memuji pendekatannya sebagai “cara yang bijaksana dan” untuk mengelola perselisihan.
Pada pertengahan 2018, setelah kunjungan resmi ke China, Menteri Luar Negeri Filipina dan Ketua Kongres saat ini, Alan Peter Cayetano menggembor-gemborkan “masa emas” dalam hubungan Filipina-China ini.
Ia juga menegaskan kembali komitmen Filipina untuk berbagi sumber daya dengan China di Laut China Selatan.
Wilayah laut yang disengketakan itu “akan berubah menjadi sumber persahabatan dan kerja sama antara kedua negara kami,” ujar kepala diplomatik Filipina itu kepada Asia Times.
Komentar itu dilontarkan setelah ia berdiskusi dengan pejabat diplomatik China mengenai kemungkinan proyek-proyek eksplorasi minyak dan gas lepas pantai bersama.
Selama kunjungan akhir tahun 2018 ke Filipina, Presiden China Xi Jinping berharap untuk menyelesaikan perjanjian pengembangan bersama dengan Filipina.
Namun, masih ada perlawanan internal di dalam birokrasi Filipina. Itu membuat pemimpin China hanya mencapai perjanjian awal untuk mengeksplorasi kemungkinan kesepakatan pembagian sumber daya di Laut China Selatan.
Setelah kunjungan kelima Duterte ke China Agustus lalu, kedua pihak kembali menegaskan komitmen mereka untuk mengeksplorasi pembagian sumber daya di wilayah maritim tersebut.
Menurut Duta Besar Filipina Jose Santiago Santa Romana, kedua negara akan membentuk komisi bersama yang terdiri dari badan-badan pemerintah terkait dan perusahaan energi utama untuk menyelesaikan kerangka hukum untuk perjanjian eksplorasi bersama.
Komisi-komisi khusus itu seharusnya meneruskan kerangka kesepakatan akhir pada November tahun lalu, tetapi gagal.
Para aktivis membakar bendera China dan membawa poster anti-China selama demonstrasi di sebuah taman di Manila, Filipina, 18 Juni 2019.
(Foto: Getty Images/AFP/Ted Aljibe)
Hambatan yang signifikan, menurut narasumber yang diwawancarai Asia Times, adalah sulitnya menyelaraskan klaim China atas Laut China Selatan dengan konstitusi Filipina, yang memperlakukan zona ekonomi eksklusif negara itu (ZEE) sebagai perpanjangan dari wilayah kedaulatan nasional.
Selain itu, ada juga hambatan penting lainnya, yakni putusan Pengadilan Arbitrase Den Haag pada Juli 2016, yang mematahkan klaim ekspansif “sembilan garis putus” China, yang meliputi ZEE Filipina.
China menolak putusan yang tidak memiliki mekanisme penegakan hukum itu.
Ketegasan China yang meningkat di laut, termasuk semakin intensifnya latihan angkatan laut di daerah-daerah yang diperebutkan, tampaknya telah melemahkan upaya China-Filipina sebelumnya untuk menuju kesepakatan pembagian sumber daya.
Sementara itu, Filipina tampaknya sedang menjajaki pengembangan sumber daya secara sepihak, kemungkinan dalam hubungannya dengan perusahaan energi multinasional, termasuk AS. Filipina mungkin mencontoh langkah strategis Malaysia dalam hal itu.
Kapal bor West Capella, yang dikontrak oleh BUMN Malaysia, Petronas, telah berinisiatif untuk mengeksplorasi minyaknya sendiri di perairan yang diklaim oleh China dan Vietnam sejak November lalu.
China telah mengirim kapal ke daerah itu untuk mengintimidasi eksplorasi Malaysia.
Menteri Energi Filipina Alfonso Cusi mengumumkan pekan lalu, Filipina tengah mempertimbangkan pilihannya di Laut China Selatan.
“Kami tengah berdiskusi tentang bagaimana kami dapat melanjutkan eksplorasi di daerah tersebut, sekaligus melindungi wilayah kami,” ujar Alfonso Cusi, dikutip dari Asia Times.
Dia juga telah berkoordinasi mengenai masalah ini dengan pemerintah daerah, termasuk di provinsi pulau Palawan, yang terletak paling dekat dengan perairan kaya energi yang disengketakan.
“Kami melakukan ini tanpa mengorbankan kedaulatan kami. Itu satu hal yang dapat kami jamin saat kami memulai mempertimbangkan bagaimana mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada di Laut Filipina Barat,” imbuhnya, menegaskan kembali upaya pemerintah untuk” mencapai keamanan energi “selama krisis ekonomi yang disebabkan pandemi.
Seperti yang dicatat Richard Heydarian di Asia Times, Duterte diperkirakan akan mengesampingkan kesepakatan pembagian sumber daya yang kontroversial dan berpotensi tidak konstitusional itu. Filipina dengan demikian dapat sekali lagi mengeksplorasi kemungkinan bekerja sama dengan perusahaan multinasional untuk melanjutkan eksplorasi laut.
Presiden Filipina tersebut, yang secara konsisten meremehkan agresi China di China Selatan, termasuk insiden Reed Bank Juni lalu, kini juga mengambil sikap lebih tegas.
Selama pertemuan ASEAN baru-baru ini, Duterte meminta semua pihak untuk “mematuhi aturan hukum dan komitmen mereka terhadap instrumen internasional”.
“Bahkan ketika wilayah itu tengah berjuang untuk membendung COVID-19, insiden-insiden yang mengkhawatirkan di Laut China Selatan terus terjadi,” tutur Duterte, dilansir dari Asia Times.
Penerjemah: Nur Hidayati
Editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: Para demonstran Filipina memprotes keberadaan kapal-kapal China di Laut China Selatan, di Kedutaan Besar China di Kota Makati, Filipina. (Foto: Reuters)
Filipina Mulai Tantang China di Laut China Selatan
0 Comments