Kim Yo Jong, adik dari Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un pada Sabtu (13/6/2020) melontarkan ancaman terhadap negara tetangganya Korea Selatan, mengatakan bahwa Seoul akan melihat "adegan tragis kantor penghubung Utara-Selatan yang tidak berguna (di Korea Utara) benar-benar hancur."
Dia juga menyiratkan akan mengambil langkah konfrontasi dengan mengatakan akan memberikan hak kepada militer Korea Utara untuk mengambil langkah pembalasan selanjutnya terhadap Korea Selatan.
Ancaman itu mendorong Seoul pada Minggu (14/6/2020) menggelar pertemuan keamanan darurat dan mendesak Pyongyang menaati perjanjian rekonsiliasi antara kedua negara, demikian dikutip diwartakan TRT World.
Korea Utara sebelumnya menangguhkan jalur komunikasi dengan Korea Selatan dan mengancam akan membatalkan perjanjian 2018 yang membuat Korea menghentikan latihan menembak, menyingkirkan beberapa ranjau darat dan menghancurkan pos jaga di daerah garis depan.
Ancaman-ancaman itu dikaitkan dengan kegagalan Seoul untuk aktivis dan pembelot Korea Utara meluncurkan selebaran propaganda melintasi perbatasan kedua negara.
Namun, beberapa ahli mengatakan ancaman itu adalah bentuk rasa frustrasi Korea Utara karena Korea Selatan belum melakukan cukup banyak untuk menghidupkan kembali proyek-proyek ekonomi bersama yang menguntungkan.
Langkah Korea Utara itu juga dihubungkan dengan kurangnya kemajuan dalam pembicaraan nuklirnya antara Pyongyang dengan Washington.
Negosiasi antara kedua negara tidak membuat kemajuan berarti sejak pertemuan puncak kedua antara Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump yang gagal pada awal 2019.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani hubungan dengan Korea Utara, kemudian mengatakan bahwa kedua Korea harus berusaha untuk mematuhi semua perjanjian yang telah mereka capai.
Secara terpisah, Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa pihaknya memantau dengan cermat militer Korea Utara dan menjaga kesiapan militer yang kuat.
Kedua kementerian mengatakan pemerintah Korea Selatan "memandang situasi saat ini genting." (***
0 Comments