Situjuah Batua, ---Berbasis kearifan lokal, Nagari Situjuahbatua, Kecamatan Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, membuat sejumput inovasi dalam perang melawan pandemi Covid-19. Apa saja, inovasi-inovasi tersebut?
Nagari Situjuahbatua adalah nagari pejuang. Saat kemerdekaan Republik Indonesia coba direnggut Belanda lewat Agresi ke-II pada 1948-1949 silam, darah juang rakyat Situjuahbatua mendidih.
Di bawah payung panji Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dipimpin pahlawan nasional Mr Syafruddin Prawiranegara dkk, rakyat Situjuahbatua ikut berkorban nyawa dan harta, demi membela Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bahkan, sepanjang sejarah perjuangan PDRI dalam menyelamatkan NKRI berlangsung di Sumatera Tengah, korban gugur terbanyak demi mempertahankan merah putih itu tercatat dalam peristiwa heroik di Lurah Kincia, Situjuahbatua, 15 Januari 1949. Meski kontribusi yang diperoleh Situjuahbatua atas pengorbanan besar itu belum sesuai ekspektasi sebagian pejuang kemerdekaan Indonesia, tapi rasa cinta rakyat Situjuahbatua untuk bangsa ini, tidak goyah!
Malahan, setelah tujuh dasawarsa berlalu, semangat juang dan persatuan rakyat Situjuahbatua tetap membara. Bahkan, rasa kebersamaan yang dalam filosofi adat Minangkabau disebut "sasakik-sasanang, sahino-samalu, tatilungkuik samo makan tanah, tajilantang samo minum ambun", telah menjadi kearifan lokal bagi masyarakat Situjuahbatua.
Ini tentu tidak sekadar pepesan kosong belaka. Saat bangsa ini tengah berperang melawan pandemi virus korona (Covid-19), pemerintah Situjuahbatua bersama segenap komponen masyarakatnya dan seluruh lembaga nagari, juga ikut "berperang" dengan musuh tak terlihat tersebut.
Bikin Tim, Siapkan Anggaran
Perang melawan virus korona di Situjuahbatua, diawali dengan pembentukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di tingkat nagari dan Tim Pembunuh Covid-19 di tingkat jorong, dengan melibatkan seluruh lembaga nagari dan bidan desa di Situjuah Batua. Tim ini sudah dibentuk sejak akhir Maret 2020 dengan Keputusan Wali Nagari.
Puncaknya, pada 1 April 2020, Gugus Tugas dan Tim Pembunuh Covid-19 Situjuahbatua dikukuhkan pula oleh Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi karena dianggap sebagai yang pertama di kabupaten tersebut.
Setelah membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di tingkat nagari dan Tim Pembunuh Covid-19 di tingkat jorong, Pemerintah Nagari Situjuahbatua bersama Badan Musyawarah (Bamus) Nagari setempat, mulai menyiapkan anggaran untuk penanganan Covid-19.
Anggaran yang disiapkan dalam APB Nagari Situjuahbatua itu awalnya dirancang sebesar Rp300 juta, tapi kemudian difinalisasi jadi Rp479 juta.
"Dari Rp1,18 miliar Dana Desa yang kami terima, ditambah Alokasi Dana Desa sebesar Rp990 juta, Pendapatan Asli Nagari sebesar Rp400 juta, dan Dana Bagi Hasil Nagari Rp15 juta atau total keseluruhan mendekati Rp2,4 miliar, sebesar Rp478 juta telah dialokasikan untuk penanganan Covid-19. Mulai dari pembelian APD, sarana-prasarana, operasional, hingga Bantuan Langsung Tunai," kata Wali Nagari Situjuahbatua DV Dt Tan Marajo bersama Ketua Bamus Drs H Zul'aidi Dt Bagindo Soik kepada wartawan, Sabtu (30/5/2020).
Tan Marajo dan Zul'Aidi mengatakan, dalam penyusunan anggaran untuk penanganan Covid-19, Pemnag dan Bamus Situjuahbatua berkonsultasi dengan Klinik Keuangan Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Dinas Keuangan Limapuluh Kota, DPMD/N Limapuluh Kota, dan Inspektorat. Bahkan juga dengan Tenaga Ahli (TA) Desa/Nagari tingkat Kabupaten, serta Pendamping Desa Tingkat Kecamatan dan Nagari.
"Dalam penanganan Covid-19 ini, termasuk dalam penganggaran, kami mengacu kepada Perppu Nomor 1 Tahun 2020, Perpres Nomor 54 Tahun 2020, Permendes Nomor 6 Tahun 2002 sebagai Pengganti Permendes Nomor 11 Tahun 2019, Pergub Sumbar Nomor 1 Tahun 2020 tentang PSBB, Perbup Limapuluh Kota Nomor 3 Tahun 2020, dan Kesepakatan Bersama Antara Lembaga-Lembaga Nagari, Pendamping Desa dan Pendamping Kecamatan.
Pada intinya, Dana Desa boleh digunakan untuk kegiatan Covid-19, sepanjang penggunaanya transparan, terukur dan akuntabel," kata Tan Marajo.
Budaya Hidup Bersih
Selain membentuk tim dan menyiapkan anggaran, Pemerintah Nagari Situjuahbatua sejak April 2020, telah memikirkan antisipasi penyebaran virus korona. Untuk itu, pemerintah Situjuahbatua rutin melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan tempat tinggal masyarakat dan sarana umum.
Soal penyemprotan disinfektan ini, khususnya lagi tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah Covid-19, masyarakat Situjuahbatua, tentu tidak perlu diragukan lagi. Sebab, sejak dua tahun terakhir, Situjuahbatua dikenal sebagai nagari yang sukses mengelola sampah. Bahkan, sampah telah menjadi salah satu sumber pendapatan asli nagari.
Begitu juga dengan perilaku hidup bersih, telah membudaya di tengah masyarakat Situjuahbatua. Sebelum pandemi Covid-19, setiap pekan warga Situjuahbatua bergotong royong membersihkan kampung mereka. Di Situjuahbatua, juga ada Peraturan Nagari tentang Lingkungan Hidup dan Perwanag tentang Pengelolaan Sampah yang dirancang bersama Bamus dan Lembaga Adat Nagari, melibatkan tenaga ahli Situjuahbatua, Dr Wendra Yunaldi SH MH.
"Soal hidup bersih dan sehat, sejak dua tahun terakhir, sudah mulai membudaya di tengah masyarakat kami. Setiap sampah dari pasar nagari dan sampah rumah tangga, tidak lagi dibuang sembarangan. Tapi dimasukkan ke dalam sekitar 2.000 tong sampah yang sudah disiapkan. Nanti, setelah penuh, sampah itu diangkut petugas kebersihan kami ke TPAS Regional Sumbar di Payakumbuh, dengan difasilitasi Dinas Lingkungan Hidup Limapuluh Kota," kata Tan Marajo.
Sosialisasi Door To Door
Meski tidak ragu soal pentingnya membangun budaya hidup bersih dan sehat dalam memerangi pandemi Covid-19. Namun, Pemerintah Nagari Situjuahbatua melalui Gugus Tugas dan Tim Pembunuh Covid-19, tetap melakukan sosialisasi kepada masyarakat, tentang pentingnya pakai masker, cuci tangan pakai sabun, menjaga imun dan meningkatkan iman, serta menjaga jarak sosial ataupun fisik.
"Sosialisasi ini, selain dilakukan lewat pengumuman di tempat umum dan melalui media sosial, juga lewat surat edaran yang diantar secara door to door atau dari rumah ke rumah oleh Kepala Jorong dibantu Linmas bersama Kader Yandu. Dan, semua edaran atau sosialisasi dari pemerintah Nagari Situjuahbatua ini, dilaksanakan setelah diputuskan bersama dengan seluruh lembaga nagari. Jadi, tidak pandai-pandai pemerintah nagari saja. Sebab, pemerintah nagari ini hanya pelayan dan eksekutor dari keputusan bersama," kata Tan Marajo.
Bikin Tempat Karantina
Menariknya, saat Pemnag Situjuahbatua melakukan sosialisasi bahaya Covid-19 secara door to door, muncul pula kekhawatiran dari masyarakat setempat, tentang ancaman penyebaran virus korona dari luar Situjuahbatua. Untuk menjawab ini, sejak April 2020, sudah beredar video imbauan dari Pemerintah Nagari Situjuahbatua bersama Lembaga-Lembaga Nagari, Babinsa Kodim 0306/50 Kota dan Bhabinkamtibmas Polres Payakumbuh yang bertugas di Situjuahbatua.
Video imbauan itu ditujukan kepada para perantau Situjuahbatua, agar menunda dulu rencana pulang kampung. Walau pahit, imbauan agar tak pulang kampung ini direspons perantau. Bahkan, perantau Situjuahbatua, seperti disampaikan Ketua Ikatan Keluarga Situjuah Batua (IKSB) di Jabodetabek, Ir. Feri Domnal, sudah membatalkan rencana pulang basamo atau mudik bareng, pada lebaran Idul Fitri tahun ini.
Meski secara organisasi, perantau Situjuahbatua telah membatalkan rencana mudik bareng, namun secara pribadi-pribadi, masih ada juga perantau Situjuahbatua yang pulang kampung. "Perantau kami itu jumlahnya mencapai 5.000-an orang. Di tengah pandemi Covid-19 ini, karena merasa tidak mungkin lagi bertahan di rantau, sebanyak 174 orang tetap ada yang pulang kampung di 6 jorong," kata Tan Marajo.
Terhadap perantau Situjuahbatua yang terpaksa pulang kampung di tengah pandemi Covid-19, pemerintah nagari mendorong agar mereka mengikuti isolasi secara mandiri. Bagi perantau yang tidak bisa melakukan isolasi secara mandiri, disiapkan tempat karantina dengan memanfatkan bangunan SDN 01 Situjuahbatua. Tempat karantina ini, diurus oleh satu tim khusus yang diketuai Syahril Makinuddin, putra Mayor Makinudin HS, tokoh Peristiwa Situjuah 15 Januari 1949.
"Segala kebutuhan makan dan minum perantau selama proses karantina ini, ditangggung oleh Lembaga Adat Nagari Situjuahbatua yang dipimpin MKH Dt Majo Kayo bersama empat Kepala Suku yang ada di Situjuahbatua. Yakni, Y Dt Kali Bandaro, Irwan Anas Dt Indo Marajo, Sy Dt Paduko Majo Indo, dan Sy Dt Pamuncak Nan Putiah. Begitu pula dengan kebutuhan operasional petugas yang berjaga di tempat karantina juga ditanggung lembaga adat dan didukung semua unsur. Inilah kearifan lokal Situjuahbatua," kata Tan Marajo didampingi Sekretaris Nagari Firdaus dan Kasi Pembangunan Hendra Dt Mudo Anso.(rel/014)
0 Comments